Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Dirjen EBTKE Ajak Semua Pihak Berinovasi Kembangkan Pemanfaatan Energi Surya

Kompas.com - 24/09/2020, 18:50 WIB
Inadha Rahma Nidya,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Direktur Jenderal (Dirjen) Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Asing (EBTKE) Sutijastoto, mengajak seluruh pemangku kepentingan bergandengan tangan pada masa sulit ini, dengan berinovasi mengembangkan pemanfaatan energi surya.

Hal tersebut bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, serta memperkuat kebijakan untuk membangun a level playing field untuk energi baru dan terbarukan (EBT).

Para pemimpin dunia dalam berbagai forum internasional pun sepakat, program energi terbarukan dan efisiensi energi dapat menjadi penolong bagi perekonomian.

Untuk mendukung pengembangan EBT, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) sendiri telah merevisi peraturan dan perundang-undangan.

Baca juga: Kembangkan Pasar EBT, Ditjen EBTKE Godok Rancangan Perpres EBT

“Mengingat teknologinya terus berkembang sehingga menjadi semakin efisien dan terjangkau, energi surya diharapkan menjadi penopang utama pencapaian target energi terbarukan 23 persen pada 2025,” kata Sutijastoto, seperti dalam keterangan tertulisnya.

Hal tersebut dikatakan Sutijastoto, dalam Peringatan dan Refleksi Tiga Tahun Gerakan Sejuta Surya Atap, Kamis (24/9/2020).

Tiga tahun lalu, Institute for Essential Services Reform (IESR) bersama para pelaku dan aktivis energi terbarukan mempelopori Gerakan Nasional Sejuta Surya Atap (GNSSA).

Indonesia yang berada di sepanjang garis khatulistiwa memang memiliki potensi energi surya yang berlimpah.

Teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang berbentuk modular pun dianggap sangat menguntungkan, karena mudah dipasang dan relatif mudah ditransportasikan antarpulau.

Baca juga: Hingga Paruh Pertama Tahun Ini, Sudah 2.346 PLTS Atap Terpasang

Sutijastoto pun mengucapkan terima kasih atas segala upaya yang telah dilakukan IESR.

“KESDM mengucapkan terima kasih karena telah menggandeng berbagai pemangku kepentingan untuk menjadikan energi surya khususnya teknologi PLTS Atap, sebagai arus utama isu energi nasional,” kata Sutijastoto.

Menurut Sutijastoto, gerakan tersebut sangat penting untuk mengembangkan pasar energi matahari yang masih kecil, bahkan di bawah skala ekonomi. Akibatnya, harga PLTS di Indonesia masih mahal.

Padahal, harga PLTS yang terjangkau akan mendorong pemanfaatan di masyarakat luas, dan energi surya pun akan menjadi penggerak utama transisi menuju energi bersih.

Baca juga: Pakai PLTS di Rumah agar Hemat Listrik, Berapa Estimasi Biayanya?

“Kami harus terus mengupayakan pengembangan PLTS serta EBT lainnya, sehingga mencapai skala ekonomi dan harga yang kompetitif,” kata Sutijastoto.

Saat ini, pemanfaatan energi surya sudah berkembang pesat di berbagai belahan dunia, salah satunya India. Mereka telah memproyeksikan energi surya sebagai pengganti pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), sekaligus mengurangi ketergantungan impor atas sumber daya energi.

Republik Rakhyat Tiongkok (RRT) sebagai konsumen energi terbesar di dunia juga telah lama mengembangkan energi surya. Saat ini, mereka menjadi eksportir terbesar sekaligus pelopor panel surya di dunia.

Melalui refleksi ini, Sutijastoto pun berharap Indonesia dapat melakukan hal serupa.

“Semoga dapat terbangun kembali komitmen bersama untuk mendorong akselerasi, identifikasi tantangan, serta ide inovatif untuk mendorong perkembangan PLTS Atap secara masif,” kata Sutijastoto.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Nasional
Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

Nasional
Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan 'Presidential Club'

Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan "Presidential Club"

Nasional
Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Nasional
Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya 'Clean and Clear'

Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya "Clean and Clear"

Nasional
Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Nasional
Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada 'Presidential Club'

Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada "Presidential Club"

Nasional
Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Nasional
“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

Nasional
Soal Orang 'Toxic' Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Soal Orang "Toxic" Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Nasional
Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com