PADA tahun 2000, ketika dunia bisnis di Indonesia dilanda booming lahirnya perusahaan-perusahaan dotcom baru yang ditopang investasi besar dari luar negeri, sesungguhnya bisnis yang sama di Amerika justru sedang terancam gulung tikar.
Baca: KCM, Optimisme Kompas di Era Digital 1998
Harga-harga saham perusahaan dotcom di Nasdaq, bursa yang menjadi “surga” perusahaan dotcom untuk mendapatkan modal, berguguran.
Banyak perusahaan dotcom, terutama yang bergerak di perdagangan eceran (e-tail), harga sahamnya kurang dari 10 persen dari harga tertinggi.
Sebagai contoh drugstore.com yang bergerak dalam penjualan obat-obatan harga sahamnya anjlok dari 67,5 dollar menjadi hanya 6,4 dollar, padahal sudah berhasil meraup dana 175 juta dollar AS.
Bahkan boo.com yang bergerak di penjualan produk fesyen terancam bangkrut dan menjadi contoh gagal perusahaan dotcom (Kompas, Rontoknya Perusahaan-perusahaan "Dotcom", 2000).
Kisah buruk bisnis dotcom di Amerika perlahan merambat ke Asia. Di Cina, Chinese Books Cyberstone Ltd, salah satu usaha online terbesar di kawasan yang memfokuskan pada penjualan buku-buku Cina juga gulung tikar.
Perusahaan yang disebut sebagai Amazon-nya Cina ini gagal memperoleh dana tambahan dari para investornya sementara operasional bisnis mereka minim revenue.
Sebuah perusahaan operator portal 36.com di Hongkong sahamnya anjlok 22,22 persen. Tom.com anjlok 6,54 persen menjadi 5 HK dollar (sekitar Rp 5.000). Padahal, harga saham tom.com sebelumnya bisa mencapai sekitar 70 HK dollar ketika pertama kali diluncurkan.
Menurut catatan TheStandard.com, selama periode Desember 1999 hingga Januari 2001, di Amerika terdapat 51.400 orang telah di-PHK karena perusahaannya bangkrut atau akibat restrukturisasi (Kompas, Jatuh Bangunnya Bisnis di Internet, 2001).
Gelombang suram ini tak bisa dihindari juga menerpa tanah air. Sejumlah situs media online yang menyebut diri mereka portal dan dibangun dengan optimisme investasi miliaran rupiah pun akhirnya rontok satu per satu.
Portal Astaga dan Satunet yang sempat sempat dibeli investor baru dari Afrika Selatan, M-Web, tak luput gulung tikar. Lippo e-Net juga tutup.