Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tim Jokowi-JK Kecewa Kapolri dan Presiden Lamban Tangani "Obor Rakyat"

Kompas.com - 27/06/2014, 20:30 WIB
Fathur Rochman

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
- Tim hukum pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla, Todung Mulya Lubis, kecewa terhadap Kepala Polri Jenderal (Pol) Sutarman dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terkait lambannya proses hukum tabloid Obor Rakyat. Dia tidak paham mengapa hingga sekarang proses hukum terhadap pembuat dan penerbit Obor Rakyat seperti jalan di tempat.

"Kita tidak bisa memahami kenapa kepolisian seperti tidak berdaya menghadapi satu-dua orang yang menerbitkan Obor Rakyat, melakukan fitnah dan kampanye hitam, dan tidak bisa ditindak sama sekali. Ini negara sama sekali tidak hadir," ujar Todung saat menggelar konferensi pers di Kantor Media Center Jokowi-JK, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (27/6/2014).

Menurut Todung, Sutarman sebagai pimpinan Polri tidak bisa lepas tangan dalam kasus Obor Rakyat. Sutarman mempunyai kewajiban untuk menjaga pemilu presiden yang bersih dari fitnah dan kampanye hitam (baca: Ini Komentar Kapolri soal Tabloid "Obor Rakyat"). "Dia (Sutarman) tidak bisa berdalih bahwa dia tidak punya kewenangan," ujar Todung.

Todung juga mengatakan, jika Presiden benar-benar bersifat objektif dan tidak berpihak dalam pilpres kali ini, seharusnya Presiden tidak membiarkan penggagas dan penerbit Obor Rakyat dibiarkan sekarang. Menurut Todung, sikap Presiden itu seolah-olah seperti memberi imunitas kepada pembuat Obor Rakyat.

"Kita bisa menyimpulkan bahwa presiden berpihak dalam pilpres ini. Presiden bukan netral, Presiden sama sekali tidak netral. Maka Presiden ikut bertanggung jawab soal Obor Rakyat yang penuh dengan fitnah dan kampanye hitam ini," ujar Todung.

Tim hukum Jokowi-Jusuf Kalla telah melaporkan Pemimpin Redaksi Tabloid Obor Rakyat Setyardi Budiono kepada Polri atas perbuatan pencemaran nama baik. Setyardi menyatakan masih akan terus menerbitkan tabloidnya itu karena menurut dia masyarakat menyambut baik kehadiran tabloid itu.

Jokowi sudah meminta Polri menangkap Setyardi. Demikian pula dengan Jusuf Kalla yang meminta Polri menuntaskan laporan mereka sebelum hari pemungutan suara pada 9 Juli 2014.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Temani Jokowi Peringati Hari Pancasila, AHY: Jangan Hanya Peringati, tapi Dijiwai

Temani Jokowi Peringati Hari Pancasila, AHY: Jangan Hanya Peringati, tapi Dijiwai

Nasional
Tak Persoalkan Anies dan Sudirman Said Ingin Maju Pilkada Jakarta, Refly Harun: Kompetisinya Sehat

Tak Persoalkan Anies dan Sudirman Said Ingin Maju Pilkada Jakarta, Refly Harun: Kompetisinya Sehat

Nasional
Peringati Hari Lahir Pancasila, AHY: Pancasila Harus Diterapkan dalam Kehidupan Bernegara

Peringati Hari Lahir Pancasila, AHY: Pancasila Harus Diterapkan dalam Kehidupan Bernegara

Nasional
Prabowo Sebut Diperintah Jokowi untuk Bantu Evakuasi Warga Gaza

Prabowo Sebut Diperintah Jokowi untuk Bantu Evakuasi Warga Gaza

Nasional
Simpul Relawan Dorong Anies Baswedan Maju Pilkada Jakarta 2024

Simpul Relawan Dorong Anies Baswedan Maju Pilkada Jakarta 2024

Nasional
Pemerintah Klaim Dewan Media Sosial Bisa Jadi Forum Literasi Digital

Pemerintah Klaim Dewan Media Sosial Bisa Jadi Forum Literasi Digital

Nasional
Prabowo Kembali Serukan Gencatan Senjata untuk Selesaikan Konflik di Gaza

Prabowo Kembali Serukan Gencatan Senjata untuk Selesaikan Konflik di Gaza

Nasional
Kloter Terakhir Jemaah Haji Indonesia di Madinah Berangkat ke Mekkah

Kloter Terakhir Jemaah Haji Indonesia di Madinah Berangkat ke Mekkah

Nasional
PKB Beri Rekomendasi Willem Wandik Maju Pilkada Papua Tengah

PKB Beri Rekomendasi Willem Wandik Maju Pilkada Papua Tengah

Nasional
Mengenal Tim Gugus Tugas Sinkronisasi Prabowo-Gibran, Diisi Petinggi Gerindra

Mengenal Tim Gugus Tugas Sinkronisasi Prabowo-Gibran, Diisi Petinggi Gerindra

Nasional
Sebut Serangan ke Rafah Tragis, Prabowo Serukan Investigasi

Sebut Serangan ke Rafah Tragis, Prabowo Serukan Investigasi

Nasional
Refly Harun Sebut Putusan MA Sontoloyo, Tak Sesuai UU

Refly Harun Sebut Putusan MA Sontoloyo, Tak Sesuai UU

Nasional
Mendag Apresiasi Gerak Cepat Pertamina Patra Niaga Awasi Pengisian LPG 

Mendag Apresiasi Gerak Cepat Pertamina Patra Niaga Awasi Pengisian LPG 

Nasional
Menaker: Pancasila Jadi Bintang Penuntun Indonesia di Era Globalisasi

Menaker: Pancasila Jadi Bintang Penuntun Indonesia di Era Globalisasi

Nasional
Momen Jokowi 'Nge-Vlog' Pakai Baju Adat Jelang Upacara di Riau

Momen Jokowi "Nge-Vlog" Pakai Baju Adat Jelang Upacara di Riau

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com