Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Harus Lakukan Tiga Hal Ini di Perairan Natuna

Kompas.com - 12/01/2020, 20:46 WIB
Dani Prabowo,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ada tiga hal yang perlu dilakukan pemerintah Indonesia untuk menjaga wilayah Perairan Natuna Utara, yang menjadi salah satu kawasan terluar Indonesia.

Hal itu diungkapkan pakar hukum internasional dari Universitas Indonesia, Hikmahanto Juawa, dalam sebuah diskusi di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (12/1/2020).

Pertama, sebut dia, dengan menambah kapal nelayan beroperasi di wilayah tersebut.

"Kita sekarang masalah banyak-banyakan nelayan yang ada di sana. Tapi jangan lupa juga dengan masalah konservasi lingkungan laut yang ada di sana," kata Hikmahanto.

Baca juga: Pakar Minta Pemerintah Tak Kerja Sama dengan China di ZEE Natuna Utara

Wilayah Perairan Natuna Utara berbatasan langsung dengan sejumlah negara, antara lain China dan Vietnam.

Menurut dia, kapal nelayan asal kedua negara itu sering beroperasi di dekat wilayah perbatasan Indonesia.

"Karena itu kita juga harus banyak-banyakan hadirkan nelayan yang ada di sana," ujarnya.

Kedua, yaitu dengan memperkuat keberadaan kapal patroli. Saat ini, pemerintah masih mengandalkan kapal milik TNI Angkatan Laut karena kapal coast guard milik Badan Keamanan Laut (Bakamla) maupun Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bertonase kecil.

"Mudah-mudahan nanti pemerintah bisa punya coast guard yang besar yang bisa menguasai wilayah ini," ujarnya.

Baca juga: Kapal Ikan Asing Masih Berkeliaran, Kenapa Mereka Suka Mencari Ikan di Natuna?

Hikmahanto menambahkan, selama ini banyak kapal nelayan yang komplain kepada pemerintah.

Pasalnya, mereka kerap mendapat pengusiran dari kapal coast guard negara lain ketika melaut.

Sementara, ketika kapal nelayan negara lain melaut di wilayah Indonesia, mereka kerap dilindungi kapal coast guard negara masing-masing.

"Ini yang harus kita perkuat di situ, jadi patroli," ujarnya.

Fungsi kapal coast guard, imbuh dia, selain menangkap nelayan asing yang melakukan pencurian di wilayah perairan Indonesia, juga untuk melindungi kapal nelayan Indonesia ketika beroperasi di wilayah perbatasan.

Baca juga: Hikmahanto: Dunia Internasional Heran, Kapal TNI Bersiaga di Perairan Natuna

Ketiga, pemerintah harus konsisten untuk tidak pernah mengakui nine dash line yang diklaim pemerintah China.

Pasalnya, pada saat yang sama mereka juga tidak pernah mengakui Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) di Perairan Natuna Utara.

Konsistensi sikap Indonesia itu, sebut dia, telah terbukti sejak Menteri Luar Negeri Ali Alatas hingga Retno LP Marsudi.

Salah satu bentuk konsistensi sikap itu adalah dengan menolak segala bentuk kerja sama ekonomi di wilayah tersebut.

"Saya khawatir kalau kita kerjasamakan berarti kita seolah-olah harus mengakui klaim dari China itu. Itu jangan pernah," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Nasional
Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Nasional
Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Nasional
Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Nasional
Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Nasional
Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Nasional
Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Nasional
Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Nasional
Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang 'Toxic'

Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang "Toxic"

Nasional
Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Projo: Nasihat Bagus

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Projo: Nasihat Bagus

Nasional
Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com