Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 21/11/2014, 10:00 WIB


KOMPAS.com
- Belasan lubang terlihat di dinding depan Barak Teratai, Markas Brimob Polda Kepulauan Riau di Batam. Lubang-lubang itu bukti baku tembak pada Rabu (19/11/2014) sore hingga malam hari. Selama lebih dari enam jam, asrama yang terletak di kawasan Tembesi itu berubah menjadi medan perang.

Baku tembak itu bukan antara polisi dan penjahat, tapi sejumlah prajurit Batalyon Infanteri 134/Tuah Sakti yang bermarkas tak sampai 1 km dari Markas Brimob Polda Kepri.

Wakil Gubernur Kepulauan Riau Soerya Respationo yang tengah berkunjung ke Markas Brimob pada Rabu siang juga sempat terjebak di lokasi. Soerya ke sana untuk memediasi setelah sebelumnya terjadi pelemparan ke arah Barak Teratai oleh sejumlah orang yang diduga anggota Yonif 134/TS. Dia ingin memastikan, bentrokan antara sejumlah anggota Yonif 134/TS dan Brimob pada akhir September 2014 tidak kembali terulang.

Keinginan itu hampir berhasil hingga Rabu pukul 15.00. Kala itu, sejumlah pimpinan TNI-Polri sudah memberikan keterangan pers di Markas Brimob Polda Kepri dan menyatakan situasi sudah aman.

Soerya dan rombongannya juga sudah hampir pulang. Namun, sekitar pukul 17.00 terdengar letusan. "Kami langsung tiarap di dalam ruangan," ujar Zabur, warga sipil yang ikut terjebak.

Warga lain, Nugroho yang sempat terjebak di sana, juga ketakutan. Ia selamat sampai keluar jauh dari Markas Brimob. Namun, ponselnya tertinggal di dalam markas. "Saya tidak mau kembali dan mengambilnya. Risikonya kehilangan nyawa," tuturnya.

Zabur terjebak di dalam Markas Brimob sampai malam. Saat letusan kembali terdengar pukul 18.30, ia pun hanya bisa pasrah. Hingga menjelang tengah malam, dalam gelap, karena seluruh lampu di Markas Brimob dipadamkan, Zabur dan ratusan orang lain hanya berusaha bertahan dan berdoa tidak terkena peluru. Dinding gedung tempat mereka berlindung terkena tembakan berkali-kali. Bahkan, Zabur mendengar peluru berdesing di atas kepalanya.

"Saya tidak tahu kena apa. Tetapi, saya tidak mendengar ada orang berteriak kesakitan. Sampai kami keluar, memang di markas tidak ada yang kena," tuturnya.

Tembakan memang tidak terus-menerus terdengar. Ada jeda bermenit-menit dari setiap berondongan. Namun, tembakan datang dari berbagai arah.

"Dari depan ada, dari belakang terdengar juga. Tidak putus-putus kami berdoa," ujar Nababan, warga lain yang tiarap tak bergerak hampir enam jam di sana.

Tembakan sambung-menyambung selama hampir enam jam rupanya menghasilkan efek berbeda di luar Markas Brimob.

Faisal, warga Tembesi, sama sekali tidak menduga bahwa tembakan demi tembakan itu diarahkan ke Markas Brimob. Setelah tiba dekat markas, ia baru tahu jika markas penegak hukum itu tengah diserbu. ”Saya tidak berani dekat-dekat, takut terkena peluru nyasar,” ujarnya.

Meskipun takut, ia tetap bertahan di dekat markas dan ia bukan satu-satunya. Ada banyak orang yang datang ke sekitar markas dan ingin mencari tahu apa yang terjadi. Halauan dari orang-orang berseragam militer ataupun berbaju bebas tidak dihiraukan massa. Meski tahu ada kemungkinan peluru menyambar, mereka tetap bertahan.

Hujan tembakan baru berhenti saat Panglima Kodam I/Bukit Barisan Mayor Jenderal Winston P Simanjuntak berkeliling dengan mobil berpelantang. "Aku ini pangdammu. Kepada anggota TNI yang masih di luar, segera kembali ke batalyon," serunya berkali-kali. Seruan itu akhirnya meredakan hujan tembakan selama enam jam di Tembesi.... (Kris R Mada)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Nasional
SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

Nasional
'Presidential Club', 'Cancel Culture', dan Pengalaman Global

"Presidential Club", "Cancel Culture", dan Pengalaman Global

Nasional
Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili di Kasus Gratifikasi dan TPPU

Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili di Kasus Gratifikasi dan TPPU

Nasional
Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintahan

Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang "Toxic" ke Dalam Pemerintahan

Nasional
Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Nasional
Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Nasional
Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Nasional
Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Nasional
'Presidential Club' Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

"Presidential Club" Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

Nasional
[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

Nasional
Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com