Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Syiah, Wantimpres Lempar Tanggung Jawab ke Pemda Sampang

Kompas.com - 01/07/2013, 15:12 WIB
Indra Akuntono

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Albert Hasibuan menilai, pemindahan warga Syiah di Sampang, Madura, merupakan tindakan yang tidak manusiawi dan menjadi tanggung jawab pemerintah daerah setempat. Albert mengaku telah memberi beberapa rekomendasi ke Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) agar pemerintah daerah setempat bisa menyelesaikan kasus kerusuhan Sampang lebih manusiawi.

"Kebijakan Pemda Sampang yang meminta paksa pemindahan pengungsi ke Sidoarjo adalah kebijakan yang tidak manusiawi, tidak bijaksana, dan tidak tepat karena tidak menyelesaikan masalah," kata Albert, seusai menemui perwakilan warga Syiah asal Sampang, di Gedung Wantimpres, Jakarta, Senin (1/7/2013).

Menururt Albert, kebijakan yang diambil Pemda Sampang untuk mengungsikan warga Syiah dari kampung halamannya di Desa Bluurandi, Kecamatan Karang Penang, Sampang, ke GOR Sampang, kemudian dipindah lagi ke Rusunawa Sidoarjo sangat bertolak belakang dengan arahan Presiden SBY. Pasalnya, Presiden SBY meminta semua pihak menjaga kerukunan dan toleransi antarumat beragama.

Beberapa waktu lalu, secara langsung Albert telah meninjau lokasi kerusuhan di Sampang. Rekomendasi kepada Presiden SBY dibuatnya berdasarkan fakta yang ditemukan di lokasi.

Akan tetapi, ia tak mau menyebutkan rekomendasi yang akan diberikan kepada Presiden. "Di sana tidak ada FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama), dan kebijakan itu bukan merupakan penjabaran seperti yang dimaksud SBY untuk adanya kerukunan dan toleransi," ujarnya.

Di tempat yang sama, koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (Kontras) Haris Azhar mengaku meminta bantuan Wantimpres agar Presiden SBY mau menemui 10 perwakilan warga Syiah yang tiba di Jakarta setelah menggowes sepeda selama 16 hari. Mereka telah berada di Jakarta selama dua pekan.

Para warga Syiah itu berharap Presiden SBY mau menemui mereka sebelum bulan Ramadhan. Menurut mereka, hanya Presiden yang bisa menyelesaikan masalah Syiah di Sampang.

"Jalan akhirnya cuma ke Presiden. Maka kami minta ke Wantimpres supaya bisa membantu. Warga Syiah ini tidak akan banyak bicara, cuma akan menyampaikan kehidupan di pengungsian selama beberapa bulan ini," ujar Haris.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

     PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

    PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

    Nasional
    Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

    Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

    Nasional
    LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

    LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

    Nasional
    MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

    MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

    Nasional
    PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

    PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

    Nasional
    Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

    Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

    Nasional
    Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

    Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

    Nasional
    'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

    "Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

    Nasional
    Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

    Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

    Nasional
    Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

    Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

    Nasional
    Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

    Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

    Nasional
    Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

    Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

    Nasional
    PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

    PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

    Nasional
    Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

    Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

    Nasional
    Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

    Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com