YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Suasana Balai Dusun Piyuyon, Desa Pacarejo, Semanu, Gunungkidul, Yogyakarta, dipenuhi belasan masyarakat menunggu bantuan air bersih.
Salah satunya warga setempat Narjo Suwito (65), membawa dua ember kecil untuk mendapatkan air bersih.
Setelah simbolis dilakukan penyerahan, sopir tangki langsung membuka kran air dari tangki kapasitas 5.000 liter.
Belasan warga langsung menampung diember dan sejumlah tempat air lainnya.
"Bantuan air ini dari keluarga Sunaryanto rumahnya Nglipar. Untuk wilayah di sini (Dusun Piyuyon) ada 10 tangki," Kata Slamet, perwakilan keluarga, Kamis (1/8/2019)
Narjo satu di antara belasan warga tampak antusias menyimak sambil mengantre untuk mendapatkan air bersih.
Setelah dua ember kecil miliknya penuh, dirinya lalu berjalan melewati jalan menanjak menuju rumahnya.
Selama perjalanan, banyak air yang tumpah dijalanan karena ada hentakan saat membawa.
"Lumayan bisa mengurangi pembelian air bersih dari tangki swasta. Satu tangkinya Rp 130.000 bisa digunakan paling dua minggu," kata Narjo.
Wilayah Piyuyon sendiri berada di tengah perbukitan karst. Kontur pegunungan karst membuat wilayah tersebut tidak memiliki sumber air sama sekali.
Setiap musim kemarau mereka harus membeli air bersih dari tangki swasta, atau saat musim penghujan warga menampung air di bak penampungan yang ada di rumahnya. Hal itu hanya bisa bertahan selama dua bulan.
"Di sini tidak ada sungai, tidak ada sumur, tidak ada embung. Tidak ada sumber air sama sekali," kata Kepala Dusun Piyuyon Sri Muryati
Menurut dia, jaringan air dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), kini sudah lebih sebulan tidak berfungsi hingga warganya terpaksa harus membeli air dari swasta yang harganya bervariatif antara Rp 130.000-Rp 150.000.
Tidak hanya ternak milik warga yang dijual untuk membeli air, termasuk hasil panen juga habis untuk membeli air bersih.
Dijelaskannya, dari 130 kepala keluarga, dengan 564 jiwa sebagian di antaranya tidak mampu ini membutuhkan solusi jangka panjang untuk mendapatkan air bersih.
"Di sini sudah mulai membeli air sejak enam bulan terakhir, warga buruh (bekerja) di luar kota untuk membeli air, jual kambing dan ayam, jual hasil pertanian untuk membeli air seharga Rp 130.000," ujarnya.
"Warga di sini mayoritas petani dan buruh. Sehingga bantuan air bersih diharapkan bisa mengurangi pembelian air bersih dari tangki swasta," ucapnya.
Wilayah Piyuyon tergolong dekat dengan pusat kota Wonosari sekitar 12 km, dan dekat dengan wisata Lembah Ngingrong.
Untuk sampai ke lokasi hanya bisa melalui jalan kampung yang terbuat dari cor blok.
Sebanyak 36 tangki air bersih disebar di dua wilayah yang terdampak kekeringan sejak beberapa bulan lalu.
"Bantuan air bersih ini sebagai wujud komitmen kami untuk bersama rakyat. Kita mengetahui bersama jika kekeringan semakin meluas," kata Komandan Kodim 0730 Gunungkidul Letkol Inf Noppy Laksana Armiyanto.
Data terbaru BPBD Gunungkidul jumlah jiwa terdampak kekeringan ada 134.929 jiwa, dengan jumlah KK 38.456, yang tersebar di 14 kecamatan.
BPBD melakukan dropping air di 8 kecamatan, sementara sisanya masih ditangani oleh pihak kecamatan.