Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden Harus Perlakukan Pengungsi Sinabung Sama dengan Pengungsi Merapi

Kompas.com - 15/01/2014, 12:35 WIB
Sabrina Asril

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono diminta untuk segera mengambil langkah simbolik dalam proses penanggulangan bencana di Gunung Sinabung, Sumatera Utara. Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Hajriyanto Y Thohari mengatakan, langkah itu di antaranya menunjukkan perhatian sama besarnya seperti saat letusan Gunung Merapi.

"Seorang Presiden harus ambil langkah simbolik. Menunjukkan perhatian dan keseriusan terhadap bencana Gunung Sinabung. Langkah Simbolik ini misalnya, Presiden datang di sana tinggal beberapa hari seperti yang presiden tunjukkan saat kasus Gunung Merapi," ujar Hajriyanto, di Kompleks Parlemen, Rabu (15/1/2014).

Menurut Hajriyanto, keterlibatan SBY turun langsung ke lokasi bencana akan menunjukkan keterlibatan negara secara langsung. Hal ini pula yang dinilai akan membantu beban psikologis para pengungsi yang merasa putus asa dan depresi.

"Saat ini, Presiden belum ada tanda-tanda yang ke arah sana (perhatian serius). Dulu saat Gunung Merapi, Presiden bahkan sampai berkantor di Yogyakarta," ucap Hajriyanto.

Politisi Partai Golkar ini pun meminta agar pemerintah pusat tidak berkilah pada belum meletusnya Gunung Sinabung. Menurutnya, erupsi dan letusan sama saja berdampak berat bagi masyarakat.

Prasangka

Jika Presiden SBY lamban merespons peristiwa Sinabung, Hajriyanto yakin akan timbul prasangka tidak baik terhadap SBY. Presiden SBY akan dianggap tidak peduli lantaran tidak memberikan keuntungan politis yang signifikan.

"Menurut saya, akan banyak spekulasi politik yang akan muncul kalau perhatian simbolik tidak segera dilakukan. Spekulasi politik akan macam-macam, apakah karena secara politik berdampak kecil karena ini di luar Jawa?" tutur Hajriyanto.

Selain itu, Hajriyanto mengatakan, jika Presiden SBY tidak segera turun langsung ke lokasi, maka akan muncul anggapan bahwa Presiden lebih sibuk mengurus isu Jakarta.

"Untuk menepis itu semua, maka kehadiran Presiden di lokasi sangat penting sekali," ujarnya.

Terakhir, Gunung Sinabung melakukan erupsi sebanyak 30 kali pada Selasa (14/1/2014) kemarin. Luncuran awan panas yang menyertai letusan pun semakin sering terjadi dengan jarak luncuran semakin jauh. Bila sebelumnya luncuran awan panas mencapai jarak 3 kilometer dari kawah gunung, pada Selasa jaraknya mencapai kisaran 4 sampai 5 kilometer ke arah Tenggara. Jumlah pengungsi akibat letusan Gunung Sinabung yang sudah berlangsung berbulan-bulan juga terus bertambah.

Per Selasa kemarin, jumlah pengungsi tercatat 26.088 orang dari 8.103 kepala keluarga. Para pengungsi tersebut berasal dari 34 desa dan 2 dusun di Kabupaten Karo. Di antara desa asal pengungsi adalah Desa Sukameriah, Guru Kinayan, Selandi Lama, Kuta Rakyat, dan Sigaranggarang di Kecamatan Payung.

Lalu, Desa Berastepu, Sibintun, Gamber dan Kuta Tengah, Kuta Mbelin, Kebayaken, Kuta Tonggal, dan Sukanalu di Kecamatan Simpang Empat. Juga, Desa Tiganderket, Mardinding, Temberun, Pintubesi, Perbaji, dan Kuta Mbaru di Kecamatan Tiganderket.

Melalui akun Twitter-nya pada 13 Januari 2014, Presiden SBY mengungkapkan, akan kembali mengunjungi lokasi bencana letusan Gunung Sinabung.

"Minggu depan, Insya Allah saya akan berkunjung kembali ke Kabanjahe, untuk pastikan penanganan Sinabung dan pengungsi berjalan baik" demikian kata SBY.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menag Cek Hotel dan Bus Jemaah Haji: Semua Baik

Menag Cek Hotel dan Bus Jemaah Haji: Semua Baik

Nasional
Menerka Peluang Anies dan Ahok Berduet di Pilkada DKI Jakarta

Menerka Peluang Anies dan Ahok Berduet di Pilkada DKI Jakarta

Nasional
Gibran Sebut Ada Pembahasan soal Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis, tapi Belum Final

Gibran Sebut Ada Pembahasan soal Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis, tapi Belum Final

Nasional
Pengamat: Jangankan 41, Jadi 100 Kementerian Pun Tak Masalah asal Sesuai Kebutuhan

Pengamat: Jangankan 41, Jadi 100 Kementerian Pun Tak Masalah asal Sesuai Kebutuhan

Nasional
Utak-Atik Strategi Jokowi dan Gibran Pilih Partai Politik, PSI Pasti Dicoret

Utak-Atik Strategi Jokowi dan Gibran Pilih Partai Politik, PSI Pasti Dicoret

Nasional
Gibran Lebih Punya 'Bargaining' Gabung Partai Usai Dilantik Jadi Wapres

Gibran Lebih Punya "Bargaining" Gabung Partai Usai Dilantik Jadi Wapres

Nasional
Wacana Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Politis dan Boroskan Uang Negara

Wacana Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Politis dan Boroskan Uang Negara

Nasional
'Golkar Partai Besar, Tidak Bisa Diobok-obok Gibran'

"Golkar Partai Besar, Tidak Bisa Diobok-obok Gibran"

Nasional
Prabowo Ingin Tambah Menteri, Wapres Ma'ruf Amin Ingatkan Pilih yang Profesional

Prabowo Ingin Tambah Menteri, Wapres Ma'ruf Amin Ingatkan Pilih yang Profesional

Nasional
[POPULER NASIONAL] Jokowi Berkelakar Ditanya soal Pindah Parpol | PDI-P Beri Sinyal di Luar Pemerintahan

[POPULER NASIONAL] Jokowi Berkelakar Ditanya soal Pindah Parpol | PDI-P Beri Sinyal di Luar Pemerintahan

Nasional
Prabowo Diharap Tetapkan 2 Syarat Utama Sebelum Tambah Kementerian

Prabowo Diharap Tetapkan 2 Syarat Utama Sebelum Tambah Kementerian

Nasional
Ide Prabowo Tambah Kementerian Sebaiknya Pertimbangkan Urgensi

Ide Prabowo Tambah Kementerian Sebaiknya Pertimbangkan Urgensi

Nasional
Wacana Prabowo Tambah Kementerian Diyakini Bakal Picu Problem

Wacana Prabowo Tambah Kementerian Diyakini Bakal Picu Problem

Nasional
Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Nasional
Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com