SAYA diundang sebagai pembicara dalam seminar bertemakan “Peluang dan Tantangan Industri Penyiaran di Era Transformasi Digital”, yang sangat menarik ketika dikaitkan dari perspektif tantangan geopolitik masa depan Indonesia.
Perihal ini menjadi penting mengingat bahwa revolusi digital telah membawa perubahan besar dalam berbagai sektor, termasuk industri penyiaran di Indonesia. Maka di balik manfaat ini, terdapat tantangan geopolitik signifikan.
Persaingan dengan platform global seperti Netflix dan YouTube memaksa penyiar lokal untuk berinovasi dan meningkatkan konten mereka agar tetap relevan.
Dari itu regulasi pemerintah yang bertujuan melindungi industri dalam negeri, dan mempromosikan konten lokal, haruslah tidak menambah kompleksitas dalam menghadapi persaingan internasional.
Pemerintah Indonesia telah mengambil langkah-langkah strategis untuk mendorong transformasi digital di sektor penyiaran. Regulasi seperti Undang-Undang Penyiaran dan kebijakan Analog Switch-Off (ASO) adalah upaya untuk memastikan transisi yang mulus dari siaran analog ke digital.
Namun, implementasi kebijakan ini tidak tanpa tantangan. Infrastruktur yang belum merata dan aksesibilitas teknologi digital yang masih terbatas di beberapa daerah memperlambat proses transformasi.
Di tengah revolusi digital ini, industri penyiaran Indonesia harus menghadapi tantangan geopolitik dengan strategi yang cermat. Kolaborasi antara pemerintah, penyiar lokal, dan penyedia teknologi menjadi kunci untuk mengatasi hambatan ini.
Investasi dalam infrastruktur digital dan peningkatan keterampilan sumber daya manusia juga sangat penting untuk memastikan bahwa seluruh lapisan masyarakat dapat menikmati manfaat dari siaran digital.
Bersamaan pula transformasi digital mengacu pada integrasi teknologi digital ke dalam semua area bisnis, secara fundamental guna mengubah cara mereka beroperasi dan memberikan nilai kepada pelanggan.
Proses ini tidak hanya tentang mengadopsi teknologi baru, tetapi juga tentang mengubah cara kerja organisasi, model bisnis, dan budaya perusahaan.
Dalam industri penyiaran, transformasi digital telah mengubah cara konten diproduksi, didistribusikan, dan dikonsumsi. Ini mencakup penggunaan teknologi seperti big data, kecerdasan buatan, dan cloud computing untuk meningkatkan efisiensi operasional dan pengalaman pemirsa.
Dalam konteks industri penyiaran, transformasi digital melibatkan transisi dari siaran analog ke siaran digital, yang menawarkan kualitas gambar dan suara yang lebih baik serta efisiensi penggunaan spektrum frekuensi.
Adopsi teknologi internet juga memungkinkan penyiar untuk memperluas jangkauan mereka melalui layanan streaming online dan platform over-the-top (OTT).
Di Indonesia, proses transformasi digital di industri penyiaran dimulai dengan upaya pemerintah dalam mengimplementasikan siaran televisi digital.
Langkah awal ini ditandai dengan peluncuran siaran digital pertama oleh TVRI pada 2012, menandai era baru dalam penyiaran televisi di Indonesia. Inisiatif ini bertujuan meningkatkan kualitas penyiaran serta efisiensi penggunaan spektrum frekuensi.