Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/10/2021, 15:55 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Pierre Andries Tendean atau yang dikenal sebagai Kapten Pierre Tendean merupakan salah satu perwira TNI yang menjadi korban keganasan pasukan Cakra Birawa dalam peristiwa Gerakan 30 September/PKI (G30S/PKI) tahun 1965 silam.

Meskipun menjadi korban, Pierre yang saat itu baru berusia 26 tahun sebenarnya bukan target dari pasukan pemberontak tersebut.

Namun, dia turut menjadi korban demi melindungi pimpinannya, yakni Jenderal AH Nasution yang saat itu merupakan Menteri Koordinator Pertahanan dan Keamanan sekaligus Kepala Staf Angkatan Bersenjata.

Pada masa itu, Pierre merupakan salah satu ajudan Jenderal Nasution yang selalu mendampingi dan akrab dengan keluarga Nasution karena turut bermukim di rumah Nasution yang terletak di Jalan Teuku Umar Nomor 40 di Menteng, Jakarta Pusat.

Baca juga: 1967, Peresmian Sumur Lubang Buaya Dihadiri Tunangan Pierre Tendean

Dikutip dari tayangan Singkap, Kompas TV, Jumat (1/10/2021), Abie Besman, Editor Buku Biografi Pierre Tendean berjudul Sang Patriot mengatakan, pada umur yang masih muda, Pierre telah dikenal sebagai bunga bangsa dan setia dengan tugasnya melindungi simbol negara.

"Pierre muda, ganteng, dia tidak punya power sebesar jenderal-jenderal itu, tapi orang ini ada di lubang yang sama dengan mereka," kata Abie.

"Umur segitu dia bisa dikenal sebagai bunga bangsa, dikenal sebagai orang yang meninggal untuk melakukan tugasnya sebagai tentara atau ajudan untuk melindungi simbol negara, AH Nasution," lanjut dia.

Dalam peristiwa nahas itu, Pierre menunjukkan kesetiaannya kepada sang pemimpin yang telah berhasil melarikan diri saat peristiwa penyerangan.

Ketika pasukan tersebut memoncongkan senjata tepat di hadapan Pierre dan mencari keberadaan Jenderal AH Nasution, dengan tegas Pierre mengaku bahwa dirinya adalah sang jenderal.

Baca juga: Kisah Lettu Pierre Tendean yang Berakhir Maut di Lubang Buaya

Foto Ade Irma Suryani Nasution bersama Lettu Pierre Tendean di Museum DR. A.H Nasution, Jakarta, Selasa (26/9/2017)KOMPAS.COM/Wienda Putri Novianty Foto Ade Irma Suryani Nasution bersama Lettu Pierre Tendean di Museum DR. A.H Nasution, Jakarta, Selasa (26/9/2017)

Pengakuan Pierre itu pun membuat pasukan Cakra Birawa langsung membawa dan menyekapnya di Lubang Buaya, bersama tahanan lainnya.

Jenderal AH Nasution merupakan salah satu sosok yang ditargetkan para pelaku untuk diculik bersama enam orang perwira tinggi TNI lainnya.

Pierre si anak orang kaya

Pierre menjadi ajudan Jenderal Nasution sejak 15 April 1965 setelah menorehkan berbagai prestasi di dunia militer.

Meski awalnya tak disetujui orangtua, Pierre akhirnya resmi menempuh sekolah calon perwira angkatan darat Bumi Panorama, Bandung, pada tahun 1958.

Pria kelahiran Batavia, 21 Februari 1939, itu ditempa pendidikan sebagai taruna di akademi militer tersebut, jurusan teknik atau Zeni selama tiga tahun.

Padahal ayahnya, yaitu Aurelius Lamer (AL) Tendean, merupakan seorang dokter dan psikiater di sebuah rumah sakit jiwa di Magelang, Jawa Tengah, dan menginginkan Pierre meneruskan tugasnya.

"Dia orang kaya pada zaman itu dan orang kaya bisa melakukan apa sajalah dengan kekuasaan uang. Bapakmu yang istilahnya dokter yang masih jarang saat itu," kata Abie.

Baca juga: G30S, G30S/PKI, Gestapu, Gestok, Apa Bedanya?

