KOMPAS.com - Jika memahami makna dari bentuk arsitektur bangunan bergaya arsitektur China kuno, siapa saja yang melihat bentuk Gedung Candra Naya pastinya mengetahui bahwa rumah tersebut bukanlah milik orang biasa.
Rumah yang terletak di Jalan Gajah Mada Jalan 188, Jakarta atau tepatnya di dalam superblok Green City Square itu memiliki bentuk atap yang melengkung dan terbelah di kedua ujungnya seperti ekor walet, atau yanwei dalam bahasa Cina. Ornamen ini menandakan status sosial tinggi si penghuni rumah.
“Jika atap rumah semakin melengkung artinya pemiliknya adalah orang terpandang. Banyak rumah-rumah bergaya arsitektur Cina di kawasan Petak Sembilan, Roa Malaka, Glodok, dan Tambora tetapi atapnya lurus,” ujar Ketua Tim Pemugaran Candra Naya Dr Ir Naniek Widayati saat ditemui Kompas.com, Selasa (24/1/2017).
(Baca: Candra Naya, Rumah Tua Mayor Tionghoa di Jakarta)
Rumah Candra Naya pada era kolonialisme Belanda adalah kediaman Mayor China Khouw Kim An. Ia menjabat pada periode 1910-1942. Tugasnya adalah menjaga kesentosaan, keamanan, dan menyelesaikan masalah di dalam lingkup masyarakat Tionghoa yang tinggal di Batavia saat itu.
“Kehadiran Letnan, Mayor, Kapitan China saat itu berkaitan dengan pertumbuhan dan persebaran etnis Tionghoa yang besar. Mayor tidak menerima upah uang tetapi konsesi dalam bentuk candu,” ujar wanita yang juga adalah dosen arsitektur tersebut.
Selain anak orang terpandang, Khouw Kim An adalah sosok terpelajar dan memiliki intuisi bisnis yang bagus. Tingkat pendidikannya tersebut tercermin melalui ornamen kecapi dan lukisan yang ada di dalam rumahnya.
Khouw Kim An adalah salah satu pendiri Javasche Bank, cikal bakal Bank Indonesia. Selain Khouw Kim An ada raja gula Semarang Oey Tiong Ham dan Tjong A Fi yang menjadi Mayor China di Medan.
“Khouw Kim An pada tahun 1945 ikut pergerakan, ditangkap dan meninggal di penjara di Cimahi. Makamnya saat ini ada di Petamburan,” ucap Naniek.
Sekarang di era modern ini, rumah Candra Naya terbuka untuk umum. Siapa saja yang mau menelusuri sejarahnya bebas masuk, memotret, membaca lembaran-lembaran ajaran kebajikan yang terbingkai di temboknya, atau sekedar menengok bagaimana isi rumah etnis Tionghoa dengan status sosial yang cukup tinggi di masa lalu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.