Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Wisnu Nugroho
Pemimpin Redaksi Kompas.com

Wartawan Kompas. Pernah bertugas di Surabaya, Yogyakarta dan Istana Kepresidenan Jakarta dengan kegembiraan tetap sama: bersepeda. Menulis sejumlah buku tidak penting.

Tidak semua upaya baik lekas mewujud. Panjang umur upaya-upaya baik ~ @beginu

Jalur Yudhoyono untuk Putra Sulung di Jakarta

Kompas.com - 10/10/2016, 07:58 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorHeru Margianto

Tidak ada jaminan bahwa kejayaan Partai Demokrat akan segera kembali di tangan SBY jika melihat beban berat karena korupsi ini. Namun, menyerahkan kepada orang lain resikonya lebih tinggi.

Jika kita melihat dengan jujur, saat itu memang tidak ada kader di Partai Demokrat yang terlihat siap dan mumpuni.

Dua kader terbaik yang disiapkan sebagai pengganti dan "dipersaingkan di dalam" agar matang justru bermusuhan. Karena korupsi, keduanya disatukan dan kini mendekam di tahanan.

Putra bungsu yang dimasukkan dalam unsur pimpinan untuk menggantikan memunculkan perdebatan dari orang-orang kepercayaan terkait kapasitas dan kesiapan.

Sebagai sekretaris jenderal dan anggota dewan, ia memilih mengirim siaran pers tertulis untuk isu-isu strategis yang menihilkan percakapan.

Memilih jalur biologis

Dalam situasi tidak menguntungkan dan adanya peluang merebuat kembali kejayaan di pemilu yang akan datang, putra sulung jadi pilihan (jalur biologis). Mundur dari karir militer dengan pangkat mayor jadi pengorbanan yang matang dipikirkan.

Pilihan itu bukan tanpa dukungan. Empat partai yang sama-sama berjuang dan menikmati kejayaan Partai Demokrat di masa lalu telah lebih dulu menyatakan. 

Kenangan perjuangan dan kemenangan di masa lalu pasti memberi energi tambahan. Tidak heran, jika semua, tidak hanya SBY dan isteri, selalu turun tangan.

Jalur yang ditempuh SBY 12 tahun lalu tengah disibak. Jejak-jejak perjuangan di masa lalu yang mengantar kemenangan dan kejayaan kini dicermati dan dilintasi lagi. 

Apa yang dilakukan SBY dan membawa kemenangan di tahun 2004, saat ini seperti diulang putra sulungnya. Jika dicermati secara jeli, banyak sekali kemiripan.

Tidak hanya soal podium yang digunakan untuk memberi keterangan, tetapi juga pilihan kata-kata dan gerak-gerik tangan. 

Kemiripan itu juga ditemui pada petahana yang akan dilawan. Petahana dulu dan kini sama-sama ingin melanjutkan jabatan yang diawali karena "kecelakaan". 

Kenangan akan perjuangan di masa lalu bertambah dengan munculnya kembali Denny JA. Hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) terkini memberi harapan kemenangan. 

Lembaga survei dan konsultan akan dipersaingkan melawan petahana dan penantang lain yang berbekal lembaga survei, konsultan dan harapan kemenangan juga. 

Politik bukan perkara ideologi. Dalam banyak kasus, politik adalah perkara biologi untuk jaminan kelangsungan sebuah dinasti. Di Indonesia, kita tidak kekurangan bukti.  

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com