Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memilih Jalan Terjal

Kompas.com - 19/05/2017, 21:17 WIB

Kita perlu menyusun kekuatan dari modal sosial yang masih tersisa untuk membangun kembali rasa saling mencinta, saling peduli, dan saling percaya sesama warga bangsa. Kita perlu membangun kembali harapan ke depan atas dasar nilai-nilai kebersamaan yang kita miliki yang kita telah bangun bersama. Inilah sebenarnya hakikat hidup bersama suatu bangsa yang hidup dalam keragaman. Dalam Al Quran disebutkan: ”Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal... (Qs Al-Hujurat: 13).

Upaya untuk ”saling mengenal” yang dilakukan secara mendalam menjadi sangat penting karena dengan cara ini diharapkan akan tumbuh rasa empati, rasa saling hormat, dan pada akhirnya akan tumbuh satu rasa kesatuan dalam satu rasa kebangsaan dan kemanusiaan. Inilah sebenarnya gagasan Bhinneka Tunggal Ika bertumpu. Ini sebuah moto yang menjadi panduan kehidupan bersama yang di negara lain dikenal sebagai ”E pluribus unum”—kesatuan dalam keragaman.

Namun, upaya saling mengenal, saling mencinta, dan saling peduli tidak dapat diletakkan hanya dalam alam pikiran. Upaya ini harus dijabarkan dalam kehidupan nyata sehari-hari. Prinsip Bhinneka Tunggal Ika, atau dalam istilah lain, pluralisme atau multikulturalisme, menuntut sebuah langkah keterlibatan nyata yang bersifat energetik (energetic engagement).

Artinya, dalam keragaman kehidupan, harus terus dilakukan hubungan inter dan intra komunitas secara dinamis sehingga tumbuh interaksi produktif. Walaupun dalam ke-Bhinneka Tunggal Ika-an, setiap kelompok suku, ras, agama, dan golongan memegang identitas masing-masing, perbedaan itu tidak boleh hidup dalam situasi isolatif; setiap kelompok harus selalu dalam hubungan intensif antara satu dan yang lain.

Dengan kata lain, kehidupan berbangsa yang bertumpu pada semangat Bhinneka Tunggal Ika menuntut sikap toleransi dinamis, yaitu upaya aktif untuk memahami perbedaan di antara berbagai kelompok yang ada melalui dialog intensif secara terus-menerus. Di dalam dialog yang sehat pasti akan ada take and give. Untuk itu harus ada sikap membuka diri terhadap kritik dan kesediaan untuk melakukan evaluasi diri. Tujuan dilakukan interaksi ini adalah menumbuhkan rasa saling percaya, bukan malah sebaliknya. Karena itu, sikap saling merendahkan, saling menghujat harus dihindari.

Kebebasan dan tanggung jawab

Dalam konteks inilah sebuah proses pembelajaran kehidupan berbangsa yang bersifat majemuk dapat tumbuh sehat dan dinamis (bandingkan dengan penjelasan Diana L Eck, The Pluralism Project at Harvard University, http://pluralism.org/pluralism/what_is_pluralism).

Tentu saja, rasa ke-Bhinneka Tunggal Ika-an tidak akan tumbuh subur dengan sendirinya tanpa ada upaya serius yang dilakukan bersama.

Negara harus memberi ruang seluas-luasnya agar proses keterlibatan energetik untuk menumbuhkan spirit Bhinneka Tunggal Ika itu dapat terjadi. Bentuk-bentuk pembangunan komunitas yang bersifat partisipatif, pengembangan gotong royong yang bersifat cross-cutting antarkelompok yang berbeda, program-program yang bersifat bottom-up harus dikedepankan.

Jenis-jenis pembangunan yang berorientasi proyek dengan penggerak utama dilakukan semata-mata oleh para pemborong yang memburu keuntungan pribadi harus segera dikurangi, kalau tidak dihentikan sama sekali, karena tak akan memberikan kontribusi apa pun bagi berkembangnya spirit Bhinneka Tunggal Ika. Tak dapat disangkal, proyek-proyek pembangunan birokratis yang bertele-tele, penuh kongkalikong, korup, manipulatif, dan tamak, yang banyak merajalela di negeri ini, menjadi biang keladi hancurnya kerekatan kehidupan berbangsa.

Akhirnya, demokrasi yang kini tengah kita bangun haruslah tidak semata-mata menjadi ajang pelampiasan kebebasan atas hak semata, tetapi juga harus diimbangi dengan kewajiban dan tanggung jawab untuk menciptakan kehidupan yang adil, damai, dan sejahtera. Karena itu, kini di tengah maraknya gerakan untuk memperjuangkan hak-hak asasi manusia, perlu juga di negeri ini ditumbuhkan gerakan tanggung jawab manusia (human responsibilities) atau gerakan TAM.

Kita membutuhkan keseimbangan yang wajar antara hak, kebebasan, dan tanggung jawab karena ”kebebasan tanpa menerima tanggung jawab dapat memusnahkan kebebasan itu sendiri”, dan pada saat yang sama ”kebebasan tanpa batas sama bahayanya dengan tanggung jawab yang dipaksakan” (Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Edisi Revisi, Jakarta: Gramedia, 2008, hal 229-230).

