Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BNPB Lakukan Pemetaan Rehabilitasi Lahan Longsor di Kabupaten Bogor

Kompas.com - 12/01/2020, 11:48 WIB
Dylan Aprialdo Rachman,
Fabian Januarius Kuwado

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mulai melakukan pemetaan rehabilitasi lahan-lahan yang longsor di Kabupaten Bogor akibat banjir bandang awal Januari 2020 lalu.

Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Agus Wibowo mengatakan, BNPB langsung melakukan inspeksi lewat udara dengan helikopter. Sementara tim darat melaksanakan pengukuran titik sasaran.

"Tinjauan yang berhasil dipantau, ada beberapa titik longsor di Desa Sipayung, Desa Harkatjaya, Desa Kiara Pandak dan Desa Urug," ujar Agus dalam keterangan pers, Sabtu (11/1/2020) malam.

"Sedangkan untuk Desa Sukajaya yang terdampak parah, ditunda karena cuaca buruk dan jarak pandang minim, pemetaan akan dilanjutkan saat cuaca baik," lanjut dia.

Baca juga: Ancaman Banjir, Longsor, Gempa dan Tsunami, Gubernur Sumbar Keluarkan Surat Instruksi ke Bupati dan Wali Kota

Selain itu, BNPB dan BIG juga akan memperkuat pemetaan dengan analisis spasial dan foto udara dengan drone.

Menurut Agus, pemetaan dilakukan demi analisa dan persiapan langkah-langkah strategis dalam merehabilitasi lahan.

Hal ini, sesuai arahan Presiden Joko Widodo ke Kepala BNPB Doni Monardo untuk menanam vetiver demi mencegah longsor.

"Langkah awal Kepala BNPB adalah memperbaiki ekosistem hulu dan kawasan hutan yang ada agar segera pulih," ujar Agus.

"Melakukan penanaman dengan tiga karakter tanaman, yaitu vetiver sebagai pengikat tanah untuk jangka pendek, tanaman keras khas Jawa Barat yang memiliki nilai ekologis untuk pengembalian fungsi kawasan hutan dan buah-buahan yang memiliki nilai ekonomis," lanjut dia.

Baca juga: Selama 2 Hari Longsor Terjadi di 6 Kecamatan di Garut Selatan

Kemudian, BNPB juga berupaya mendorong tanaman jangka pendek, yakni porang dan kapulaga yang tak butuh waktu lama bisa dipanen masyarakat.

Agus memaparkan, ada tiga jenis karakter pohon untuk memulihkan ekosistem hulu.

Pertama, tanaman keras dan buah-buahan yang memiliki nilai ekonomis dan ekologis.
Beberapa pohon yang bisa ditanam antara lain, alpukat, cempedak, matoa, sukun, aren, rasamala, puspa, cempaka, mindi, ketapang, jabon putih, biola cantik, beringin, sempur, mahoni, gandaria, kayu putih, kenanga, kopo dan pohon endemik Jawa Barat lainnya.

Kedua, tanaman vetiver, sebagai sistem pengikat tanah untuk jangka pendek.

Vetiver sejenis sereh wangi yang akarnya kuat dan kencang serta mampu mencengkram tanah dan menahan longsor.

Ketiga, tanaman porang. Porang adalah sejenis umbi-umbian yang memiliki nilai ekonomis untuk masyarakat.

Baca juga: Diguyur Hujan, Tebing Setinggi 30 Meter Longsor

Porang, antara lain digunakan sebagai bahan baku untuk mie shirataki.

Tanaman ini juga rendah karbohidrat dan gula, serta baik untuk menjaga kesehatan penderita diabetes dan orang-orang yang sedang melakukan diet.

Selain menyiapkan bibit siap tanam, BNPB juga melakukan pelatihan serta sosialisasi.
Unsur yang terlibat adalah BNPB, TNI, POLRI, BPBD, akademisi, kelompok pecinta alam, BUMN serta pihak swasta.

"Sementara itu, proses penanganan para korban dan pengungsi masih terus dilakukan oleh BNPB, Pemda Kabupaten Bogor, TNI, Polri, relawan, dan lainnya. BNPB juga telah menyiapkan helikopter untuk distribusi logistik untuk para korban," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com