Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat: Lebih Hebat Lagi jika Tak Ada Terduga Teroris yang Tewas

Kompas.com - 22/12/2016, 08:27 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat terorisme Harits Abu Ulya menganggap sudah seharusnya kepolisian melakukan pencegahan sebelum rencana aksi para teroris terealisasi.

Ia mengapresiasi empat kali penangkapan terduga teroris yang dilakukan dalam satu hari, pada Rabu (21/12/2016) kemarin.

Namun, Harits menyayangkan tewasnya tiga terduga teroris saat penggerebekan di Setu, Tangerang Selatan.

"Lebih hebat lagi jika penembakan itu tidak menimbulkan korban tewas," ujar Harits, saat dihubungi Kompas.com, Kamis (22/12/2016).

Harits mengatakan, seharusnya Densus 88 menggunakan hak diskresinya hanya untuk melumpuhkan, bukan menembak titik vital pada tubuh.

Padahal, banyak keterangan yang bisa digali dari terduga teroris yang tewas itu.

(Baca: Terduga Teroris di Tangsel Ingin Tusuk Polisi Lalu Meledakkan Diri)

"Karena penting orang ini hidup, jadi akan memberikan gambatan maksimal tentang jaringan mereka. Apakah terkait pemain lama atau orang baru," kata Harits.

Densus 88, kata dia, sudah menempuh pelatihan sedemikian rupa dalam menghadapi teroris.

Menurut dia, percuma adanya pelatihan dengan mempelajari berbagai strategi jika pada akhirnya menempuh jalan tembak mati.

"Buat apa dia dilatih dengan teknologi, persenjataan lengkap dengan pengalaman. Harusnya bisa dengan tidak menimbulkan korban tewas," kata dia.

Penggerebekan di Tangerang Selatan bermula dari penangkapan terduga teroris bernama Adam saat berada di luar kontrakannya.

(Baca: Penggerebekan Kelompok Teroris di Tangsel Berawal dari Penangkapan Seorang Pria)

Adam menyatakan bahwa ada tiga temannya lagi yang masih berada di rumah kontrakan.

Akhirnya petugas mendatangi rumah itu untuk menyergap mereka.

Namun, tiga orang tersebut enggan menyerahkan diri, justru melempar bom ke arah satgas.

Bom tersebut tidak meledak.

Densus 88 melumpuhkan mereka hingga tewas karena adanya upaya perlawanan.

Dari lokasi, perugas menyita belasan bom yang masih aktif. Bom tersebut kemudian diledakkan di tempat.

Kompas TV Membongkar Jaringan Teroris- Satu Meja eps 170 bagian 4
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Jokowi Resmikan Sistem Pengelolaan Air di Riau Senilai Rp 902 Miliar

Jokowi Resmikan Sistem Pengelolaan Air di Riau Senilai Rp 902 Miliar

Nasional
Megawati Didampingi Ganjar dan Mahfud Kunjungi Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende

Megawati Didampingi Ganjar dan Mahfud Kunjungi Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende

Nasional
Jelang Idul Adha, Dompet Dhuafa Terjunkan Tim QC THK untuk Lakukan Pemeriksaan Kualitas dan Kelayakan Hewan Ternak

Jelang Idul Adha, Dompet Dhuafa Terjunkan Tim QC THK untuk Lakukan Pemeriksaan Kualitas dan Kelayakan Hewan Ternak

Nasional
Buronan Thailand yang Ditangkap di Bali Pakai Nama Samaran Sulaiman

Buronan Thailand yang Ditangkap di Bali Pakai Nama Samaran Sulaiman

Nasional
Pansel Bakal Cari 10 Nama Capim KPK untuk Diserahkan ke Jokowi

Pansel Bakal Cari 10 Nama Capim KPK untuk Diserahkan ke Jokowi

Nasional
Kritik Putusan MA, PDI-P: Harusnya Jadi Produk DPR, bukan Yudikatif

Kritik Putusan MA, PDI-P: Harusnya Jadi Produk DPR, bukan Yudikatif

Nasional
Projo Beri Sinyal Jokowi Pimpin Partai yang Sudah Eksis Saat Ini

Projo Beri Sinyal Jokowi Pimpin Partai yang Sudah Eksis Saat Ini

Nasional
Projo Minta PDI-P Tidak Setengah Hati Jadi Oposisi

Projo Minta PDI-P Tidak Setengah Hati Jadi Oposisi

Nasional
Tuding PDI-P Ingin Pisahkan Jokowi dan Prabowo, Projo: Taktik Belah Bambu

Tuding PDI-P Ingin Pisahkan Jokowi dan Prabowo, Projo: Taktik Belah Bambu

Nasional
Projo Ungkap Isi Pembicaraan dengan Jokowi soal Langkah Politik Kaesang di Pilkada

Projo Ungkap Isi Pembicaraan dengan Jokowi soal Langkah Politik Kaesang di Pilkada

Nasional
Ada 'Backlog' Pemilikan Rumah, Jadi Alasan Pemerintah Wajibkan Pegawai Swasta Ikut Tapera

Ada "Backlog" Pemilikan Rumah, Jadi Alasan Pemerintah Wajibkan Pegawai Swasta Ikut Tapera

Nasional
Jaga Keanekaragaman Hayati, Pertamina Ajak Delegasi ASCOPE ke Konservasi Penyu untuk Lepas Tukik

Jaga Keanekaragaman Hayati, Pertamina Ajak Delegasi ASCOPE ke Konservasi Penyu untuk Lepas Tukik

Nasional
Projo Mengaku Belum Komunikasi dengan Kaesang Soal Pilkada

Projo Mengaku Belum Komunikasi dengan Kaesang Soal Pilkada

Nasional
Ridwan Kamil Klaim Pasti Maju Pilkada, Kepastiannya Juli

Ridwan Kamil Klaim Pasti Maju Pilkada, Kepastiannya Juli

Nasional
KPK Sita Innova Venturer Milik Anak SYL Terkait Kasus TPPU

KPK Sita Innova Venturer Milik Anak SYL Terkait Kasus TPPU

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com