Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akui Blokir Situs Tak Efektif, Pemerintah Ubah Strategi Perangi "Hoax"

Kompas.com - 02/02/2017, 10:49 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah mengubah strategi dalam penanganan penyebaran informasi tidak benar atau hoax di internet. Fokus pada pemblokiran situs dianggap tidak efektif.

Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengatakan, pihaknya mendengar pandangan bahwa penanganan info hoax tidak bisa hanya dilakukan di hilir seperti pemblokiran situs.

"Itu tidak akan efektif, malah akan cape," kata Rudiantara saat pembukaan pelatihan "Bagaimana Mengidentifikasi Berita Palsu, Verifikasi Konten di Ranah Internet?" di Gedung Dewan Pers, Jakarta, Kamis (2/2/2017) pagi.

(baca: Pemerintah Blokir 11 Situs yang Dianggap Tebarkan Fitnah dan Kebencian)

Pelatihan tersebut digelar untuk kalangan jurnalis yang digelar oleh Dewan Pers dan Forum Pemred.

Rudiantara mengatakan, pemblokiran situs bukan prestasi pemerintah. Ia menganalogikan pemblokiran seperti menyembuhkan orang sakit.

Pada 2017, kata Rudiantara, pihaknya akan fokus pada penanganan di hulu. Bagaimana membuat masyarakat sehat bersikap di dunia maya.

Pemerintah akan kerja sama dengan berbagai organisasi untuk melakukan sosialisasi dan edukasi masyarakat terkait konten di dunia maya. Harapannya, semakin sedikit konten yang melanggar aturan.

"Berhasil itu kalau bisa mengurangi konten-konten yang diblokir," kata Rudiantara.

(baca: Menkominfo: Blokir Situs, Kami Tak Lihat Bungkusnya, tetapi Kontennya)

Ia menekankan, upaya ini bukan untuk mengintervensi organisasi seperti pers. Menurut dia, pers harus tetap independen.

Rudiantara mengamati, media massa, khususnya online saat ini cenderung ingin yang pertama kali menyampaikan suatu informasi kepada publik. Sayangnya, banyak media online yang tidak mengindahkan aturan.

"Kadang-kadang melewati batas, tidak melakukan klarifikasi, cover both side," ucap Rudiantara.

(baca: Fadli Zon: Kemenkominfo Tak Bisa Serta-merta Blokir Situs)

Media online perlu mendapat perhatian karena banyaknya situs media. Rudiantara mengutip informasi dari Dewan Pers bahwa setidaknya ada 43.000 media di internet. Masalahnya, tidak lebih dari 300 media yang terverifikasi.

Karena itu, Rudiantara menunggu solusi dari komunitas pers bagaimana menangani media yang belum terverifikasi.

"Pemerintah akan mendukung apapun yang diputuskan komunitas jurnalis. Kami akan dukung karena kami sangat konsen terhadap dunia pers," ucapnya.

Mantan anggota Dewan Pers Uni Lubis berharap agar media massa menjadi korator dan penjaga gawang terhadap informasi yang beredar di publik, khususnya media sosial.

Ia melihat, memang ada netizen yang melakukan kurator atas informasi yang beredar. Namun, tidak semua netizen mengkonsumsi banyak informasi seperti jurnalis.

Untuk itu, Uni berharap jurnalis melakukan klarifikasi dan verifikasi atas informasi yang beredar.

"Sehingga publik dapat informasi yang benar," ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo', Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

Sebut Jokowi Kader "Mbalelo", Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

Nasional
[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri 'Triumvirat' Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri "Triumvirat" Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

Nasional
Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Nasional
PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

Nasional
Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Nasional
PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

Nasional
ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

Nasional
Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasional
PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

Nasional
Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

Nasional
Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Nasional
Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Nasional
Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Nasional
Gugat Dewas ke PTUN hingga 'Judicial Review' ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Gugat Dewas ke PTUN hingga "Judicial Review" ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com