JAKARTA, KOMPAS.com — Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat, Ahmad Mubarok, menganggap sikap presiden terpilih Joko Widodo yang "plinplan" antara janji dan implementasi yang dilakukan sebagai bentuk komunikasi politik yang kurang baik.
Sikap Jokowi yang pada saat kampanye berjanji akan melaksanakan koalisi tanpa syarat dan politik transaksional, tetapi kenyataannya memberikan jatah 16 kursi menteri untuk partai politik, dianggap Mubarok sebagai sebuah blunder.
"Komunikasi politik dia (Jokowi) masih rendah. Dia mempersulit diri sendiri," ujar Mubarok seusai menghadiri sebuah diskusi di Jakarta, Rabu (17/9/2014) malam.
Menurut Mubarok, Jokowi terlalu mudah memberikan janji-janji manis kepada rakyat, tetapi tidak memikirkan apakah janji tersebut dapat diwujudkan atau tidak. Jokowi, kata dia, dianggap tidak realistis saat berjanji untuk melakukan koalisi tanpa syarat dan tanpa politik transaksional.
"Koalisi tanpa syarat? Ya enggak mungkinlah. Enggak ada yang mau mendekat," ucap Mubarok.
Mubarok berpendapat, saat ini peran Jusuf Kalla lebih dominan dibanding Jokowi dalam memberikan ide dan gagasan terhadap pemerintahan lima tahun mendatang. Kalla dianggap lebih kaya pengalaman, terlebih Kalla juga sudah pernah menjabat sebagai wakil presiden.
"Kalau Jokowi baru pandai buat jargon-jargon indah. Blusukan, kartu ini kartu itu. Indah didengar, tapi enggak realistis," kata Mubarok.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.