Isu kesenjangan dan SARA dieksploitasi untuk meningkatkan posisi tawar terhadap kekuatan-kekuatan politik dominan atau otoritas politik.
Metode provokasi yang digunakan adalah hate spin.
Cherian George (2016) mendefiniskan hate spin sebagai sebuah strategi komunikasi, kampanye atau propaganda negatif oleh elite dan aktir politik berorientasi kekuasaan yang memanfaatkan demokrasi dan sistem informasi digital yang masif.
Hate Spin menggunakan kombinasi retorika-retorika provokatif kebencian dengan mobilisasi massa melalui upaya eksploitasi isu-isu seputar politik identitas yang masih sensitif dalam masyarakat.
Dr Alfian (1986) seorang tokoh ilmuwan politik berpengaruh di tanah air, jauh-jauh hari telah mengingatkan pentingnya pembangunan politik untuk dihadirkan dalam mendukung pembangunan sosial-ekonomi yang dijalankan.
Desain pembangunan politik akan pula mengupayakan dan mencetak munculnya institusi dan pemimpin-pemimpin yang sejalan dengan nilai-nilai fundamental negara-bangsa ini serta visi progresifitasnya ke depan.
‘Kedisiplinan Politik’
Demokrasi kita secara esensial, sebagaimana yang dinyatakan para pendiri republik, bertolak dari rasa kolektivitas, kebersamaan dan kegotongroyongan.
Karena ia mengutamakan kebersamaan, keputusan dalam berbagai dimensi kehidupan publik haruslah berlatar semangat keberagaman sosial kultural dan politik nasional, serta komitmen atas nilai-nilai hikmat kebijaksanaan yang mempersatukan.
Sebagai seorang pemimpin politik yang amat spesial dalam sejarah republik, Gus Dur seorang ulama yang juga mantan presiden keempat menginspirasikan nilai-nilai kepemimpinan yang mulia dalam bernegara.
Tanggung jawab kemanusiaan yang universal serta tanggung jawab kenegara-bangsaan dapat dan harus berjalan seiring, berkoneksi dan saling mendukung.
Tugas negara adalah memfasilitasi, melindungi dan menjamin terlaksananya dua tanggung jawab tersebut dalam sebuah bingkai kepentingan bersama, kepentingan nasional, sebuah negara yang merdeka, berdaulat dan berkeadaban.
Negara karenanya berkewajiban menghadirkan sebuah tata tertib sosial, ekonomi, hukum dan politik sehingga cita-cita berbangsa-bernegara bisa terwujud untuk seluruh warga bangsanya yang majemuk tanpa terkecuali.
Dalam hal aspek tata tertib politik ini, para elite dapat mentakzimi Bung Hatta sebagai pengingat diri untuk menjadi lebih ‘disiplin’ sebagai pemimpin yang bertanggung jawab memegang amanah.