Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Dissenting Opinion", Bukti Perlu Evaluasi

Kompas.com - 06/10/2011, 13:07 WIB
Sandro Gatra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Adanya dissenting opinion atau pendapat berbeda dalam putusan Komite Etik KPK terkait dugaan pelanggaran etika terhadap pimpinan atau pejabat KPK dinilai menjawab pertanyaan publik bahwa memang ada pimpinan yang perlu mendapat evaluasi.

Hal itu dikatakan Wakil Ketua DPR Pramono Anung di Komplek DPR, Kamis (6/10/2011). Pramono dimintai tanggapan hasil Komite Etik yang diumumkan kemarin.

Dalam hasil Komite Etik itu, tiga dari tujuh anggota Komite Etik KPK menilai, dua pimpinan KPK, yakni Chandra Hamzah dan Haryono Umar, terbukti melakukan pelanggaran kode etik ringan.

Pramono menilai, ada pertentangan yang sangat kuat dalam pengambilan keputusan di Komite Etik jika melihat tiga pendapat berbeda itu. "Sebab, tidak bisa dibayangkan kalau katakanlah posisinya terbalik, empat berikan sanksi, tiga nggak. Itu akan sangat berbeda posisinya," kata dia.

Meski demikian, Pramono tetap mengapresiasi putusan itu. Apa pun putusan itu, kata dia, lembaga KPK harus diselamatkan dari berbagai pelemahan. Selain itu, lembaga KPK harus lebih diperkuat.

"Akan tetapi, kita juga harus adil tentunya memberikan ruang bagi publik untuk berikan penilaian bagi pimpinan KPK yang ternyata dalam masa jabatannya tidak menjalankan tugas-tugasnya secara baik," ucap dia.

Pramono menambahkan, persoalan itu harus menjadi pelajaran bagi pimpinan KPK selanjutnya. "Harapannya, pemimpin KPK yang baru tidak melakukan praktik yang sama seperti yang dilakukan pimpinan sebelumnya," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
     PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

    PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

    Nasional
    Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

    Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

    Nasional
    LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

    LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

    Nasional
    MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

    MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

    Nasional
    PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

    PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

    Nasional
    Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

    Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

    Nasional
    Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

    Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

    Nasional
    'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

    "Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

    Nasional
    Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

    Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

    Nasional
    Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

    Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

    Nasional
    Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

    Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

    Nasional
    Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

    Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

    Nasional
    PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

    PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

    Nasional
    Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

    Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com