JAKARTA, KOMPAS.com - Sebanyak 240 ekor kuda dipelihara di Detasemen Kavaleri Berkuda (Denkavkud), salah satu satuan operasional yang berada bawah TNI Angkatan Darat.
Denkavkud merupakan detasemen khusus dan satu-satunya di Tanah Air yang diberi kepercayaan memelihara serta mendidik ratusan kuda untuk dilatih dan dijadikan salah satu kekuatan militer TNI Angkatan Darat.
Dari sejarahnya, Denkavkud sempat menjadi salah satu andalan dalam penumpasan G30SPKI di Jawa Barat serta pengamanan Dekrit Presiden pada 1959. Satuan yang dibentuk setelah kemerdekaan Indonesia ini berada di daerah Paromong, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.
Komandan Denkavkud Mayor Kav Solikhin menjelaskan, sebanyak 240 ekor kuda dari berbagai jenis ras unggul yang berasal dari sejumlah negara sengaja untuk didatangkan serta dikembangbiakan di Denkavkud.
Ras unggul seperti thoroughbred, warmblood, dan anglo arabian merupakan ras pilihan yang dinilai memiliki garis keturunan yang baik untuk dijadikan kuda militer untuk satuan tersebut.
Pangan hingga lingkungan dijaga agar mendapatkan kuda yang sehat. Di Denkavkud, selain memberikan pakan tambahan seperti pelet, kuda-kuda juga dilepaskan secara bebas di lingkungan Denkavkud yang memiliki luas hingga 104 hektar. Makanan alami kuda yaitu rumput tersedia di lingkungan tersebut.
Latihan militer
Dalam pelatihan ini, kuda yang memiliki sifat dasar liar dididik dan dilatih selama sembilan bulan. Namun, meski pelatihan telah usai, kuda tersebut masih terus dilatih untuk mendapatkan kuda sempurna yang bisa diandalkan dalam perang sesungguhnya.
"Fungsi strategis detasemen kavaleri berkuda ini sebagai alternatif lain di medan yang tak dimungkinkan untuk dilewati kendaraan taktis. Sehingga, aternatif kuda dapat digunakan tanpa menghambat operasi TNI," ujar Solikhin di Paromong, Rabu (28/9/2016).
Dalam sebuah atraksi yang ditampilkan para anggota Denkavkud, kuda-kuda tersebut diketahui mampu membantu sebuah operasi penumpasan penjahat. Kuda dilatih untuk membantu melakukan pengintaian hingga pelucutan senjata milik lawan.
Selain digunakan dalam kemiliteran, kuda-kuda tersebut juga sering ditampilkan dalam sejumlah acara kenegaraan seperti penyambutan kepala negara yang berkunjung ke tanah air, hingga upacara perayaan hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia.
Bahkan, Denkvakud juga melahirkan atlet-atlet berkuda berprestasi yang mampu menembus kompetisi level nasional dan internasional.
Untuk level nasional, pada Pekan Olahraga Nasional (PON) Jabar ke-XIX dua atlet berkuda yang juga merupakan anggota Denkavkud menyumbangkan medali emas dan perunggu di sejumlah cabang yang diperlombakan. Anggota Denkavkud juga pernah meraih emas di ajang SEA Games di Myanmar dan Perak di Thailand.
Mendidik ratusan kuda yang ada di Denkavkud tidakklah mudah. Membutuhkan latihan terus menerus serta kesabaran dari para penunggangnya.
Di Denkavkud, setiap anggota diberi tanggung jawab untuk memelihara satu kuda. Pelatih kuda di Denkavkud, Letnan Dua Kav Gultomo menjelaskan, untuk mendidik kuda menjadi tenang hingga layaknya seorang anggota Denkavkud, penunggang dan kuda harus memiliki ikatan.
"Kami harus beri kasih sayang, biar ada kerja sama antara kuda dan penunggang harus dekat. Kalau perlu dikasih peringatannya kalau kuda salah, karena kuda tidak seperti benda mati," ujar Gultomo.
Gultomo mengatakan, kuda tak lagi produktif jika di atas umur 18 tahun. Biasanya, setelah kuda tidak produktif lagi, kuda akan dibiarkan hingga kuda tersebut mati.
"Tapi tergantung kondisi, ada yang 18 tahun fisiknya masih bagus. Tapi rata-rata umur segitu tidak produktif lagi," ujar Gultomo yang telah 32 tahun menjadi penunggang dan pelatih kuda di Denkavkud.
Saat Kompas.com diberi kesempatan untuk menaiki kuda berjenis warmblood, kuda tersebut tampak tenang dan mengikuti setiap instruksi yang diberikan. Kuda tersebut juga tetap tenang meski keramaian ada di sekitarnya.
Selain itu, tubuh kuda yang tinggi tegap serta otot-otot yang terbentuk dari hasil pelatihan menandakan kondisi fisik yang prima dari kuda tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.