JAKARTA, KOMPAS.com — Juru bicara tim pemenangan calon presiden dan calon wakil presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla, Anies Baswedan, meminta kepada semua pihak untuk mengawal dan mengawasi sisa kertas suara yang tidak terpakai pada pemilu presiden 9 Juli yang lalu. Menurut dia, manipulasi suara rawan terjadi dengan memanfaatkan sisa kertas suara tersebut.
"Semuanya harus memperhatikan dan mengawasi kertas suara yang tidak terpakai," ujar Anies saat menggelar konferensi pers di kantor Media Center Jokowi-JK, Jalan Cemara 19, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (14/7/2014).
Anies mengatakan, saat ini ada sekitar 56,2 juta sisa kertas suara yang tidak terpakai pada pelaksanaan pilpres lalu. Menurut dia, sisa kertas suara sebanyak itu rawan digunakan untuk praktik penggelembungan suara pihak tertentu.
Anies melihat indikasi tersebut dari pengalaman saat Pemilu Legislatif 2014. Saat itu, kata dia, persentase partisipasi pemilih antara hasil quick count dan real count sama. Namun, jumlah kertas suara yang tidak terpakai ternyata mengecil. Hal inilah yang menjadi kekhawatiran kejadian tersebut terulang pada saat pilpres.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, Anies meminta kepada Komisi Pemilihan Umum dan Badan Pengawas Pemilu untuk memastikan bahwa sisa kertas suara yang tidak terpakai dan dikembalikan seusai pilpres memiliki jumlah yang benar.
"Sisa kertas suara harus dilaporkan. Kita harus pastikan sisa kertas suara kembalinya benar," ujar Anies.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.