JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI) Andritany Ardhiyasa menyebut 131 korban tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, pahlawan sepak bola.
Andritany pun mengingatkan pengorbanan mereka jangan disia-sian demi memperbaiki tata kelola sepak bola nasional ke depan.
Hal ini disampaikan Andritany usai bertemu Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Tragedi Kanjuruhan di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Kemenko Polhukam), Jakarta, Senin (10/10/2022) sore.
“Ya kalau kita bicara momen, bagi saya ini di atas kita bicara 131 nyawa hilang. Ini tentu bukan yang bagus, tapi jangan pernah kita siakan itu, mereka adalah pahlawan sepak bola, dan jangan 131 itu menjadi sia-sia,” ujar Andritany.
Baca juga: Polri Identifikasi Pengguna Miras dan Pelaku Pengerusakan di Stadion Kanjuruhan
Andritany juga mendorong semua pihak harus duduk bersama untuk memperbaiki tata kelola sepak bola nasional agar menjadi lebih baik.
“Kita harus perbaiki tata kelola menjadi sepakbola lebih baik. Bukan cuma hanya suporter, tapi semua stakeholder, pemain, pelatih, LIB, dan federasi (PSSI) kita duduk bareng untuk bicara sepak bola menjadi lebh baik lagi,” ujar Andritany.
Sementara itu, CEO APPI Hardika Aji Hardika Aji mendorong semua pihak harus memiliki niat untuk benar-benar membenahi tata kelola sepak bola nasional.
Baca juga: Kapolri Copot Irjen Nico Afinta dari Jabatan Kapolda Jawa Timur
Ia mencontohkan aspek yang perlu diperbaiki adalah stadion yang sebelumnya telah mendapat perhatian Presiden Joko Widodo.
Menurut dia, keberadaan stadion di Indonesia perlu banyak dievaluasi.
Selain itu, Aji juga menyoroti standar operasional prosedur (SOP) penggunaan kendaraan taktis (rantis) bagi pemain ketika akan menjalani pertandingan dengan risiko tinggi.
Penggunaan rantis telah jamak dalam laga-laga klasik di Indonesia, seperti pertandingan Persib Bandung melawan Persija Jakarta, termasuk ketika Persebaya Surabaya bertandang melawan Arema FC pada 1 Oktober kemarin.
Menurut Aji, penggunaan rantis tidak harus selalu menjadi andalan dalam laga-laga klasik.
“Bahkan rantis pun kemarin kehadiran tidak cukup menjanjikan begitu untuk keamanan dan kenyamanan mereka. Poin tadi yang harus didiskusikan oleh mereka ke depan,” ungkap Aji.
“Sehingga tidak hanya titik puncaknya adanya nyawa hilang tapi juga berbagai isi macam,” imbuh dia.
Sebelumnya, kerusuhan terjadi di Stadion Kanjuruhan, Kepanjen, Kabupatan Malang, setelah pada laga Arema FC vs Persebaya Surabaya, Arema FC kalah 2-3 di kandang sendiri, Sabtu (1/10/2022).