Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Disindir Suka Melodrama, Demokrat Balas Pernyataan PDI-P

Kompas.com - 05/01/2018, 11:04 WIB
Moh. Nadlir

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Sekjen DPP Partai Demokrat Rachland Nashidik membalas sindiran Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto yang menyebut partainya berbeda dengan partai lain yang kerap mengeluh karena merasa diintervensi.

Padahal, PDI-P telah menerima intervensi dari penguasa sejak rezim Orde Baru.

"Hasto Kristiyanto adalah populis gadungan yang kekanak-kanakan. Lewat pernyataan-pernyataan reaksionernya, ia (Hasto) sedang membawa PDI-P ke dalam petualangan yang mempermalukan diri sendiri," ujar Rachland melalui pesan singkatnya, Jumat (5/1/2018).

Menurut Rachland, Hasto juga tidak membantah dugaan partainya sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam operasi dan kriminalisasi terhadap Partai Demokrat seperti dalam persiapan Pilkada Kalimantan Timur.

"Ia (Hasto) tanpa rasa malu justru seperti mengamini praktik-praktik kotor yang lagi-lagi melibatkan polisi tersebut," ucap Rachland.

Baca juga: PDI-P: Kami Tidak Pernah Melodramatik, Beda dengan yang di Sana

Rachland juga mengkritik pernyataan Hasto yang menyebut, kantor DPP PDI-P di Menteng, Jakarta, juga pernah diserang. Akan tetapi, partai pimpinan Megawati Soekarnoputri itu tak pernah mengeluh.

"Hasto benar, partainya pernah mengalami opresi di masa lalu yang berujung pada skandal perampasan kantor PDI-P, 27 Juli 1996. Tetapi, menggunakan sejarah opresi yang dialami PDI-P di masa lalu untuk membenarkan opresi pada partai lain di masa kini adalah sesat dan keji," ujar Rachland.

Kata Rachland, Hasto mungkin perlu lebih dulu menjelaskan di mana ia berada saat skandal 27 Juli silam terjadi.

"Apakah ia (Hasto) berada bersama para aktivis partai, mahasiswa, dan warga yang bahu-membahu melawan serangan ataukah asyik mengurusi kariernya sendiri di PT Rekayasa Industri?" ucap Rachland.

Baca juga: Demokrat Beberkan Tiga Perlakuan Tak Adil Aparat Penegak Hukum

Oleh karena itu, Rachland pun menganggap Hasto adalah juru bicara yang buruk bagi politik Indonesia dan bagi PDI-P.

"Partai yang sebenarnya perlu lebih keras membuktikan komitmennya pada kebebasan demokratik dan penegakkan hukum. Rakyat tak akan lupa. Semasa Megawati Soekarnoputri (menjabat) Presiden, terjadi pembunuhan pada Munir dan Theys Eluay," ungkapnya.

Sebelumnya, Hasto mengatakan, partainya berbeda dengan partai lain yang kerap mengeluh karena merasa diintervensi. Ia mengklaim, PDI-P tak pernah mengeluh meski dulu diintervensi rezim Orde Baru.

Baca juga: SBY Ingatkan Netralitas Aparat Negara dan Jangan Ada Kriminalisasi di Pemilu

"Politik adalah keyakinan. Partai ini (PDI-P) tidak pernah mengeluh, melodramatik, seolah ada intervensi dari kekuasaan. Berbeda dengan di sana yang sedikit-sedikit mengeluh," kata Hasto di kantor DPP PDI-P, Menteng, Jakarta, Kamis (4/1/2018).

Namun, Hasto tak menyebutkan siapa pihak yang dimaksudnya suka mengeluh.

Hasto mengatakan, PDI-P pernah tak bisa mengikuti pemilu. Kantor DPP PDI-P di Menteng, Jakarta, juga pernah diserang. Akan tetapi, partainya tak pernah mengeluh.

Demikian pula saat pilkada di Bali pada periode lalu. Hasto merasa ada upaya sistematis yang menghambat partainya. PDI-P tidak mengeluh dan tak merasa menjadi korban kejahatan.