Menarik untuk disimak, dalam Universal Declaration of Human Responsibilities yang dideklarasikan pada 1 September 1997 (sebagai pelengkap Universal Declaration of Human Rights PBB), diuraikan beberapa tanggung jawab yang harus diemban manusia.

Dalam deklarasi tersebut, antara lain, diuraikan tentang tanggung jawab seseorang untuk memperlakukan semua orang dengan cara manusiawi (Pasal 1); tanggung jawab orang yang berkecukupan untuk berusaha secara serius mengatasi keadaan kurang pangan, kebodohan, dan ketidaksamaan (Pasal 9); semua milik dan kekayaan harus dipakai secara bertanggung jawab sesuai dengan keadilan dan untuk memajukan semua umat manusia. Kekuasaan ekonomi dan politik tidak boleh dipakai sebagai alat dominasi, tetapi untuk mencapai keadilan ekonomi dan mengatur masyarakat; politisi, pegawai pemerintah, pemimpin bisnis, ilmuwan, atau artis tidak dapat terkecualikan dari standar etis. Begitu pula dokter, sarjana hukum, dan orang profesional yang mempunyai kewajiban khusus terhadap klien (Ibid, hal 231-232).

Akhirnya, kita pun berharap negeri kita dapat selamat dari beragam rintangan dalam mewujudkan cita-cita proklamasi. Dengan doa dan usaha keras bersama, kita berharap negeri yang kini tengah menghadapi cobaan dapat lepas dan terjauhkan dari status ”negeri kutukan”.

Semoga!

Imam B Prasodjo
Sosiolog Universitas Indonesia

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 19 Mei 2017, di halaman 6 dengan judul "Memilih Jalan Terjal".

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 2 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 2 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Tanggal 1 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 1 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Ulang Tahun Tagana, Risma: Saya Saksi Relawan Bertugas Tanpa Pamrih...

Ulang Tahun Tagana, Risma: Saya Saksi Relawan Bertugas Tanpa Pamrih...

Nasional
176 Pasangan Lansia di Aceh Utara Difasilitasi Isbat Nikah, Risma: Permudah Pemberian Bantuan

176 Pasangan Lansia di Aceh Utara Difasilitasi Isbat Nikah, Risma: Permudah Pemberian Bantuan

Nasional
Mengaku Khilaf Terima Uang Rp 40 Miliar, Achsanul Qosasi Ingin Dimaafkan karena Merasa Berjasa

Mengaku Khilaf Terima Uang Rp 40 Miliar, Achsanul Qosasi Ingin Dimaafkan karena Merasa Berjasa

Nasional
Kemensos: Banyak Lansia di Aceh Utara Masih Takut Operasi Katarak

Kemensos: Banyak Lansia di Aceh Utara Masih Takut Operasi Katarak

Nasional
Sampaikan Nota Pembelaan, Achsanul Qosasi Pamer Dapat Penghargaan Bintang Jasa Utama

Sampaikan Nota Pembelaan, Achsanul Qosasi Pamer Dapat Penghargaan Bintang Jasa Utama

Nasional
Bacakan Pledoi, Achsanul Qosasi Klaim Berperan Kembalikan Hotel Sultan dan TMII ke Negara

Bacakan Pledoi, Achsanul Qosasi Klaim Berperan Kembalikan Hotel Sultan dan TMII ke Negara

Nasional
Ketua KPK Perintahkan Segera Nyatakan Banding Putusan Sela Kasus Gazalba

Ketua KPK Perintahkan Segera Nyatakan Banding Putusan Sela Kasus Gazalba

Nasional
Nasdem Siapkan Sejumlah Nama untuk Pilkada Jabar, Ada Muhammad Farhan dan Saan Mustopa

Nasdem Siapkan Sejumlah Nama untuk Pilkada Jabar, Ada Muhammad Farhan dan Saan Mustopa

Nasional
Kemensos Bantu 392 Lansia Operasi Katarak Gratis di Aceh Utara

Kemensos Bantu 392 Lansia Operasi Katarak Gratis di Aceh Utara

Nasional
Anggota DPR Sebut Tak Ada soal Dwifungsi TNI dalam RUU TNI

Anggota DPR Sebut Tak Ada soal Dwifungsi TNI dalam RUU TNI

Nasional
Buka Sekolah Pemimpin Perubahan, Cak Imin Harap PKB Tetap Kontrol Kinerja Eksekutif-Legislatif

Buka Sekolah Pemimpin Perubahan, Cak Imin Harap PKB Tetap Kontrol Kinerja Eksekutif-Legislatif

Nasional
KPK Cegah 2 Orang Bepergian ke Luar Negeri Terkait Kasus di PGN

KPK Cegah 2 Orang Bepergian ke Luar Negeri Terkait Kasus di PGN

Nasional
DKPP Lantik 21 Tim Pemeriksa Daerah PAW dari 10 Provinsi

DKPP Lantik 21 Tim Pemeriksa Daerah PAW dari 10 Provinsi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com