Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bima Arya Harap Pelaksanaan Vaksinasi dan Distribusi Vaksin dari Pusat Disinkronkan dengan Pemda

Kompas.com - 18/07/2021, 18:09 WIB
Tatang Guritno,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wali Kota Bogor Bima Arya menyebut pekerjaan rumah pemerintah adalah memastikan masyarakat mendapat informasi transparan dan mekanisme alur vaksinasi yang efektif.

Bima mengatakan, pemerintah baik pusat dan daerah harus sinkron agar proses vaksinasi Covid-19 berjalan dengan baik.

"Kita ingat ada satu tulisan yang tersebar di Whatsapp Group tentang praktis dan simplenya vaksin di Amerika, nah hari ini itu yang kita atur bagaimana semua hal sinkron," ungkap Bima dalam rilis survei virtual yang diadakan Lembaga Survei Indonesia (LSI), Minggu (18/7/2021).

Baca juga: Percepat Vaksinasi, Mendagri Instruksikan Gubernur Atur Alokasi Distribusi Vaksin Covid-19

Bima menuturkan, saat ini pemerintah daerah dan pusat masih belum sinkron dalam menjalankan proses vaksinasi untuk masyarakat.

Ia mencontohkan ketidaksinkronan itu dengan apa yang terjadi di Kota Bogor.

Saat itu, lanjut Bima, pemerintah pusat membuka pendaftaran vaksinasi Covid-19 melalui aplikasi Peduli Lindungi.

Namun, masyarakat yang sudah mendaftar di aplikasi itu dan memiliki tiket antrian merasa berhak mendapatkan vaksin Covid-19 di lokasi mana pun di Kota Bogor.

"Sedangkan pemerintah daerah sudah punya skema vaksin di sentral A jam sekian sampai jam sekian, jadi orang yang datang dengan aplikasi Peduli Lindungi ini yang menyebabkan persoalan di lapangan, nah ini harus sinkron," jelasnya.

Baca juga: 1,7 Juta Kasus Covid-19 di RI, Potensi Gelombang Kedua serta Kesenjangan Distribusi Vaksin Negara Maju dan Berkembang

Selain itu Bima juga meminta agar priorias vaksinasi yang diberikan pemerintah pusat ke daerah berjalan selaras dan terkoordinasi dengan baik.

Dalam pandangan Bima, pemerintah pusat kerap meminta pemerintah daerah berpindah-pindah fokus dalam program vaksinasi Covid-19.

"Contohnya awal-awal Pemda disuruh fokus pada pelayanan publik, belum selesai diminta bergeser pada pra lansia diatas 50 tahun, belum selesai fokus di situ, kita diminta bergeser ke kelompok komunal tertutup seperti rusunawa, pesantren, lapas, asrama dan lain sebagainya, belum selesai diminta bergeser fokus ke anak-anak dan remaja," tutur dia.

Terakhir, persoalan yang mesti diselesaikan menurut Bima adalah soal distribusi vaksin.

Baca juga: Beredar Jasa Pembuatan Sertifikat Vaksin Tanpa Perlu Vaksinasi, Kemenkes: Itu Penipuan

Saat ini, untuk mempercepat pembentukan herd immunity, pemerintah pusat melibatkan lebih banyak pihak untuk memberikan vaksinasi Covid-19 pada masyarakat.

Bima menilai, pemerintah pusat mesti mempersiapkan prosesnya dengan serius dan menjalin komunikasi dengan pemerintah daerah.

"Persoalan di lapangan adalah sekarang ini distribusi vaksin tidak lagi ke pemerintah kota atau daerah, enggak lagi ke Dinas Kesehatan, tapi langsung ada yang ke TNI, Polri, ormas. Saya kira bagus untuk memperluas jangkauan penerima vaksin tapi persoalannya tenaga kesehatannya kan dari kita (pemerintah daerah)," sebut dia.

"Jadi ini kalau tidak disiapkan dengan serius tidak akan memperluas cakupan vaksin atau bahkan tidak akan mempercepat," sambung Bima

Baca juga: Capaian Vaksinasi di Banten Baru 14 Persen padahal Dekat Jakarta, Ini Pesan Kapolri dan Panglima TNI

Ia mengaku saat ini pihaknya tidak mengetahui kapan vaksin Covid-19 dari pemerintah pusat akan didistribusikan ke masyarakat.

Maka Bima berharap pemerintah pusat segera menentukan tahapan dan target yang jelas serta timeline pemberian vaksin.

"Yang kira perlukan sekarang adalah tahapan yang jelas, target-target yang terukur beserta timelinenya, jadi sekarang kita tahu, Sinovac sekian juta, Moderna sekian juta dan ada yang lain. Kita butuh kejelasan alokasi ke daerah kapan datang, berapa banyak dan lain sebagainya," imbuhnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Nasional
Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

Nasional
Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan 'Presidential Club'

Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan "Presidential Club"

Nasional
Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Nasional
Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya 'Clean and Clear'

Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya "Clean and Clear"

Nasional
Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Nasional
Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada 'Presidential Club'

Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada "Presidential Club"

Nasional
Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Nasional
“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

Nasional
Soal Orang 'Toxic' Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Soal Orang "Toxic" Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Nasional
Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

Nasional
Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Nasional
Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com