Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Endriartono Minta Demokrat Jangan Hanya Ajukan Cawapres

Kompas.com - 11/04/2014, 10:19 WIB
Sabrina Asril

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
-- Peserta konvensi calon presiden Partai Demokrat, Endriartono Sutarto, meminta agar pelaksanaan konvensi tetap dilanjutkan. Dia menilai Demokrat tetap memiliki peluang mengajukan calon presiden. Untuk itu, Endriartono meminta Partai Demokrat untuk tidak menurunkan target menjadi hanya mengajukan calon wakil presiden.

"Sekarang ini, Demokrat masih bisa lanjut dengan capres. Jangan terlebih dulu kita menurunkan cawapres. Diusahakan semaksimal mungkin dulu saja," ujar Endriartono saat dihubungi, Jumat (11/4/2014), menyikapi hasil hitung cepat dalam Pemilu Legislatif 2014.

Mantan Panglima TNI itu menuturkan, dengan selisih suara antar-partai yang relatif tipis dan tidak ada yang dominan, Demokrat bisa berkoalisi dengan partai-partai lain untuk mencapai target suara 25 persen. Menurut Endriartono, peta koalisi ke depan hanya bisa menghasilkan tiga nama capres. Dua di antaranya, kata Endriartono, yakni Joko Widodo dan Aburizal Bakrie.

Sementara itu, Prabowo Subianto yang merupakan bakal capres Partai Gerindra, kata Endriartono, sebenarnya memiliki posisi yang mirip dengan Demokrat. Apalagi, perbedaan suara antara dua partai ini tidak terlalu jauh.

"Poros ketiga bisa Demokrat atau Gerindra. Kalau Demokrat mau maju capres, harus bergerak cepat membentuk koalisi, jangan sampai keduluan Gerindra," ujar mantan Ketua Dewan Pembina Partai Nasdem itu.

Untuk mengejar ketertinggalan dari partai lain, Endriartono menuturkan, konvensi capres Partai Demokrat akan mengerucutkan tiga nama dari 11 peserta konvensi capres Partai Demokrat. Ketiga nama itu akan menjadi alternatif pilihan Demokrat mengajukan capres dengan melihat bakal capres yang diajukan partai lain.

"Jadi memang survei tertinggi tidak menjadi tolok ukur satu-satunya, meski yang utama. Akan sangat bergantung kebutuhan partai ke depan," ujar pria yang baru saja bergabung sebagai kader Partai Demokrat ini.

Saat ditanyakan bagaimana jika dirinya dicalonkan sebagai cawapres, Endriartono mengaku tak terlalu berminat. "Saya tidak mencari jabatan, sehingga kalau saya disodori sebagai wapres, saya katakan tidak bersedia. Karena saya mencari kewenangan untuk memperbaiki kondisi bangsa," ujarnya.

Sebelumnya, Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono mengakui kekalahan partainya dan mengucapkan selamat kepada Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Partai Golkar, dan Partai Gerindra yang mendapatkan suara di atas Partai Demokrat. SBY juga menyatakan Demokrat membuka koalisi dengan siapa pun, termasuk Partai Gerindra.

Hasil hitung cepat Kompas, suara Demokrat turun dari perolehan suara 2009 yang mencapai 20 persen. Berdasarkan data yang terkumpul sebesar 93 persen, suara Demokrat 9,43 persen. Adapun hasil hitung cepat Indikator Politik Indonesia (data 99,5 persen), Demokrat memperoleh suara 9,86 persen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jokowi Klaim Produksi Minyak Blok Rokan Lebih Tinggi Setelah Dikelola Pertamina

Jokowi Klaim Produksi Minyak Blok Rokan Lebih Tinggi Setelah Dikelola Pertamina

Nasional
Menkominfo Sebut MWC 2024 Berpeluang Jadi Showcase Ekosistem Telekomunikasi Nasional

Menkominfo Sebut MWC 2024 Berpeluang Jadi Showcase Ekosistem Telekomunikasi Nasional

Nasional
Moeldoko Bicara soal Tapera, Sebut Tak Akan Ditunda dan Bantah untuk Danai IKN

Moeldoko Bicara soal Tapera, Sebut Tak Akan Ditunda dan Bantah untuk Danai IKN

Nasional
Tak Hadiri Upacara Hari Lahir Pancasila di Ende, Megawati Disebut Sedang Kurang Sehat

Tak Hadiri Upacara Hari Lahir Pancasila di Ende, Megawati Disebut Sedang Kurang Sehat

Nasional
Hasto Kristiyanto Gantikan Megawati Bacakan Amanat Upacara Hari Lahir Pancasila di Ende NTT

Hasto Kristiyanto Gantikan Megawati Bacakan Amanat Upacara Hari Lahir Pancasila di Ende NTT

Nasional
Pakaian Teluk Belange, Baju Adat Jokowi Saat Pimpin Ucapara Hari Lahir Pancasila di Riau

Pakaian Teluk Belange, Baju Adat Jokowi Saat Pimpin Ucapara Hari Lahir Pancasila di Riau

Nasional
Jokowi Jelaskan Alasan Gelar Upacara Hari Lahir Pancasila 2024 di Hulu Rokan Riau

Jokowi Jelaskan Alasan Gelar Upacara Hari Lahir Pancasila 2024 di Hulu Rokan Riau

Nasional
Upacara Hari Lahir Pancasila di Ende NTT Dimulai Tanpa Megawati

Upacara Hari Lahir Pancasila di Ende NTT Dimulai Tanpa Megawati

Nasional
Ganjar-Mahfud Hadiri Upacara Hari Lahir Pancasila di Ende NTT

Ganjar-Mahfud Hadiri Upacara Hari Lahir Pancasila di Ende NTT

Nasional
Pakai Baju Adat, Jokowi Pimpin Upacara Hari Lahir Pancasila 2024 di Riau

Pakai Baju Adat, Jokowi Pimpin Upacara Hari Lahir Pancasila 2024 di Riau

Nasional
Momen Sri Mulyani Kenalkan Ponakan Prabowo Thomas Djiwandono ke Publik

Momen Sri Mulyani Kenalkan Ponakan Prabowo Thomas Djiwandono ke Publik

Nasional
24 WNI Kedapatan Palsukan Visa Haji, Kemenag Wanti-wanti Jemaah Pakai Visa Resmi

24 WNI Kedapatan Palsukan Visa Haji, Kemenag Wanti-wanti Jemaah Pakai Visa Resmi

Nasional
139.421 Jemaah Haji Indonesia Tiba di Arab Saudi hingga Hari Ke-20 Keberangkatan, 28 Wafat

139.421 Jemaah Haji Indonesia Tiba di Arab Saudi hingga Hari Ke-20 Keberangkatan, 28 Wafat

Nasional
22 WNI Pengguna Visa Haji Palsu Dideportasi dari Arab Saudi, Ongkos Pulang Ditanggung Sendiri

22 WNI Pengguna Visa Haji Palsu Dideportasi dari Arab Saudi, Ongkos Pulang Ditanggung Sendiri

Nasional
Pancasila Vs Ideologi 'Ngedan'

Pancasila Vs Ideologi "Ngedan"

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com