Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jannus TH Siahaan
Doktor Sosiologi

Doktor Sosiologi dari Universitas Padjadjaran. Pengamat sosial dan kebijakan publik. Peneliti di Indonesian Initiative for Sustainable Mining (IISM). Pernah berprofesi sebagai Wartawan dan bekerja di industri pertambangan.

Israel dalam Pusaran Politik Olahraga Indonesia

Kompas.com - 08/04/2023, 05:33 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DAGING cincang, atau Mincemeat, adalah salah satu menu favorit saya di masa lalu saat makan di rumah makan Padang. Biasanya dipisah dari piring nasi yang disajikan hangat alias dihadirkan dengan piring berukuran kecil secara terpisah.

Setiap menyantap menu cincang, saya selalu tersenyum kecil mengingat namanya, mirip kode taktik sekutu merujuk literatur yang pernah saya baca. Nama itu mirip kode operasi pasukan sekutu, Inggris dan Amerika Serikat pada Perang Dunia kedua tahun 1943, yang membuat Hitler tertipu dan harus gigit jari.

Operasi sederhana bernama mincemeat operation tersebut menjadi salah satu game changer dalam perang dunia kedua. Jerman terpaksa memperkecil daerah kekuasaannya di Italia, dan El Duce, yaitu Benito Amilcare Andrea Mussolini (Benito Mussolini) diturunkan oleh Dewan Besar Fasis.

Operasi Mincemeat adalah operasi tipu daya atau pengalihan, hanya dengan meletakkan sekoper dokumen operasi palsu di tubuh sesosok mayat gelandangan yang dilekatkan identitas angkatan laut Inggris, dengan maksud agar ditemukan oleh tentara Jerman. Isinya berkisah tentang rencana invasi sekutu di Yunani dan Sardinia, Italia.

Dokumen tersebut membuat Hitler super yakin, bahwa Sisilia bukanlah target masuk pasukan sekutu di tanah Italia di saat D-Day, sehingga Jerman tidak melakukan penguatan pertahanan dan penambahan pasukan di sana secara signifikan.

Padahal, sebelumnya, seorang Jenderal Jerman, Jenderal Albert Kesselring; pemimpin Angkatan Udara Jerman (Luftwaffe) dan Komandan pasukan Jerman di Italia selama masa Perang Dunia II, sangat meyakini bahwa Sisilia adalah target pendaratan pasukan Sekutu. Namun pandangannya justru di kesampingkan oleh sang Fuhrer.

Operasi sederhana tersebut mengubah alur peperangan, yang akhirnya membuat pantai Messina, menjadi Dunkirk-nya Jerman (evakuasi 100.000 pasukan Jerman dan Italia) di bawah bayang-bayang pesawat tempur Amerika Serikat dan Inggris.

Evakuasi tersebut atas inisiatif dan kecemerlangan analisa Jenderal Kesselring, karena Hitler dianggap ragu-ragu.

Ya, itulah operasi daging cincang, yang melenakan Hitler layaknya menu cincang yang melenakan lidah saya di Rumah Makan Padang itu.

Logika serupa acap kali dipakai oleh para pembesar politik kekuasaan, tidak terlepas yang terjadi di negeri kita, dengan mencoba memberi umpan-umpan politik kontroversial dengan harapan agar dimakan oleh lawan.

Sayangnya, ada yang berusaha memberi umpan, tapi ternyata tak dimakan oleh lawannya. Ujuk-ujuk umpan tersebut malah jadi senjata makan tuan, karena kurang mendalamnya analisa terhadap kemungkinan-kemungkinan reaksi lawan atas umpan tersebut.

Itulah salah satu kemungkinan yang terjadi dengan polemik rencana kehadiran tim nasional Israel pada laga Piala Dunia U-20 di Indonesia.

Umpan bermula dari sebuah surat penolakan oleh seorang gubernur di mana proses Drawing Piala Dunia U-20 rencananya akan dilangsungkan.

Isi surat tersebut kemudian disambung oleh pernyataan seorang gubernur lainnya, yang kebetulan berasal dari partai yang sama dengan gubernur pertama. Sehabis itu, umpan bergulir secara dinamis.

Pihak lawan, yang selama ini sesungguhnya paling lantang bersuara soal anti-Israel, nampaknya ragu-ragu untuk menceburkan diri ke dalam isu tersebut, alias meragukan umpan yang dilepaskan kedua gubernur tersebut.

Boleh jadi mereka merasa "suprised" karena umpan yang dilemparkan bukanlah umpan yang biasa dipakai oleh pengumpan.

Selama ini, isu Anti-Israel jarang terdengar dari mulut kedua gubernur, begitu juga dengan partai dari mana mereka berasal. Karena itu, lawan pun merasa ada yang aneh. Mengapa ujuk-ujuk "tone" politik mereka berubah?

