Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ika Krismantari

Ibu dari Senyum Pagi dan Nyala Cakrawala, penulis yang tinggal di kampung pinggiran Jakarta. Redaktur Pelaksana Ingat65.

Belajar Mencerap Film G30S/PKI ala Generasi Milenial

Kompas.com - 02/10/2017, 10:47 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAmir Sodikin

Dalam studi khalayak, generasi milenial ini dikategorikan sebagai penonton yang aktif yang bisa memaknai pesan dari media secara bebas sesuai dengan latar belakang pengetahuan, politik, sosial, dan ekonominya.

Konsep penonton yang aktif dicetuskan pertama kali oleh Stuart Hall sebagai antitesa dari teori jarum suntik yang sebaliknya percaya bahwa penonton selalu pasif dan mengiyakan pesan yang disampaikan media.

Teori jarum suntik sempat ngetop di era propaganda tahun 1940-an. Di era internet dan keterbukaan informasi seperti sekarang ini, sepertinya susah memahami bahwa penonton adalah jiwa-jiwa yang pasif yang hanya mengiyakan pemberi pesan.

Berangkat dengan asumsi bahwa generasi muda sekarang adalah penonton yang pintar, seharusnya kita tidak usah terlalu takut. Banyak aktivis menolak pemutaran film itu karena takut bakal menimbulkan trauma dan menghambat proses rehabilitasi dan rekonsiliasi yang diperjuangkan buat korban 1965.

Justru saya melihat dengan kacamata yang berbeda. Saya melihat bahwa menonton film ini bisa menjadi cara lain untuk menjalankan kembali upaya penyelesaian peristiwa 1965 yang selama ini macet.

Caranya tentu dengan melibatkan generasi masa depan bangsa ini untuk mempelajari peristiwa 1965 secara utuh. Tidak hanya dari film-film Jagal, Senyap, ataupun buku-buku dari John Roosa dan Robert Cribb, tapi juga dari fakta bahwa peristiwa 1965 pernah dibelokkan oleh penguasa untuk menguntungkan mereka.

Jika Panglima Gatot menginginkan generasi muda untuk belajar sejarah dengan nonton film tersebut, maka tentu kita akan belajar yang sayangnya bukan tentang versi sejarah yang dia harapkan.

Pembacaan peristiwa 1965 oleh generasi milenial sangatlah beragam. Platform digital Ingat65 mendokumentasikan keberagaman pemahaman generasi muda atas peristiwa 1965 lewat laman kami di https://medium.com/ingat-65.

Kami menerima segala macam tulisan dari generasi muda yang membagi pemahaman mereka yang berwarna-warni atas peristiwa 1965 yang masih misteri untuk membantu proses rehabilitasi dan rekonsiliasi dan penyelesaian kasus-kasus 1965.

 

Baca juga: Jokowi Ingin Ada Film G30SPKI Versi Kekinian

Meski perspektif yang dipakai setiap penulis berbeda sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman mereka, ada satu kesamaan di antara mereka, yaitu rata-rata kebanyakan dari mereka semua menyebut film G30S/PKI sebagai rujukan awal pemahaman mereka atas peristiwa 1965. Meski berawal dari film yang sama, pemahaman setiap penulis atas peristiwa 1965 berbeda satu dengan lainnya.

Belajar dari pola pemahaman anak muda mengenai peristiwa 1965 di Ingat65, saya mengharapkan respons yang sama datang dari generasi milenial ketika menonton film ini.

Baik buat yang menonton yang pertama kali atau kesekian kali, biarlah film ini membuka sebuah kesempatan bagi generasi muda untuk tidak hanya mengetahui peristiwa 1965 dan misterinya tapi juga membongkarnya dengan narasi-narasi tandingan yang kita buat.

Mengenai ide dari Presiden Jokowi untuk membuat versi terbaru film G30S/PKI yang sesuai dengan milenial, tentu saja kita harus menyambutnya dengan gembira. Siapapun pembuat filmnya diharapkan tahu benar siapa calon penontonnya, yaitu generasi kritis dengan akses tanpa batas ke segala jenis informasi dan bukan anak kelas 3 SD yang tidak tahu apa-apa dan mudah percaya dengan apa yang ditontonnya.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com