Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Sutan Syahrir Mendengar Berita soal Kekalahan Jepang dari Sekutu pada 10 Agustus 1945...

Kompas.com - 10/08/2018, 14:03 WIB
Aswab Nanda Pratama,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pembentukan Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) merupakan momentum untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.

Sejumlah tokoh pergerakan bergabung dalam BPUPKI untuk merancang dasar negara.

KRT Radjiman Wedyodiningrat dipilih sebagai ketua dan membawahi 62 anggota BPUPKI.

Pada 7 Agustus 1945, Panitia Perisapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dibentuk menggantikan BPUPKI yang dinilai sudah mengerjakan tugasnya dengan baik.

Soekarno dipilih sebagai Ketua PPKI dan M. Hatta sebagai wakilnya.

Sebelumnya, pembentukan PPKI atas izin perwira tinggi AD Jepang di Saigon, Hisaichi Terauchi. Melalui Terauchi, PPKI akhirnya diresmikan.

Selain untuk menarik simpati rakyat Indonesia dengan memberikan janji kemerdekaan melalui pembentukan PPKI, Jepang juga membutuhkan dukungan Indonesia dalam Asia Timur Raya.

Setelah resmi dibentuk, PPKI atau dalam bahasa Jepang Dookuritsu Junbi Linkai berperan melanjutkan hasil kerja BPUPKI berupa pembukaan dan batang tubuh konstitusi.

Bom Hiroshima dan Nagasaki

Pada 6 Agustus 1945, pesawat pengebom Amerika Serikat menjatuhkan bom nuklir di Kota Hiroshima. "Little Boy", nama bom itu, dijatuhkan dan Kota Hiroshima hancur.

Lebih dari 80.000 orang tewas, 35.000 lainnya terluka, bangunan di Hiroshima rata dengan tanah.

Tiga hari kemudian, 9 Agustus 1945, Sekutu kembali berencana menjatuhkan bom, kali ini di Kota Kokura. Namun, operasi ini menghadapi sejumlah kendala sehingga target bergeser ke Kota Nagasaki. Bom yang dijatuhkan di Nagasaki adalah "Fat Man". Nagasaki luluh lantak.

Melihat dua kota yang menjadi pusat aktivitas Industri militer hancur, Jepang akhirnya menyerah kepada Sekutu.

Mendengar kekalahan Jepang

Berita kekalahan Jepang dari Sekutu tidak seketika tersiar ke berbagai negara. Namun, berita soal ini diketahui salah satu tokoh pada masa itu, Sutan Syahrir

Halaman:


Terkini Lainnya

'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Nasional
Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

Nasional
Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan 'Presidential Club'

Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan "Presidential Club"

Nasional
Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Nasional
Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya 'Clean and Clear'

Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya "Clean and Clear"

Nasional
Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Nasional
Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada 'Presidential Club'

Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada "Presidential Club"

Nasional
Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Nasional
“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

Nasional
Soal Orang 'Toxic' Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Soal Orang "Toxic" Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com