Tentu tetap ada beberapa partai beraliran Islam yang ikut memakan umpan. Namun karena umpan awal tidak berasal dari mereka, maka imbas politik tidak terlalu mengganggu partai mereka, saat umpan ternyata berbalik arah kepada pemberi umpan.

Nampaknya ada beberapa miskalkulasi yang dilakukan pengumpan, jika kita membandingkannya dengan operasi daging cincang di atas.

Pertama, pengumpan menyalahi kodratnya sebagai ruling party. Di manapun di dunia ini, ruling party harus sejalan dan mendukung semua program pemerintah.

Nah, saat pengumpan yang notabene adalah ruling party melempar umpan yang ternyata berniat meledakkan rencana strategis pemerintah, situasinya kemudian menjadi berbeda.

Hal tersebut memperkuat kecurigaan publik bahwa punggawa Istana, Jokowi, belum benar-benar satu perahu dengan petinggi partai yang mengantarkannya ke Istana, terutama terkait pemilihan tahun 2024 nanti.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jokowi Terima Kunjungan Menteri Iklim Norwegia di Istana, Bahas Masalah Sawit hingga Aksi Iklim

Jokowi Terima Kunjungan Menteri Iklim Norwegia di Istana, Bahas Masalah Sawit hingga Aksi Iklim

Nasional
Tim Gugus Tugas Sinkronisasi Diisi Petinggi Gerindra, Dasco: Itu Hak Presiden Terpilih

Tim Gugus Tugas Sinkronisasi Diisi Petinggi Gerindra, Dasco: Itu Hak Presiden Terpilih

Nasional
Pertiwi Pertamina Dorong Gaya Hidup Berkelanjutan dan Kesejahteraan Holistik Pekerja Pertamina

Pertiwi Pertamina Dorong Gaya Hidup Berkelanjutan dan Kesejahteraan Holistik Pekerja Pertamina

Nasional
Fraksi PDI-P Usul Pasal TNI Bisa Pensiun Usia 65 Tahun Dikaji Ulang

Fraksi PDI-P Usul Pasal TNI Bisa Pensiun Usia 65 Tahun Dikaji Ulang

Nasional
Gunung Ibu di Halmahera Kembali Meletus, Abu Vulkanik Tertiup ke Pengungsian Warga

Gunung Ibu di Halmahera Kembali Meletus, Abu Vulkanik Tertiup ke Pengungsian Warga

Nasional
Prabowo Sebut Indonesia Siap Evakuasi dan Rawat hingga 1.000 Warga Palestina di RS Indonesia

Prabowo Sebut Indonesia Siap Evakuasi dan Rawat hingga 1.000 Warga Palestina di RS Indonesia

Nasional
Anggota Komisi I DPR Yakin RUU TNI Tak Bangkitkan Dwifungsi ABRI

Anggota Komisi I DPR Yakin RUU TNI Tak Bangkitkan Dwifungsi ABRI

Nasional
Bertemu Menhan AS, Prabowo: Saya Apresiasi Dukungan AS Dalam Modernisasi Alutsista TNI

Bertemu Menhan AS, Prabowo: Saya Apresiasi Dukungan AS Dalam Modernisasi Alutsista TNI

Nasional
Bertemu Zelensky, Prabowo Bahas Bantuan Kemanusiaan untuk Gaza

Bertemu Zelensky, Prabowo Bahas Bantuan Kemanusiaan untuk Gaza

Nasional
Keluarga Besar Sigar Djojohadikusumo Gelar Syukuran Terpilihnya Prabowo Presiden RI di Langowan

Keluarga Besar Sigar Djojohadikusumo Gelar Syukuran Terpilihnya Prabowo Presiden RI di Langowan

Nasional
Banyak Keterlambatan, Ketepatan Penerbangan Jemaah Haji Baru 86,99 Persen

Banyak Keterlambatan, Ketepatan Penerbangan Jemaah Haji Baru 86,99 Persen

Nasional
Kemenhub Catat 48 Keterlambatan Penerbangan Jemaah Haji, Paling Banyak Garuda Indonesia

Kemenhub Catat 48 Keterlambatan Penerbangan Jemaah Haji, Paling Banyak Garuda Indonesia

Nasional
PSI: Putusan MA Tak Ada Kaitannya dengan PSI maupun Mas Kaesang

PSI: Putusan MA Tak Ada Kaitannya dengan PSI maupun Mas Kaesang

Nasional
Kunker ke Sichuan, Puan Dorong Peningkatan Kerja Sama RI-RRC

Kunker ke Sichuan, Puan Dorong Peningkatan Kerja Sama RI-RRC

Nasional
Jokowi Beri Ormas izin Usaha Tambang, PGI: Jangan Kesampingkan Tugas Utama Membina Umat

Jokowi Beri Ormas izin Usaha Tambang, PGI: Jangan Kesampingkan Tugas Utama Membina Umat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com