Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Deteksi Covid-19 Terkait Belajar Tatap Muka Terbatas Akan Dilakukan secara Aktif

Kompas.com - 27/09/2021, 20:01 WIB
Haryanti Puspa Sari,
Kristian Erdianto

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Kesehatan akan melakukan deteksi Covid-19 secara aktif terkait aktivitas pembelajaran tatap muka terbatas.

Deteksi dilakukan dengan memperkuat pemeriksaan (testing), pelacakan kontak erat (tracing) dan perawatan (treatment) atau 3T.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, upaya tersebut dilakukan agar pelaksanaan belajar tatap muka terbatas lebih aman.

"Kita konsentrasi dua strategi yang sifatnya dari hulu, strategi protokol kesehatan, dan deteksi atau 3T. Kita ingin melakukan strategi surveilans atau 3T, khusus untuk aktivitas belajar mengajar," kata Budi, dalam konferensi pers secara virtual melalui kanal YouTube Sekretariat Presiden, Senin (27/9/2021).

Baca juga: Nadiem Khawatir Anak-anak Makin Lama Lakukan Pembelajaran Jarak Jauh

Budi mengatakan, jika strategi surveilans tersebut berhasil dilakukan di sekolah, maka strategi yang sama akan direplikasi untuk sektor pariwisata, perdagangan, keagamaan dan transportasi.

Ia menjelaskan, strategi surveilans yang digunakan untuk menemukan kasus Covid-19 tidak lagi bersifat passive case finding, tetapi active case finding atau pelacakan kasus secara aktif.

"Kita yang aktif mencari (kasus Covid-19) bukan kita yang menunggu, kalau ada yang panas, atau bergejala, kita yang aktif keluar mengejar bolanya, jadi ini namanya strategi surveilans, active case finding," ujarnya.

Budi mengatakan, penelusuran kasus secara aktif dilakukan di tingkat kabupaten/kota dengan jumlah sekolah yang melaksanakan PTM.

Kemudian, dari sejumlah sekolah di kabupaten/kota tersebut diambil sampling per kecamatan.

"Per kecamatan itu harus dimonitor dengan ketat dari sisi surveilans, lalu kita ambil 30 siswa dan 30 pengajar per sekolah itu semuanya di-swab PCR dengan metode full testing, jadi kita ambil beberapa tesnya sekali jalan," ucapnya.

Baca juga: Satgas: Ada 2,77 Persen Sekolah yang Timbulkan Klaster Covid-19 Selama PTM Terbatas

Menurut Budi, hasil surveilans akan digunakan untuk menentukan kelanjutan pembelajaran tatap muka.

Ia mengatakan, jika terdapat sekolah yang memiliki kasus positif Covid-19, namun positivity rate di daerah tersebut di bawah 1 persen, maka kontak erat akan dikarantina dan sekolah tetap bisa berjalan.

"Tapi kalau di atas 5 persen (positivity rate), kita tes seluruh sekolah karena ada kemungkinan ini menyebarkan sekolahnya, kita ubah dulu menjadi belajar online, ditutup dulu selama 14 hari dan kita rapikan protokol kesehatan. Setelah 14 hari masuk lagi," ucap Budi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com