Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Penyelesaian Konflik TNI-Polri Jangan seperti Sandiwara"

Kompas.com - 20/11/2014, 09:07 WIB
Abba Gabrillin

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat kepolisian dari Universitas Indonesia Bambang Widodo Umar mengatakan, penyelesaian masalah yang terjadi antara TNI dan Polri sebaiknya dilakukan secara adil. Menurut dia, pola penegakan hukum yang dilakukan selama ini cenderung berusaha menutupi kesalahan masing-masing anggota.

Bambang mengatakan, penegakan hukum yang tidak berimbang justru tidak akan menyelesaikan masalah dengan tuntas. Bentrok antara TNI dan Polri diprediksi akan kembali terulang.

"Penyelesaian konflik TNI dan Polri jangan seperti sandiwara. Jangan karena jiwa korsa, masing-masing berusaha menutupi kesalahan anggotanya," ujar Bambang, kepada Kompas.com, Kamis (20/11/2014).

Pimpinan kedua institusi, lanjut Bambang, sebaiknya benar-benar memberikan sanksi bagi anggotanya yang tebukti melakukan kesalahan. Jika tidak, mereka akan merasa dilindungi oleh atasan, dan tidak menyadari kesalahan yang telah dilakukan.

"Siapa yang salah harus diusut dan ditindak dengan tegas berdasarkan hukum," kata Bambang.

Dalam konflik TNI dan Polri yang terjadi di Batam pada September lalu, Bambang menilai, penyelesaian masalah antara kedua institusi terlalu sederhana. Ada kesan menutupi baik dari TNI mau pun Polri terhadap persoalan yang sebenarnya terjadi. Hal ini lah yang dianggap Bambang kembali memicu bentrokan pada pada Rabu (19/11/2014) kemarin.

Seperti diberitakan, sejumlah oknum TNI Batalion 134 Tuah Sakti, pada Rabu pagi, melakukan penyerangan ke Mako Brimobda Kepri, di Tembesi, Batam. Dalam penyerangan itu, oknum TNI tersebut sempat melakukan tindakan pengerusakan. Peristiwa bentrokan kembali berlanjut hingga Rabu tengah malam. Informasi menyebutkan, sempat terjadi baku tembak dalam peristiwa bentrokan kali ini.

Oleh karena itu, Bambang mengatakan, perlu adanya sikap tegas dari Presiden Joko Widodo dalam menyelesaikan masalah ini. Salah satunya adalah melakukan pembenahan dalam undang-undang.

"Jokowi perlu mengambil kebijakan radikal, menyusun sistem keamanan nasional dalam undang-undang. Hukum tidak boleh sandiwara," kata Bambang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ma'ruf Amin: 34 Kementerian Sudah Cukup, tetapi Bisa Lebih kalau Perlu

Ma'ruf Amin: 34 Kementerian Sudah Cukup, tetapi Bisa Lebih kalau Perlu

Nasional
Ada Gugatan Perdata dan Pidana, KPK Mengaku Harus Benar-benar Kaji Perkara Eddy Hiariej

Ada Gugatan Perdata dan Pidana, KPK Mengaku Harus Benar-benar Kaji Perkara Eddy Hiariej

Nasional
Jokowi Resmikan Modeling Budi Daya Ikan Nila Salin di Karawang

Jokowi Resmikan Modeling Budi Daya Ikan Nila Salin di Karawang

Nasional
Jokowi Naik Heli ke Karawang, Resmikan Tambak Ikan Nila dan Cek Harga Pangan

Jokowi Naik Heli ke Karawang, Resmikan Tambak Ikan Nila dan Cek Harga Pangan

Nasional
Sidang SYL, KPK Hadirkan Direktur Pembenihan Perkebunan Jadi Saksi

Sidang SYL, KPK Hadirkan Direktur Pembenihan Perkebunan Jadi Saksi

Nasional
Proyek Jet Tempur KF-21 Boramae dengan Korsel yang Belum Capai Titik Temu…

Proyek Jet Tempur KF-21 Boramae dengan Korsel yang Belum Capai Titik Temu…

Nasional
Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah, Minta PBB Bertindak

Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah, Minta PBB Bertindak

Nasional
Ganjar dan Anies Pilih Oposisi, Akankah PDI-P Menyusul?

Ganjar dan Anies Pilih Oposisi, Akankah PDI-P Menyusul?

Nasional
Kata Gibran soal Urgensi Adanya Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis

Kata Gibran soal Urgensi Adanya Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis

Nasional
Riwayat Gus Muhdlor: Hilang Saat OTT, Beralih Dukung Prabowo, Akhirnya Tetap Ditahan KPK

Riwayat Gus Muhdlor: Hilang Saat OTT, Beralih Dukung Prabowo, Akhirnya Tetap Ditahan KPK

Nasional
Cek Hotel dan Bus Jemaah Haji, Menag: Semua Baik

Cek Hotel dan Bus Jemaah Haji, Menag: Semua Baik

Nasional
Menerka Peluang Anies dan Ahok Berduet pada Pilkada DKI Jakarta

Menerka Peluang Anies dan Ahok Berduet pada Pilkada DKI Jakarta

Nasional
Gibran Sebut Ada Pembahasan soal Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis, tapi Belum Final

Gibran Sebut Ada Pembahasan soal Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis, tapi Belum Final

Nasional
Pengamat: Jangankan 41, Jadi 100 Kementerian Pun Tak Masalah asal Sesuai Kebutuhan

Pengamat: Jangankan 41, Jadi 100 Kementerian Pun Tak Masalah asal Sesuai Kebutuhan

Nasional
Utak-atik Strategi Jokowi dan Gibran Pilih Partai Politik, PSI Pasti Dicoret

Utak-atik Strategi Jokowi dan Gibran Pilih Partai Politik, PSI Pasti Dicoret

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com