Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasca-Putusan Praperadilan, Wartawan Sulit Cek Kondisi Novanto di RS

Kompas.com - 29/09/2017, 22:49 WIB
Fachri Fachrudin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Tersangka kasus dugaan korupsi proyek KTP elektronik (e-KTP), Setya Novanto, dikabarkan masih dirawat di Rumah Sakit Premier Jatinegara sejak sekitar dua minggu lalu.

Novanto disebut menderita sejumlah penyakit hingga harus mendapatkan penanganan medis.

Usai putusan sidang praperadilan membatalkan status tersangka Novanto, Kompas.com mencoba menyambangi RS tersebut untuk mencari informasi mengenai perkembangan kesehatan Setya.

Pantauan di lokasi pada Jumat (29/9/2017) malam, penjagaan pihak Rumah Sakit Premier terbilang ketat. Pihak keamanan RS Premier Jatinegara melarang sejumlah wartawan yang ingin melakukan peliputan untuk masuk atau duduk di bangku yang ada di lobi gedung.

Pihak keamanan RS membatasi area bagi awak media hanya sampai depan pintu masuk RS yang berada di Jalan Jatinegara Barat, Jakarta Timur itu.

(Baca juga: Novanto Masih Sakit, Pengacara Lapor Hasil Praperadilan kepada Keluarga)

Salah seorang wartawati media nasional yang enggan disebutkan namanya menuturkan, sejak hari pertama Setya masuk rumah sakit, dirinya sudah ditugaskan melakukan peliputan di RS Premier.

Namun, dia merasa kesulitan melaksanakan tugas lantaran ketatnya penjagaan pihak keamanan.

"Iya, sudah dari awal ditugaskan ke sini," kata dia.

Ia mengatakan, beberapa hari sebelumnya masih bisa duduk-duduk di ruang tunggu yang ada di lobby gedung. Hal itu, menurut dia, karena identitas dirinya sebagai wartawan tidak ketahuan oleh pihak keamanan.

Namun, perlakuan berbeda diterimanya pada malam hari ini. Ia mengatakan, ketika tengah duduk di bangku lobby, pihak keamanan menghampiri dan meminta untuk tidak berada di lobby gedung.

"Intinya, dari awal media enggak boleh (masuk), cuma kalau media online enggak ketahuan (identitasnya), jadi dibiarin. Sekarang enggak bisa menunggu di lobby," kata dia.

Hingga sekitar pukul 21.30 WIB, sejumlah awak media televisi dan berita online masih menunggu di depan RS Premier Jatinegara.

Mereka ingin memastikan ada atau tidaknya kolega Setya yang berkunjung ke RS Premier Jatinegara, khususnya setelah Hakim Cepi Iskandar membebaskan Novanto dari jerat hukum.

Sebelumnya, Hakim Cepi Iskandar menilai penetapan Novanto sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi itu tidak sah. Menurut hakim, KPK harus menghentikan penyidikan terhadap Ketua Umum Partai Golkar tersebut.

"Menyatakan penetapan pemohon Setya Novanto sebagai tersangka dinyatakan tidak sah," ujar hakim Cepi dalam persidangan.

Kompas TV KPK telah menyiapkan sejumlah langkah antisipatif untuk menghadapi kemungkinan hukum dalam kasus ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com