JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Wahid Foundation, Yenni Wahid mengatakan, Indonesia masih memiliki tantangan besar dalam mempromosikan kerukunan sosial keagamaan.
Itu karena, persebaran ekstremisme dan ideologi sektarian yang intoleran masih menjamur di Indonesia. Hal tersebut memicu tindakan radikalisme yang menginspirasi terorisme.
"Nilai-nilai toleransi dalam Pancasila sebagaimana juga kebinekaan mendapat tantangan berat yang memicu terjadinya tindak kekerasan terhadap kelompok minoritas. Lebih jauh lagi justru menginspirasi tindak terorisme," kata Yenny saat sambutan dalam "Seminar Mempromosikan Kerukunan Sosial-Keagamaan di Indonesia" di Doubletree Hotel, Jakarta, Senin (28/11/2016).
Yenny mengatakan, persoalan tersebut disebabkan Indonesia masih dianggap ideal dalam pengembangan radikalisme yang terhubung pada gerakan terorisme global.
(Baca: Jokowi Minta Guru Ajarkan Muridnya tentang Keberagaman Indonesia)
Alasannya, kata dia, pengawasan gerakan tersebut sangat sulit karena Indonesia yang berbentuk negara kepulauan.
"Indonesia sangat ideal untuk mengembangkan radikalisme. Tantangan indonesia cukup besar karena negara kepulauan," tutur Yenny.
Yenny menuturkan, ketimpangan sosial ekonomi juga menjadi faktor dalam berkembangnya radikalisme di Indonesia.
Menurut Yenny, disparitas sosial ekonomi mengakibatkan adanya perasaan teralienasi di sebagian kalangan masyarakat.
Kondisi itu kemudian membuat doktrinasi paham radikalisme menjadi semakin mudah.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan