"Kepada terdakwa tidak perlu dilakukan hukuman tambahan berupa pembayaran uang pengganti," ujar Ketua Majelis Hakim Haswandi, saat membacakan surat putusan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Jumat (18/7/2014).
Hakim tidak sependapat dengan tuntutan jaksa penuntut umum Komisi Pemberantasan Korupsi yang meminta Andi dihukum membayar uang pengganti Rp 2,5 miliar.
Dalam pertimbangannya, hakim menyatakan bahwa dalam fakta persidangan uang itu tidak digunakan Andi untuk kepentingan pribadi. Uang itu merupakan fee dari proyek di Kemenpora yang dikumpulkan oleh Sekretaris Menpora Wafid Muharam melalui stafnya, Poniran. Hakim menjelaskan, uang itu digunakan untuk jamuan makan para tamu Kemenpora, pembayaran akomodasi, dan pembelian tiket pertandingan sepak bola Piala AFF di Stadion Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta, dan di Stadion Bukit Jalil. Uang itu juga digunakan untuk uang saku dan transportasi sekretariat Komisi X saat rapat dengar pendapat dan rapat kerja.
"Serta pembayaran tiket dan akomodasi untuk kunjungan kerja ke luar negeri, pimpinan, dan anggota komisi X DPR," jelas Haswandi.
Selain itu, juga digunakan untuk pembayaran tunjangan hari raya (THR) untuk protokoler Kemenpora, pembantu, sopir, dan petugas keamanan.
Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta menilai Andi terbukti melakukan korupsi terkait proyek pembangunan Pusat Pendidikan, Pelatihan, Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) Hambalang sebagaimana dakwaan alternatif kedua. Andi dinyatakan terbukti menyalahgunakan wewenang sehingga menguntungkan diri sendiri dengan melanggar Pasal 3 jo Pasal 18 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jakarta sebagaimana diubah UU Nomor 20 Tahun 2001 jo Pasal 55 Ayat (1) ke-1 jo Pasal 65 Ayat (1) KUHP.
Hakim menyatakan, Andi terbukti memperkaya diri sendiri sebesar Rp 2 miliar dan 550.000 dollar AS dalam kasus dugaan korupsi proyek Hambalang. Semua uang itu diterima Andi melalui adiknya, Andi Zulkarnain Anwar alias Choel Mallarangeng. Andi juga dinyatakan terbukti memperkaya orang lain, yaitu Wafid Muharam, Deddy Kusdinar, Nanang Suhatmana, Anas Urbaningrum, Mahyudin, Teuku Bagus, Machfud Suroso, Olly Dondokambey, Joyo Winoto, Lisa Lukitawati, Anggaraheni Dewi Kusumastuti, dan Adirusman Dault.
Selain itu, juga dinyatakan terbukti memperkaya korporasi. Vonis ini lebih rendah dari tuntutan jaksa penuntut umum Komisi Pemberantasan Korupsi sebelumnya, yaitu 10 tahun penjara dan denda Rp 300 juta subsider 6 bulan penjara.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.