JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengeklaim, sudah ada investasi asing senilai kurang-lebih Rp 50 triliun yang masuk ke proyek Ibu Kota Nusantara (IKN).
"Yang dari luar Indonesia sekarang sudah deal investasi yang sudah masuk hampir kurang-lebih Rp 50 triliun," kata Bahlil di Perpustakaan Nasional, Jakarta, Sabtu (23/12/2023).
Bahlil menuturkan, investasi itu berada pada sektor jasa seperti perhotelan, mal, pendidikan, dan rumah sakit.
Ia menyebutkan investasi tersebut berasal dari Eropa dan Asia meski tidak mengungkap secara gamblang siapa pihak yang akan berinvestasi itu.
Baca juga: Mahfud MD: IKN Harus Diteruskan, tapi Pendanaannya Perlu Investor
Menurut Bahlil, investasi tersebut baru akan terealisasi pada semester II tahun 2024 karena pemerintah masih fokus pada realisasi investasi dalam negeri.
"Kan itu infrastrukturnya harus kita selesaikan dulu. Jadi klaster pertama kebijakan kami adalah memprioritaskan investasi dari dalam negeri, mereka (investor asing) akan masuk di klaster kedua," kata Bahlil.
Isu investasi di proyek IKN kembali mencuat setelah diungkit dalam debat calon wakil presiden (cawapres) pada Jumat (23/12/2023) malam kemarin.
Dalam debat semalam, cawapres nomor urut 3 menyebutkan bahwa pembangunan IKN belum menarik minat investor.
"Sejauh ini yang kita baca, sampai sekarang belum ada satu pun investor yang masuk ke sana (IKN). Coba kalau ada, sebutkan satu atau dua, kalau ada, satu atau dua gitu investor mana yang masuk," tanya Mahfud kepada cawapres nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka.
Baca juga: Mahfud Sebut Belum Ada Investor Masuk ke IKN, Gibran: Di-Google Dulu, Sudah Banyak yang Masuk
Mendengar pertanyaan itu, Gibran kemudian meminta Mahfud untuk menelusuri pemberitaan media lewat mesin pencarian Google bahwa sudah banyak investasi yang masuk ke IKN.
"Prof mungkin setelah nanti pulang dari debat bisa di-Google, sudah banyak (investasi) yang masuk. Mayapada, Agung Sedayu dan nanti akan tambah," ujar Gibran.
"Sekali lagi, setelah pilpres, mereka (investor) pasti akan (bertambah) karena mereka kan wait and see dulu bagaimana situasi politik di Indonesia, terima kasih Prof," lanjut putra sulung Presiden Joko Widodo itu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.