Walaupun begitu, sebelumnya demi mengikuti keinginan orangtua, putra kedua dari tiga bersaudara itu pun sempat mengikuti tes di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) dan Fakultas Teknik Institut Teknologi Bandung (ITB).

Abie mengatakan, selama menjadi taruna di akademi militer, Pierre juga bukan sekali-dua kali ditanya oleh kawan-kawannya.

"Pierre, kamu orang kaya, ngapain kamu berdarah-darah dan berlumur-lumur di sini?' Tapi saya menemukan jawaban Pierre dari Pak Supardan (alm), dia bilang, 'Selama ini keluarga saya dapat banyak dari negara, sekarang saatnya saya milik negara. Mau apa kamu?" ujar Abie menirukan.

Robert Wagner dari Bumi Panorama

Wajah indo Pierre yang rupawan rupanya membuat dirinya mendapatkan julukan dari kawan-kawannya selama melaksanakan pendidikan di akademi militer.

Pierre mendapat julukan sebagai Robert Wagner dari Bumi Panorama. Robert Wagner adalah seorang aktor dari Amerika Serikat.

Selain itu, Pierre juga mendapat julukan "patona" dari para seniornya di akademi berkat wajahnya yang tampan itu.

Baca juga: Asal-usul Nama Lubang Buaya yang Jadi Tempat Pembuangan Jasad 7 Pahlawan Revolusi Saat G30S/PKI

Dengan tinggi 171 cm, Pierre juga kerap kali menjadi andalan tim olahraga basket, voli, dan tenis.

Pada tahun ketiga di akademi, Pierre terpilih sebagai komandan batalyon korps taruna remaja.

Kemudian pada tahun 1961, Pierre pun berhasil menjadi salah satu dari 144 orang sersan mayor yang dilantik menjadi letnan dua.

Saat itu juga bertepatan dengan digaungkannya Operasi Trikomando Rakyat (Trikora) oleh Presiden Soekarno untuk membebaskan Irian Barat kembali ke wilayah Idonesia.

Sebagai letnan dua, Pierre pun menunaikan tugas pertama di Kodam I Bukit Barisan Sumatera Utara.

Di penugasan pertama inilah, Pierre bertemu dengan sang kekasih yang gagal dipinangnya, Rukmini Chamim.

Baca juga: Fakta Sayur Genjer yang Dikaitkan dengan G30S/PKI, Sejarah sampai Resep

Salah satu adegan Film G30S/PKI ketika pasukan Tjakrabirawa menjemput sejumlah jenderal TNI Angkatan Darat.YOUTUBE Salah satu adegan Film G30S/PKI ketika pasukan Tjakrabirawa menjemput sejumlah jenderal TNI Angkatan Darat.

Ketika berusia 23 tahun, Pierre turut berpartisipasi dalam Operasi Dwikora Ganyang Malaysia.

Dia dipercaya untuk memimpin pasukan sukarela gerilyawan ke negara federasi Malaysia.

Dia juga terlibat dalam operasi penyusupan dan sabotase.

Prestasi gemilangnya itu pun membuat karier Pierre melesat hingga dipinang Jendela AH Nasution untuk menjadi ajudannya.

Firasat

Pada 30 September 1965, Pierre sedianya sudah mengajukan cuti libur untuk merayakan ulang tahun ibundanya, Maria Elizabeth Cornet, di Semarang pada keesokan harinya.

Namun, tugas sebagai ajudan yang cukup padat, pada pukul 15.00 WIB pun membuat Pierre masih berada di Jakarta.

Tak disangka bahwa hari itu menjadi hari terakhir Pierre bertugas sebagai ajudan.

Kepulangan untuk merayakan ulang tahun sang bunda dan rencana bahagia untuk menikahi kekasih hatinya, Rukmini, bulan Desember pun tak terlaksana.

Pierre terbilang akrab dan dekat dengan keluarga Jenderal Nasution, tidak terkecuali dengan putri bungsu sang jenderal, Ade Irma Suryani, yang juga turut menjadi korban dalam peristiwa penyerangan tersebut.

Baca juga: Kisah Ibu yang Terpisah dari 7 Anaknya Selama 38 Tahun karena G30S/PKI

Pierre yang kerap kali dipanggil "Om" oleh anak-anak Jenderal Nasution tanpa sengaja berfoto bersama Ade Irma Suryani pada 1 Juli 1965, di acara pernikahan adik Piere, Rooswdiati Tendean di Jakarta.

