Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kesaksian Eksil Korban 1965 Terbang Moskwa-Aceh Ikut Kick Off Penyelesaian Pelanggaran HAM Berat: Ini Luar Biasa

Kompas.com - 27/06/2023, 21:37 WIB
Nirmala Maulana Achmad,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

PIDIE, KOMPAS.com - Sudaryanto Yanto Priyono (81) rela dari Moskwa, Rusia, menuju Aceh untuk mengikuti kick off program pelaksanaan rekomendasi penyelesaian non-yudisial untuk 12 kasus pelanggaran hak asasi manusia (HAM) berat masa lalu.

Yanto, begitu ia akrab disapa, merupakan eksil korban tragedi 1965-1966 yang tak bisa kembali menetap di Tanah Air. Kini, Yanto merupakan warga negara Rusia.

Ia dulunya bertolak ke Rusia untuk kuliah. Namun, tragedi 1965-1966 membuatnya tidak bisa pulang ke Tanah Air.

“Mengapa saya jauh-jauh dari Moscow (Moskwa) memutuskan untuk hadir di sini, terus terang saja kalau itu misalnya terjadi di kutub selatan saya pun akan datang,” kata Yanto saat diwawancarai, Senin (26/6/2023).

Baca juga: Kepada Jokowi, Dua Eksil Peristiwa 1965 Ceritakan Pengalaman Saat Tak Bisa Pulang ke Indonesia

Yanto menyebutkan, program penyelesaian non-yudisial oleh pemerintahan untuk 12 kasus pelanggaran HAM berat masa lalu merupakan kejadian yang luar biasa.

“Ini adalah sesuatu kejadian yang luar biasa dalam konstelasi politik maupun kemanusiaan. Jadi di sini saya kira lebih mendorong kepada kemanusiaan,” ujar Yanto.

Yanto berharap, rekan-rekannya lain yang juga sebagai eksil bisa melihat bahwa pemerintah tidak mengabaikan kasus pelanggaran HAM berat.

“Ini adalah suatu sinar yang baik. Ini adalah salah satu kesempatan membuka pintu yang lebih luas untuk benar-benar membangun Bhinneka Tunggal Ika,” ujar Yanto.

Yanto meyakini, Presiden Joko Widodo telah memutuskan dengan matang memilih program pelaksanaan rekomendasi penyelesaian non-yudisial untuk 12 kasus pelanggaran HAM berat masa lalu.

“Saya tidak mengira kalau Pak Jokowi hanya memutuskan begitu saja. Tentu sudah memperhitungkan akibat-akibatnya. Dan begitu beliau memutuskan untuk melangkah itu, saya percaya 100 persen bahwa langkah itu adalah benar,” kata Yanto.

“Ini adalah suatu upaya supaya mereka itu membuka mata apa yang sebenarnya terjadi. Tidak menutup persoalan itu, ini memang belum keputusan, ini memang baru pembukaan jendela,” ujar dia.

Baca juga: Saat Jokowi Tawari Eksil Korban Peristiwa 1965 untuk Kembali Jadi WNI...

Diketahui, pemerintah melaksanakan kick off program pelaksanaan rekomendasi penyelesaian non-yudisial untuk 12 kasus pelanggaran HAM berat masa lalu. Kick off digelar di Rumah Geudong, Pidie, Aceh, Selasa (27/6/2023).

Adapun dalam acara itu, Yanto bersama eksil korban 1965-1966 lain yang datang, Jaroni Soejomartono (81), mendapatkan Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS) dari pemerintah Indonesia.

Peluncuran atau kick off itu dihadiri secara langsung maupun virtual oleh para korban pelanggaran HAM berat masa lalu.

Menurut Presiden Jokowi, penyelesaian secara non-yudisial itu bertujuan memulihkan luka bangsa akibat pelanggaran HAM.

Halaman:


Terkini Lainnya

Sebut Sejumlah Nama untuk Pilkada DKI, PDI-P Dinilai Sedang “Beauty Contest”

Sebut Sejumlah Nama untuk Pilkada DKI, PDI-P Dinilai Sedang “Beauty Contest”

Nasional
Kali Pertama, 5 Perwira TNI dan 1 Perwira Polri Terima Medali Perdamaian dari PBB

Kali Pertama, 5 Perwira TNI dan 1 Perwira Polri Terima Medali Perdamaian dari PBB

Nasional
Bertemu Menlu Pakistan, Retno Marsudi Bahas Dukungan untuk Palestina

Bertemu Menlu Pakistan, Retno Marsudi Bahas Dukungan untuk Palestina

Nasional
Menlu Retno Hadiri Pertemuan Luar Biasa D-8, Bahas Perkembangan Palestina

Menlu Retno Hadiri Pertemuan Luar Biasa D-8, Bahas Perkembangan Palestina

Nasional
Setelah Sita Puluhan Mobil Mewah Eks Bupati Kukar, KPK Bakal Periksa Saksi Terkait

Setelah Sita Puluhan Mobil Mewah Eks Bupati Kukar, KPK Bakal Periksa Saksi Terkait

Nasional
TNI Siapkan 2 Skema di Gaza, Dirikan RS Lapangan dan Bawa Pasien ke Indonesia

TNI Siapkan 2 Skema di Gaza, Dirikan RS Lapangan dan Bawa Pasien ke Indonesia

Nasional
Saat PDI-P Gelar Wayangan, Ceritanya tentang Raja Pembangkang yang Kerap Hina Pendidiknya...

Saat PDI-P Gelar Wayangan, Ceritanya tentang Raja Pembangkang yang Kerap Hina Pendidiknya...

Nasional
Stranas PK Sebut Hampir di Setiap Kasus Korupsi Ada Pengawas Internal yang Kurang Berfungsi

Stranas PK Sebut Hampir di Setiap Kasus Korupsi Ada Pengawas Internal yang Kurang Berfungsi

Nasional
Wapres Ma'ruf Amin Minta Arab Saudi Tambah Kuota Haji: Di Daerah Harus Tunggu 50 Tahun

Wapres Ma'ruf Amin Minta Arab Saudi Tambah Kuota Haji: Di Daerah Harus Tunggu 50 Tahun

Nasional
Deretan Kendaraan Mewah Eks Bupati Kukar yang Disita KPK, Ada 14 Mercedes Benz, 3 BMW, dan Ducati

Deretan Kendaraan Mewah Eks Bupati Kukar yang Disita KPK, Ada 14 Mercedes Benz, 3 BMW, dan Ducati

Nasional
Panglima TNI Cek Batalyon Kesehatan Kostrad yang Disiapkan Berangkat ke Gaza

Panglima TNI Cek Batalyon Kesehatan Kostrad yang Disiapkan Berangkat ke Gaza

Nasional
Jokowi Bersama Iriana dan Jan Ethes Besepeda di CFD

Jokowi Bersama Iriana dan Jan Ethes Besepeda di CFD

Nasional
Datangi Hambalang, Gibran Diskusi Bareng Prabowo di Ruang Perpustakaan

Datangi Hambalang, Gibran Diskusi Bareng Prabowo di Ruang Perpustakaan

Nasional
Wapres Ma'ruf Amin Apresiasi Layanan Haji Pemerintah Arab Saudi

Wapres Ma'ruf Amin Apresiasi Layanan Haji Pemerintah Arab Saudi

Nasional
Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto Siap Datangi KPK jadi Saksi Kasus Harun Masiku

Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto Siap Datangi KPK jadi Saksi Kasus Harun Masiku

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com