Kompas TV Kepolisian membantah soal kriminalisasi terhadap Syaharie Jaang, bakal calon gubernur Kalimantan Timur dari Partai Demokrat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Mendagri Tito Sebut Pilkada Langsung Hambat Pembangunan, Politikus PDI-P Pertanyakan Kajiannya

Mendagri Tito Sebut Pilkada Langsung Hambat Pembangunan, Politikus PDI-P Pertanyakan Kajiannya

Nasional
Tolak Izin Tambang untuk Ormas Keagamaan, Jaringan Gusdurian Minta Pemerintah Tinjau Ulang

Tolak Izin Tambang untuk Ormas Keagamaan, Jaringan Gusdurian Minta Pemerintah Tinjau Ulang

Nasional
Tapera Tak Jamin Beri Rumah, Tak Bisa Disamakan dengan BPJS Kesehatan

Tapera Tak Jamin Beri Rumah, Tak Bisa Disamakan dengan BPJS Kesehatan

Nasional
Serangan Balik Hasto PDI-P Setelah Ponsel Disita, Laporkan Penyidik KPK ke Dewas

Serangan Balik Hasto PDI-P Setelah Ponsel Disita, Laporkan Penyidik KPK ke Dewas

Nasional
Kubu SYL Hadirkan Ahli Pidana dalam Sidang Hari Ini

Kubu SYL Hadirkan Ahli Pidana dalam Sidang Hari Ini

Nasional
Belum Tentukan Dukungan pada Pilkada Jakarta, Jabar, Jateng, AHY: Perlu Waktu

Belum Tentukan Dukungan pada Pilkada Jakarta, Jabar, Jateng, AHY: Perlu Waktu

Nasional
Keberangkatan Haji Indonesia Selesai, 45 Calon Jemaah Batal ke Tanah Suci

Keberangkatan Haji Indonesia Selesai, 45 Calon Jemaah Batal ke Tanah Suci

Nasional
DK PBB Setujui Resolusi Gencatan Senjata Palestina-Israel, Indonesia: Penting untuk Hentikan Kekejaman

DK PBB Setujui Resolusi Gencatan Senjata Palestina-Israel, Indonesia: Penting untuk Hentikan Kekejaman

Nasional
Timnas Lolos ke Putaran Ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026, Erick Thohir Sebut Harus Kuat Fisik dan Mental

Timnas Lolos ke Putaran Ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026, Erick Thohir Sebut Harus Kuat Fisik dan Mental

Nasional
Jokowi: Kita Semakin Dekat dengan Impian Bermain di Piala Dunia

Jokowi: Kita Semakin Dekat dengan Impian Bermain di Piala Dunia

Nasional
AHY Sebut SBY Ikut Pertimbangkan Calon Kepala Daerah dari Demokrat

AHY Sebut SBY Ikut Pertimbangkan Calon Kepala Daerah dari Demokrat

Nasional
KPK Ungkap Anggaran Pendidikan Lebih Banyak Mengalir ke Kampus Milik Instansi Pemerintah Dibanding PTN

KPK Ungkap Anggaran Pendidikan Lebih Banyak Mengalir ke Kampus Milik Instansi Pemerintah Dibanding PTN

Nasional
Langkah Menyelamatkan PPP Kembali Masuk ke Parlemen

Langkah Menyelamatkan PPP Kembali Masuk ke Parlemen

Nasional
KPU Bersiap Gelar PSU Usai Kalah Sengketa pada 20 Gugatan di MK

KPU Bersiap Gelar PSU Usai Kalah Sengketa pada 20 Gugatan di MK

Nasional
[POPULER NASIONAL] Akhir 31 Tahun PPP di Senayan | Edy Rahmayadi Tak Takut Hadapi Mantu Jokowi

[POPULER NASIONAL] Akhir 31 Tahun PPP di Senayan | Edy Rahmayadi Tak Takut Hadapi Mantu Jokowi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com