Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

SBY: Pemilu Masih 5 Tahun Lagi, Malu kalau Sudah Mulai Kontestasi

Kompas.com - 11/12/2019, 20:44 WIB
Tsarina Maharani,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengingatkan para elite politik agar menahan diri pasca Pemilu 2019 yang baru saja digelar.

Terlebih jika semangatnya adalah untuk memperoleh kekuasaan di tahun politik 2024.

"Pemilihan umum, sebuah kontestasi politik untuk sebuah kekuasaan, telah usai. Sementara, pemilu mendatang masih jauh, 5 tahun lagi. Tak baik dan malu kepada rakyat, kalau saat ini kita memulai lagi kontestasi baru. Apalagi jika semangat dan nafsunya adalah untuk mendapatkan kekuasaan di tahun 2024," kata SBY dalam pidato refleksi pergantian tahun di JCC, Senayan, Jakarta, Rabu (11/12/2019).

Baca juga: SBY Tegaskan Demokrat di Luar Pemerintahan, tetapi Dukung Kerja Pemerintah

Selain itu, menurut dia, hal tersebut juga terkesan tidak menghormati pemerintahan Presiden Joko Widodo yang baru memulai tugas di periode kedua.

"Juga tidak etis, karena pemerintahan Presiden Jokowi yang kedua, baru mulai melaksanakan tugasnya. Mari hormati pemerintah kita, dan tentunya rakyat kita," tuturnya.

Menurut SBY, saat ini fokus pemerintah serta para elite politik adalah menghentikan suasana permusuhan. Hubungan kawan-lawan harus diganti dengan hubungan antarmitra.

Baca juga: Refleksi Politik SBY: Pemilu 2019 Buruk, Politik Identitas Berlebihan

"Hubungan yang bernuansa kawan dan lawan harus kita ganti dengan hubungan antar mitra. Kemitraan untuk membangun bangsa. Kemitraan dan kebersamaan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi rakyat," tuturnya.

"Rakyat menghormati negara dan pemimpinnya. Negara dan pemimpin sabar dan mengayomi rakyat dengan adil dan penuh rasa kasih sayang. Bersatu kita teguh. Bersama kita lebih kuat. Together we are stronger," tegas SBY.

Kompas TV Silaturahmi Komandan Satuan Tugas Bersama Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono, ke rumah Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri, pada Hari Raya Idul Fitri yang lalu dianggap menjadi titik mulai membaiknya hubungan dua keluarga mantan presiden RI ini. Saat itu Demokrat digadang-gadang bakal bergabung ke dalam koalisi pemerintah. Apalagi ditambah dengan sejumlah pertemuan, baik antara AHY dengan Jokowi maupun sang ketua umum, Susilo Bambang Yudhoyono. Namun hingga pengumuman dan pelantikan menteri dan wakil menteri, tidak ada satu orang pun yang menjadi representasi Partai Demokrat. Rumor pun menyeruak. Seperti pernyataan politisi Partai Demokrat, Andi Arief, yang kami kutip dari laman Detik.com. Ia menduga Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri tak setuju kalau Demokrat masuk koalisi.<br /> Menurutnya penolakan terhadap Demokrat sama halnya dengan menolak putra SBY, yaitu AHY. Menanggapi pernyataan Andi Arief, Ketua DPR Puan Maharani menyatakan bahwa pemilihan menteri telah melalui proses yang panjang dan sepenuhnya hak presiden. Puan juga menegaskan hubungan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri dengan keluarga Susilo Bambang Yudhoyono tetap baik. Puan menambahkan jika pihak yang menuding adanya upaya menjegal AHY di Kabinet Indonesia Maju hanya sekadar untuk memberi kesan seolah-olah ada masalah dalam pemilihan menteri Joko Widodo-Ma&#39;ruf Amin. #SBYMegawati #KabinetIndonesiaMaju #MenteriJokowi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com