Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengalaman Mencontreng di Afrika Selatan

Kompas.com - 09/04/2009, 15:32 WIB

Laporan langsung Hermawan Kartajaya dari Capetown

CAPETOWN, KOMPAS.com — Tepat pukul 09.00 pagi waktu Capetown, sama dengan pukul 14.00 WIB, pemilu dimulai di tempat pemungutan suara atau TPS di Kantor Konjen RI Capetown, Afrika Selatan.

Acara didahului dengan pengambilan sumpah secara agama Islam terhadap Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara Luar Negeri atau KPPSLN oleh Ketuanya, Erry Kananga. Ketua Panitia Pemilihan Luar Negeri atau PPLN Nimrot Rajagukguk kemudian menyerahkan kunci kotak suara pada Erry yang kemudian membukanya dan memperlihatkan semua dokumen di dalamnya.

Total, menurut daftar pemilih tetap di TPS itu, ada 51 orang Indonesia yang berhak untuk memilih. Saya merupakan orang ke-52 yang datang dari Jakarta dan juga ikut mencontreng di Capetown.

Konjen RI Andradjati menyatakan puas dengan antusiasme orang Indonesia kali ini. "Walaupun jumlah orang Indonesia beserta keluarga di sini hanya 70 orang, tapi saya bangga akan nasionalisme mereka," tegas Andradjati. Menurut beliau, acara pencontrengan hari ini berjalan lancar karena sosialisasi pemilu oleh KPU Pusat bersama Pokja Pemilu Deplu yang dilakukan 16 Desember tahun lalu cukup bagus.

Capetown sendiri yang merupakan ibu kota Provinsi Western Cape memunyai arti penting buat Indonesia karena di sini terletak Macassar yang namanya diberikan Syekh Yusuf. Almarhum adalah imam besar dari Gowa, Sulawesi Selatan. Ia pernah dibuang Belanda ke Sri Lanka dan akhirnya ke daerah ini.

Di tempat ini, selama lima tahun, yaitu pada tahun 1694-1699, Syekh Yusuf mengajarkan agama Islam di Afrika Selatan. Syekh Yusuf datang bersama 49 orang keluarga dan pengikutnya. Beberapa tahun kemudian, banyak orang Indonesia yang kemudian didatangkan dan dipekerjakan untuk membangun Kota Capetown oleh Belanda.

Nama Macassar sendiri, sebagai suatu wilayah komunitas keturunan Indonesia, diberikan oleh Syekh Yusuf untuk selalu mengenang Tanah Airnya. Masyarakat keturunan Indonesia yang kemudian bercampur darah dengan etnik lain itu juga berasal dari Sumatera Barat, Sumbawa, Jawa, Tidore, dan lain lain.

Di Macassar, Capetown, itulah makam Syekh Yusuf lantas jadi simbol masyarakat Muslim disini. Masyarakat Cape Malay sendiri yang berjumlah 800.000 orang kebanyakan bermukim di Capetown. Masyarakat Cape Malay memang sudah merupakan campuran antara orang Afrika dan Asia, sebagian besar adalah keturunan Indonesia.

Namun, yang menarik, banyak persamaan budaya dengan Indonesia. "Ada kira-kira 350 kosa kata yang sama dengan bahasa kita. Juga cara belajar agama Islamnya hampir sama dengan orang kita," ujar Konjen Andradjati. Dia berharap, kiranya komunitas besar yang memiliki pertalian leluhur dengan Indonesia dan belum pernah melihat Indonesia bisa jadi tourism market untuk Indonesia.

Tahun lalu, Andradjati membuat heritage tour untuk 16 orang Cape Islam, mengunjungi Makassar, Yogyakarta, Bandung, Banten, dan Jakarta. Tahun ini akan ada tur yang sama dengan jumlah peserta lebih besar pada bulan Juli dan Oktober. Suatu usaha marketing Indonesia yang konkret lewat pendekatan budaya dan agama!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Demokrat Minta Golkar, Gerindra, PAN Sepakati Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Demokrat Minta Golkar, Gerindra, PAN Sepakati Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Nasional
SYL Beli Lukisan Sujiwo Tejo Rp 200 Juta Pakai Uang Hasil Memeras Anak Buah

SYL Beli Lukisan Sujiwo Tejo Rp 200 Juta Pakai Uang Hasil Memeras Anak Buah

Nasional
Anggota Komisi X DPR Haerul Amri Meninggal Saat Kunjungan Kerja

Anggota Komisi X DPR Haerul Amri Meninggal Saat Kunjungan Kerja

Nasional
Polri Desak Kepolisian Thailand Serahkan Fredy Pratama ke Indonesia Jika Tertangkap

Polri Desak Kepolisian Thailand Serahkan Fredy Pratama ke Indonesia Jika Tertangkap

Nasional
Jokowi Sebut 3 Hal yang Ditakuti Dunia, Wamenkeu Beri Penjelasan

Jokowi Sebut 3 Hal yang Ditakuti Dunia, Wamenkeu Beri Penjelasan

Nasional
Soal 'Presidential Club', Djarot PDI-P: Pak Prabowo Kurang Pede

Soal "Presidential Club", Djarot PDI-P: Pak Prabowo Kurang Pede

Nasional
Polri Serahkan Kasus TPPU Istri Fredy Pratama ke Kepolisian Thailand

Polri Serahkan Kasus TPPU Istri Fredy Pratama ke Kepolisian Thailand

Nasional
Evaluasi Arus Mudik, Jokowi Setuju Kereta Api Jarak Jauh Ditambah

Evaluasi Arus Mudik, Jokowi Setuju Kereta Api Jarak Jauh Ditambah

Nasional
Prajurit TNI AL Tembak Sipil di Makassar, KSAL: Proses Hukum Berjalan, Tak Ada yang Kebal Hukum

Prajurit TNI AL Tembak Sipil di Makassar, KSAL: Proses Hukum Berjalan, Tak Ada yang Kebal Hukum

Nasional
Demokrat Tak Keberatan PKS Gabung Pemerintahan ke Depan, Serahkan Keputusan ke Prabowo

Demokrat Tak Keberatan PKS Gabung Pemerintahan ke Depan, Serahkan Keputusan ke Prabowo

Nasional
Polri Tangkap 28.861 Tersangka Kasus Narkoba, 5.049 di Antaranya Direhabilitasi

Polri Tangkap 28.861 Tersangka Kasus Narkoba, 5.049 di Antaranya Direhabilitasi

Nasional
Soal Kekerasan di STIP, Menko Muhadjir: Itu Tanggung Jawab Institusi

Soal Kekerasan di STIP, Menko Muhadjir: Itu Tanggung Jawab Institusi

Nasional
Pertamina Goes To Campus 2024 Dibuka, Lokasi Pertama di ITB

Pertamina Goes To Campus 2024 Dibuka, Lokasi Pertama di ITB

Nasional
Demokrat Sudah Beri Rekomendasi Khofifah-Emil Dardak Maju Pilkada Jawa Timur

Demokrat Sudah Beri Rekomendasi Khofifah-Emil Dardak Maju Pilkada Jawa Timur

Nasional
14 Negara Disebut Akan Ambil Bagian dalam Super Garuda Shield 2024

14 Negara Disebut Akan Ambil Bagian dalam Super Garuda Shield 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com