JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengaku jengkel terhadap peristiwa penyanderaan anak buah kapal (ABK) warga negara Indonesia oleh kelompok Abu Sayyaf yang terus berulang.
Sebab, pemerintah Indonesia sudah mengimbau perusahaan-perusahaan pemilik kapal barang untuk tidak melintasi perairan yang dijadikan aksi penculikan kelompok tersebut.
"Kan sudah bilang, jangan ke situ, jangan lewat situ. Ini masih saja ke situ," ujar Ryamizard di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (21/11/2016).
(BAca: Dua WNI Kembali Diculik, Menlu Langsung Hubungi Malaysia dan Filipina)
Ryamizard mengatakan, pemerintah sudah berupaya penuh untuk mengantisipasi aksi penyanderaan.
Namun, hal itu selalu dilanggar oleh perusahaan sendiri. Saat ditanya apakah mungkin pemerintah Indonesia memakai teknologi khusus untuk memantau perairan, Ryamizard menampiknya.
"Di tengah laut, gimana mau pasang deteksi seperti itu," ujar dia.
Diketahui, 2 WNI diculik kelompok bersenjata saat tengah mencari ikan bersama 18 rekannya dalam kapal bernomor VW 1738 milik sebuah perusahaan perikanan di Sabah, Malaysia, Sabtu (19/11/2016).
(Baca Nelayan Indonesia di Malaysia Diculik Lagi, Keluarga Korban Cemas Menunggu)
Meski demikian, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi telah mengetahui lokasi 2 ABK WNI itu. Mereka terpantau berada di Kepulauan Sulu, Filipina Selatan.
Mereka bernama Safaruddin selaku kapten kapal dan Sawal sebagai anak buah kapal.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.