Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ditjen Imigrasi Pakai Teknologi Baru untuk Deteksi Buron, Cukup Pakai Foto

Kompas.com - 02/08/2023, 13:35 WIB
Syakirun Ni'am,
Novianti Setuningsih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Jenderal (Dirjen) Imigrasi pada Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham), Silmy Karim mengungkapkan, pihaknya kini tidak lagi memerlukan nomor paspor untuk menangkap seseorang yang masuk dalam daftar buron atau cegah.

Silmy mengatakan, Direktorat Jenderal (Ditjen) Imigrasi kini sudah memiliki teknologi baru yang bisa mendeteksi target atau buron berbekal foto.

“Imigrasi memiliki salah satu teknologi terbaru, kita tidak perlu tahu nomor paspor, cukup foto, foto dari pada target yang akan diamankan,” kata Silmy dalam konferensi pers di Gedung Imigrasi, Jakarta Selatan, Rabu (2/8/2023).

Menurut Silmy, ketika wajah target maka terdeteksi alat tersebut akan langsung mengeluarkan semua data paspor berikut detail perjalanan pemiliknya.

Baca juga: Imigrasi Tangkap Pelaku Penyelundupan Manusia di Bandara Soekarno-Hatta, Ini Kronologinya

Keberadaan teknologi baru ini, kata Silmy, memudahkan pihak Imigrasi untuk menangkap siapa pun pihak yang menjadi target penegakan hukum.

“Juga membantu institusi penegakan hukum lainnya, seperti kejaksaan, kepolisian, KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) dan sebagainya,” ujar Silmy.

Mantan Direktur Utama (Dirut) Krakatau Steel itu mengatakan, teknologi ini baru digunakan pada tahun ini dan akan membantu Imigrasi serta aparat penegak hukum mengejar pihak-pihak yang masuk dalam radar pencarian orang.

“Teknologi ini baru tahun ini kita bisa manfaatkan dalam hal untuk kita meningkatkan kemampuan kita dalam hal mengejar target,” kata Silmy.

Baca juga: Dirjen Imigrasi Ungkap Kasus Penyelundupan Manusia, Pakai Cap Imigrasi Palsu

Untuk diketahui, Ditjen Imigrasi belum lama ini menangkap seorang pelaku terduga tindak pidana penyelundupan manusia (TPPM) bernisial ODG (37).

Ia diduga berusaha mengelabui proses penerbitan visa di Kedutaan Besar (Kedubes) Amerika Serikat (AS) dengan membubuhkan stempel keimigrasian palsu berbagai negara pada paspor calon korbannya.

Namun, upaya ODG dicurigai Kedubes AS karena riwayat perjalanan itu dilakukan pada masa Pandemi Covid-19. Padahal, saat itu berbagai negara sedang menutup perbatasan.

Kedubes AS pun melaporkan temuan ini kepada Ditjen Imigrasi. Setelah diperiksa, pihak Imigrasi menyimpulkan stempel keimigrasian berbagai negara itu palsu.

ODG sempat menghilang menghindari pemeriksaan hingga akhirnya ditangkap petugas Imigrasi saat hendak menyeberang ke Malaysia melalui Bandara Soekarno Hatta.

“Jadi poinnya satu proses kita dalam mengamankan yang kita tidak tahu (nomor paspor), hanya berdasarkan informasi kecurigaan dari Kedutaan Besar Amerika,” ujar Silmy.

Baca juga: Polisi Ungkap Peran Petugas Imigrasi di Kasus TPPO Jual Beli Ginjal ke Kamboja

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perkenalkan Istilah ‘Geo-cybernetics’, Lemhannas: AI Bikin Tantangan Makin Kompleks

Perkenalkan Istilah ‘Geo-cybernetics’, Lemhannas: AI Bikin Tantangan Makin Kompleks

Nasional
Megawati Disebut Lebih Berpeluang Bertemu Prabowo, Pengamat: Jokowi Akan Jadi Masa Lalu

Megawati Disebut Lebih Berpeluang Bertemu Prabowo, Pengamat: Jokowi Akan Jadi Masa Lalu

Nasional
Laporkan Dewas ke Bareskrim, Wakil Ketua KPK Bantah Dirinya Problematik

Laporkan Dewas ke Bareskrim, Wakil Ketua KPK Bantah Dirinya Problematik

Nasional
Kolaborasi Pertamina–Mandalika Racing Series Dukung Pembalap Muda Bersaing di Kancah Internasional

Kolaborasi Pertamina–Mandalika Racing Series Dukung Pembalap Muda Bersaing di Kancah Internasional

Nasional
Harkitnas, Fahira Idris Tekankan Pentingnya Penguasaan Iptek untuk Capai Visi Indonesia Emas 2045

Harkitnas, Fahira Idris Tekankan Pentingnya Penguasaan Iptek untuk Capai Visi Indonesia Emas 2045

Nasional
Sempat Sebut Lettu Eko Meninggal karena Malaria, Dankormar: Untuk Jaga Marwah Keluarga

Sempat Sebut Lettu Eko Meninggal karena Malaria, Dankormar: Untuk Jaga Marwah Keluarga

Nasional
Yasonna Berharap Program PPHAM Dilanjutkan oleh Pemerintahan Prabowo-Gibran

Yasonna Berharap Program PPHAM Dilanjutkan oleh Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Di WWF 2024, Jokowi Ajak Semua Pihak Wujudkan Tata Kelola Air yang Inklusif dan Berkelanjutan

Di WWF 2024, Jokowi Ajak Semua Pihak Wujudkan Tata Kelola Air yang Inklusif dan Berkelanjutan

Nasional
KSP Sebut Bakal Pertimbangkan Nama-nama Pansel KPK Rekomendasi ICW

KSP Sebut Bakal Pertimbangkan Nama-nama Pansel KPK Rekomendasi ICW

Nasional
Kementan Rutin Kirim Durian Musang King, SYL: Keluarga Saya Tak Suka, Demi Allah

Kementan Rutin Kirim Durian Musang King, SYL: Keluarga Saya Tak Suka, Demi Allah

Nasional
Jokowi-Puan Bertemu di WWF 2024, Pengamat: Tidak Akan Buat Megawati Oleng

Jokowi-Puan Bertemu di WWF 2024, Pengamat: Tidak Akan Buat Megawati Oleng

Nasional
56.750 Jemaah Haji Tiba di Madinah, 6 Orang Dikabarkan Wafat

56.750 Jemaah Haji Tiba di Madinah, 6 Orang Dikabarkan Wafat

Nasional
Ingatkan Soal Kuota Haji Tambahan, Anggota DPR: Jangan Sampai Dipanggil KPK

Ingatkan Soal Kuota Haji Tambahan, Anggota DPR: Jangan Sampai Dipanggil KPK

Nasional
Laporkan Dewas ke Polisi, Nurul Ghufron Sebut Sejumlah Pegawai KPK Sudah Dimintai Keterangan

Laporkan Dewas ke Polisi, Nurul Ghufron Sebut Sejumlah Pegawai KPK Sudah Dimintai Keterangan

Nasional
Buka Forum Parlemen WWF Ke-10, Puan: Kelangkaan Air Perlebar Ketimpangan

Buka Forum Parlemen WWF Ke-10, Puan: Kelangkaan Air Perlebar Ketimpangan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com