SAAT saya masih sekolah di Sekolah Rakyat, sekarang namanya Sekolah Dasar, ayah saya pernah bercerita tentang seorang anak yang bepergian dengan bapaknya naik kereta api.
Sang Bapak bercanda dengan anaknya yang memakai topi pet. Dia ambil topi kesayangan anaknya itu dan pura-pura melemparkannya ke luar jendela kereta api (KA) yang tengah berjalan. Sang Anak serta merta menangis karena topinya hilang melayang keluar KA.
Tidak lama bapaknya memberikan lagi topi Sang Anak yang memang sebenarnya hanya “pura-pura” saja dibuang ke luar jendela.
Hal itu dilakukan 2 sampai 3 kali dengan maksud menghibur anaknya. Si Bapak berperan sebagai tukang sulap yang dapat menghadirkan lagi topi si anak setelah dibuang ke luar KA.
Beberapa waktu setelah itu, saat bapaknya setengah tertidur, si anak membuang benar-benar topinya ke luar KA dan meminta bapaknya untuk mengambil lagi topinya.
Si Bapak benar-benar kaget, tidak menyangka bahwa anaknya benar-benar membuang topinya ke luar. Padahal, candanya membuang topi hanya pura-pura saja. Sebuah canda yang berakibat “fatal”.
Fire warning light
Pada 1973 saya berlatih menerbangkan pesawat C-47 Dakota di Lapangan Udara Halim Perdanakusuma. Pesawat lumayan tua, bekas perang Vietnam yang digunakan Angkatan Udara Amerika Serikat.
Beberapa saat setelah lepas landas, fire warning light di kokpit menyala berkedip-kedip. Itu berarti terjadi kebakaran di mesin pesawat.
Engineer di kokpit menjelaskan kepada Instruktur saya bahwa itu hanya false indication saja. Hanya kesalahan teknis semata. Tidak ada kebakaran di mesin pesawat.
Sang Instruktur tetap memerintahkan saya untuk mendarat dan menyuruh mekanik untuk memeriksa sistem fire warning light yang menyala itu.
Saya bertanya kepada Instruktur saya kenapa kami harus turun padahal sudah disampaikan oleh engineer bahwa itu hanya kesalahan teknis belaka.
Instruktur saya menjelaskan panjang lebar mengenai warning light (lampu peringatan) yang harus berfungsi normal, terutama fire warning light.
Jika benar-benar ada api di mesin pesawat dan fire warning light tidak berfungsi maka akibatnya akan sungguh fatal. Pesawat terbakar di udara.
Alarm kebakaran korsleting
Saya pernah mengikuti pendidikan di Inggris, di sebuah kota kecil di utara bernama Brough. Saya tinggal di sebuah hotel kecil yang cukup representatif, standar hotel di Kerajaan Inggris.
Saat tengah malam, semua penghuni hotel dibangunkan dan diperintahkan keluar. Alarm kebakaran di lobi hotel berbunyi nyaring.
Rupanya bukan kebakaran yang terjadi. Ada korsleting sehingga alarm berbunyi. Petugas hotel sudah mengatasi masalah hubungan arus pendek alarm ini.
Namun, tetap saja petugas pemadam kebakaran kota datang lengkap ke lokasi dan menjalankan prosedur standar mengecek seluruh sudut hotel.
Saya bertanya kepada Komandan Pemadam Kebakaran, kenapa harus melakukan pemeriksaan menyeluruh, kan petugas hotel sudah memberitahu bahwa masalahnya adalah korsleting.
Komandan itu menjawab, jika benar terjadi kebakaran dari mana mereka bisa tahu? Bila betul terjadi kebakaran, ancamannya bukan hanya hotel itu saja, tapi bisa meluas ke seluruh kota. “Itu adalah tanggung jawab saya,” kata dia.
Canda bom di Bandara
Beberapa tahun lalu, tidak berapa lama setelah kejadian 911, sahabat saya hendak pulang ke Indonesia. Di bandara, karena jengkel mengalami pemeriksaan yang berulang-ulang, anaknya menggerutu dengan mengatakan, “Emangnya kita mau bawa bom ke pesawat?”
Petugas keamanan yang mendengar kata bom segera menggiring anak teman saya itu ke ruangan khusus untuk diperiksa. Namanya dicoret dari daftar penumpang.
Pemeriksaan dilakukan berjam-jam. Mereka baru dapat mengurus kembali kepulangan ke Indonesia beberapa hari kemudian.
Cerita-cerita di atas ingin menegaskan, kita tidak bisa main-main dengan sistem peringatan dini keamanan (early warning system). Meneriakkan atau menyebut kata bom adalah sebuah peringatan dini.
Bila peringatan dini keamanan dijadikan bahan canda, maka peringatan itu tidak akan berfungsi ketika kejadian yang sebenarnya betul-betul terjadi.
Jika kita sudah terbiasa mendengar teriakan bom karena sering dijadikan bahan canda maka kita tidak akan alert ketika kejadian bom benar-benar ada. Kita akan menganggap itu hanya bercanda.
Maka, jangan pernah bercanda dengan peringatan dini keamanan. Akibatnya bisa fatal. Kita bisa kehilangan metode peringatan dini ketika bahaya bom benar-benar ada di depan kita.
Jangan pernah bercanda dengan meneriakkan ada bom!
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.