Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keterbatasan Informasi yang Inklusif, Anak Penyandang Disabilitas Sulit Memahami Protokol Kesehatan

Kompas.com - 03/07/2020, 15:46 WIB
Deti Mega Purnamasari,
Kristian Erdianto

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Terbatasnya akses informasi terkait protokol kesehatan untuk mencegah penularan Covid-19 menjadi persoalan yang dihadapi anak penyandang disabilitas. Akibatnya, anak sulit memahami protokol kesehatan yang dianjurkan pemerintah dan berisiko tinggi tertular virus corona.

Protokol kesehatan terkait pencegahan Covid-19 antara lain, menjaga jarak, penggunaan masker di ruang publik dan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun.

"Itu (terbatasnya informasi) membuat anak cenderung tidak dapat mengikuti rekomendasi protokol kesehatan," ujar Asisten Deputi Bidang Perlindungan Anak dalam Situasi Darurat dan Pornografi Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) Ciput Eka Purwianti, dalam diskusi daring, Jumat (3/7/2020).

Baca juga: 70 Persen Penyandang Disabilitas Belum Pahami Protokol Kesehatan Covid-19

Berdasarkan kajian cepat Jaringan Organisasi Penyandang Disabilitas Respons Covid-19 pada April 2020, ditemukan sebanyak 70 persen penyandang disabilitas tak memahami soal protokol kesehatan dan informasi terkait Covid-19.

Mereka sudah mendapatkan seluruh informasi itu tetapi tidak memahaminya dengan seksama.

"Hanya 30 persen yang paham (informasi soal Covid-19), sedangkan 70 persen belum bisa memahamai protokol kesehatan," kata Eka.

Baca juga: Anak Penyandang Disabilitas Perlu Penanganan Khusus agar Terhindar dari Covid-19

Masalah berikutnya adalah soal keterbatasan dalam hal pelayanan kesehatan. Eka mengatakan, banyak anak penyandang disabilitas tak mendapat pengobatan rutin.

Contohnya, anak penyandang disabilitas yang tengah menjalankan terapi dalam proses rehabilitasi.

Terapi sedianya harus berkelanjutan dan tidak boleh terputus. Namun akibat pandemi Covid-19, pelayanan itu terhenti.

"Terhambatnya perkembangan karena penutupan layanan tumbuh-kembang anak, sehingga kemandirian anak dapat menurun. Itu juga meningkatkan kerentanan," kata dia.

Baca juga: Kementerian PPPA Sebut Pengasuhan Anak Penyandang Disabilitas di Rumah Jadi Kendala Keluarga yang Ekonominya Terganggu Covid-19

Selain itu, perubahan rutinitas keseharian yang dapat menyebabkan emosi anak terganggu atau tantrum pada anak penyandang disabilitas spektrum autisme juga menjadi persoalan.

Termasuk soal dampak ekonomi keluarga yang menyebabkan kurangnya pemenuhan kebutuhan gizi. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Nasional
Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

Nasional
Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan 'Presidential Club'

Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan "Presidential Club"

Nasional
Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Nasional
Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya 'Clean and Clear'

Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya "Clean and Clear"

Nasional
Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Nasional
Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada 'Presidential Club'

Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada "Presidential Club"

Nasional
Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Nasional
“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

Nasional
Soal Orang 'Toxic' Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Soal Orang "Toxic" Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Nasional
Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com