Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Warga Perbukitan Karts Bertahan Hidup Tanpa Sumber Air...

Kompas.com - 02/08/2019, 11:26 WIB
Markus Yuwono,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Suasana Balai Dusun Piyuyon, Desa Pacarejo, Semanu, Gunungkidul, Yogyakarta, dipenuhi belasan masyarakat menunggu bantuan air bersih.

Salah satunya warga setempat Narjo Suwito (65), membawa dua ember kecil untuk mendapatkan air bersih. 

Setelah simbolis dilakukan penyerahan, sopir tangki langsung membuka kran air dari tangki kapasitas 5.000 liter.

Belasan warga langsung menampung diember dan sejumlah tempat air lainnya.

"Bantuan air ini dari keluarga Sunaryanto rumahnya Nglipar. Untuk wilayah di sini (Dusun Piyuyon) ada 10 tangki," Kata Slamet, perwakilan keluarga, Kamis (1/8/2019)

Narjo satu di antara belasan warga tampak antusias menyimak sambil mengantre untuk mendapatkan air bersih.

Setelah dua ember kecil miliknya penuh, dirinya lalu berjalan melewati jalan menanjak menuju rumahnya.

Selama perjalanan, banyak air yang tumpah dijalanan karena ada hentakan saat membawa.

"Lumayan bisa mengurangi pembelian air bersih dari tangki swasta. Satu tangkinya Rp 130.000 bisa digunakan paling dua minggu," kata Narjo. 

Perbukitan karst tanpa sumber air

Wilayah Piyuyon sendiri berada di tengah perbukitan karst. Kontur pegunungan karst membuat wilayah tersebut tidak memiliki sumber air sama sekali.

Setiap musim kemarau mereka harus membeli air bersih dari tangki swasta, atau saat musim penghujan warga menampung air di bak penampungan yang ada di rumahnya. Hal itu hanya bisa bertahan selama dua bulan.

"Di sini tidak ada sungai, tidak ada sumur, tidak ada embung. Tidak ada sumber air sama sekali," kata Kepala Dusun Piyuyon Sri Muryati

Menurut dia, jaringan air dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), kini sudah lebih sebulan tidak berfungsi hingga warganya terpaksa harus membeli air dari swasta yang harganya bervariatif antara Rp 130.000-Rp 150.000.

Tidak hanya ternak milik warga yang dijual untuk membeli air, termasuk hasil panen juga habis untuk membeli air bersih. 

Dijelaskannya, dari 130 kepala keluarga, dengan 564 jiwa sebagian di antaranya tidak mampu ini membutuhkan solusi jangka panjang untuk mendapatkan air bersih.

"Di sini sudah mulai membeli air sejak enam bulan terakhir, warga buruh (bekerja) di luar kota untuk membeli air, jual kambing dan ayam, jual hasil pertanian untuk membeli air seharga Rp 130.000," ujarnya.

"Warga di sini mayoritas petani dan buruh. Sehingga bantuan air bersih diharapkan bisa mengurangi pembelian air bersih dari tangki swasta," ucapnya.

Wilayah Piyuyon tergolong dekat dengan pusat kota Wonosari sekitar 12 km, dan dekat dengan wisata Lembah Ngingrong.

Untuk sampai ke lokasi hanya bisa melalui jalan kampung yang terbuat dari cor blok.

Bantuan air bersih

Warga membawa ember berisi air bantuan melewati tanjakan di Dusun Piyuyon, Desa Pacarejo, Semanu, Gunungkidul, Kamis (1/8/2019)KOMPAS.com/MARKUS YUWONO Warga membawa ember berisi air bantuan melewati tanjakan di Dusun Piyuyon, Desa Pacarejo, Semanu, Gunungkidul, Kamis (1/8/2019)
Pada hari yang sama kodim 0730/Gunungkiduldroping air di wilayah Piyuyon, Desa Pacarejo dan Padukuhan Ngalangombo, Desa Dadapayu, Kecamatan Semanu.

Sebanyak 36 tangki air bersih disebar di dua wilayah yang terdampak kekeringan sejak beberapa bulan lalu.

"Bantuan air bersih ini sebagai wujud komitmen kami untuk bersama rakyat. Kita mengetahui bersama jika kekeringan semakin meluas," kata Komandan Kodim 0730 Gunungkidul Letkol Inf Noppy Laksana Armiyanto.

Data terbaru BPBD Gunungkidul jumlah jiwa terdampak kekeringan ada 134.929 jiwa, dengan jumlah KK 38.456, yang tersebar di 14 kecamatan.

BPBD melakukan dropping air di 8 kecamatan, sementara sisanya masih ditangani oleh pihak kecamatan. 


 

 


 

 


 

 


 


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak ada Rencana Bikin Ormas, Apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak ada Rencana Bikin Ormas, Apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Nasional
Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com