Tak ada yang menyangka pula bahwa momen tersebut juga menjadi yang terakhir bagi Pierre dan keluarga sebelum diculik Cakra Birawa.

"Pierre sudah menunjukkan dari kecil bahwa 'Saya akan menjadi seseorang' dengan caranya sendiri. Sekarang banyak orang bermimpi terlalu tinggi, sedangkan mereka tidak menginjak tanah. Pierre menginjak tanah bahkan dikubur di dalamnya untuk menjadi orang yang membopong negara ini," ucap Abie.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Sandiaga Uno Tak Goda PKS Keluar dari Koalisi Perubahan, Sohibul: Justru Ingin Jadi Kader

Sandiaga Uno Tak Goda PKS Keluar dari Koalisi Perubahan, Sohibul: Justru Ingin Jadi Kader

Nasional
Wapres Ingin Demam Olahraga Dimulai dari Sekolah

Wapres Ingin Demam Olahraga Dimulai dari Sekolah

Nasional
Jokowi Sebut ada 30 ASN yang Sudah Siap Segera Pindah ke IKN

Jokowi Sebut ada 30 ASN yang Sudah Siap Segera Pindah ke IKN

Nasional
Ketua PN Jakpus Tak Hadiri Panggilan KY, Jubir: Sedang Pendidikan di Lemhannas

Ketua PN Jakpus Tak Hadiri Panggilan KY, Jubir: Sedang Pendidikan di Lemhannas

Nasional
Tata Kelola ASN Makin Baik, Kemenkumham Sabet 3 Penghargaan BKN Award 2023

Tata Kelola ASN Makin Baik, Kemenkumham Sabet 3 Penghargaan BKN Award 2023

Nasional
Sri Mulyani Sebut Jokowi Akan Umumkan Kenaikan Gaji PNS pada Agustus 2023

Sri Mulyani Sebut Jokowi Akan Umumkan Kenaikan Gaji PNS pada Agustus 2023

Nasional
MA Tolak Kasasi Eks Pegawai KPK soal TWK

MA Tolak Kasasi Eks Pegawai KPK soal TWK

Nasional
Viral, Netizen Bandingkan Berobat di Penang dengan Indonesia, Gus Imin Sentil Kemenkes

Viral, Netizen Bandingkan Berobat di Penang dengan Indonesia, Gus Imin Sentil Kemenkes

Nasional
Diduga Jadi Perantara Suap, Windy Purnama Saksi Kunci Aliran Korupsi BTS Kominfo?

Diduga Jadi Perantara Suap, Windy Purnama Saksi Kunci Aliran Korupsi BTS Kominfo?

Nasional
8 Fraksi DPR Harap MK Putuskan Sistem Pemilu Tetap Terbuka

8 Fraksi DPR Harap MK Putuskan Sistem Pemilu Tetap Terbuka

Nasional
Pesan Wapres ke Timnas Sebelum Lawan Messi dkk: Jangan Terlalu Banyak Kalahnya

Pesan Wapres ke Timnas Sebelum Lawan Messi dkk: Jangan Terlalu Banyak Kalahnya

Nasional
Panglima ke Perwira TNI: Dalam Situasi Apa Pun, Jangan Khianati Tugas untuk Kepentingan Pribadi

Panglima ke Perwira TNI: Dalam Situasi Apa Pun, Jangan Khianati Tugas untuk Kepentingan Pribadi

Nasional
Ketua dan Hakim Tak Penuhi Panggilan KY, PN Jakpus: Ada Tugas dari MA

Ketua dan Hakim Tak Penuhi Panggilan KY, PN Jakpus: Ada Tugas dari MA

Nasional
Jokowi Ungkap Filosofi 'Pohon Hayat' yang Jadi Logo Resmi IKN

Jokowi Ungkap Filosofi "Pohon Hayat" yang Jadi Logo Resmi IKN

Nasional
Anies Harap MK Tetap Putuskan Pemilu Sistem Proporsional Terbuka

Anies Harap MK Tetap Putuskan Pemilu Sistem Proporsional Terbuka

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com