Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Percaya "Quick Count", PKS Masih Akan Usung Capres

Kompas.com - 14/04/2014, 13:49 WIB
Ihsanuddin

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Partai Keadilan Sejahtera (PKS) belum mau menurunkan target mengusung calon presiden dalam pemilu presiden mendatang. Anggota Majelis Syuro PKS sekaligus bakal calon presiden PKS, Hidayat Nur Wahid, menegaskan, hingga saat ini status peserta Pemilihan Raya (Pemira) PKS tetap sebagai capres.

"(Pemira PKS) sejauh ini masih menggunakan metode dan mekanisme yang kemarin, belum ada perubahan, masih akan mengajukan calon presiden. Optimisme itu tetap kami jaga," kata Hidayat saat dihubungi Kompas.com, Senin (14/4/2013).

Hidayat mengatakan, PKS tidak akan mengikuti langkah Partai Demokrat yang merencanakan untuk menurunkan derajat capres konvensinya menjadi cawapres. Menurut dia, langkah Partai Demokrat itu terlalu terburu-buru karena hanya melihat hasil hitung cepat pemilu legislatif. Dia menilai, hasil hitung cepat yang dirilis berbagai lembaga itu tidak bisa dipercaya.

"Quick count itu kan dilakukan oleh lembaga survei yang memprediksi hasil Pileg 2014. Kenyataannya, meleset semua kan survei itu. Ada yang bilang PDI-P kalau mencalonkan Jokowi akan mendapatkan 20-30 persen. Katanya banyak partai Islam jeblok, nyatanya di atas 2009," jelasnya.

Oleh karena itu, mantan Presiden PKS itu berujar, nasib Pemira PKS baru akan ditentukan setelah pengumuman hasil hitung manual oleh Komisi Pemilihan Umum nanti. Dengan begitu, acuan yang digunakan akan bersifat akurat.

"Nanti kan pengumuman pemenangnya juga setelah menunggu hasil real count dari KPU pada bulan Mei, jadi kita masih tunggu saja itu," ujarnya.

Sebelumnya, Hidayat unggul suara dalam Pemira PKS yang diikuti 22 tokoh internal PKS. Di bawah Hidayat, ada Anis Matta, Ahmad Heryawan, Tifatul, dan Nur Mahmudi Ismail. Nantinya, Majelis Syuro PKS akan memutuskan mengenai pencapresan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com