Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Bisa Menghentikan, Menag Minta Para Ulama Sikapi Ajaran Dimas Kanjeng

Kompas.com - 30/09/2016, 13:55 WIB
Fachri Fachrudin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Agama Lukman Hakim Syaifuddin mengatakan bahwa pihaknya juga memantau masalah terkait padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi.

Ia meminta para ulama menentukan sikap terkait ajaran agama pria yang disebut-sebut bisa menggandakan uang tersebut.

Sebab, sejak beberapa waktu lalu, Kemenag juga mendapatkan masukan dan keluhan dari sebagian masyarakat yang merasa resah atas keberadaan padepokan Dimas Kanjeng.

Menurut Lukman, dari berbagai pandangan yang beredar dan dilaporkan kepada pihaknya, ajaran Dimas Kanjeng mengindikasikan adanya penyimpangan.

"Ya, tentu kami memantau, tapi Kementerian Agama kan tidak dalam posisi untuk menentukan apakah ajaran itu menyimpang atau tidak, itu bukan domain kementerian agama, itu domain para ulama, para ahli, kami menunggu para ulama, para kiai-kiai untuk berpandangan," ujar Lukman di Kementerian Agama, Jakarta Pusat, Jumat (30/9/2016).

(baca: Marwah Daud Bela Dimas Kanjeng, Jimly Minta Ilmuwan-Cendekia Berpikir Benar)

Ia menjelaskan, Kemenag bukanlah pihak yang berwenang menutup padepokan tersebut jika ada pelanggaran yang dilakukan oleh Dimas Kanjeng. Hal itu menjadi otoritas kepolisian.

"Dari segi hukum, Kementerian Agama tidak diposisi memimiliki kewenangan untuk menutup, menyetop dan sebagainya. Lagi-lagi itu kewenangan Polri yang sekarang sedang mengusut apakah ada penipuan, atau penggelapan atau lain-lain yang terkait dengan tindak pidana," kata dia.

Taat Pribadi dan pengikutnya ditangkap oleh Kepolisian Daerah Jawa Timur di Padepokannya pada 22 September 2016 lalu.

(baca: Polisi Sita Tiga Jubah "Ajaib" Dimas Kanjeng)

Dia memiliki sebuah padepokan bernama Dimas Kanjeng yang terletak di Probolinggo, Jawa Timur. Mereka yang datang ke padepokan tak hanya ingin berguru ilmu agama.

Sebagian dari mereka kepincut janji Taat Pribadi yang dipercaya bisa mengeluarkan uang dari tangannya secara tiba-tiba.

Tak hanya itu, dia dipercaya bisa menghadirkan peti berisi uang dan ruangan yang penuh uang kertas.

 

(baca: Pernyataan Lucu Dimas Kanjeng yang Membuat Polisi Terpingkal-pingkal)

Korbannya tak hanya warga sekitar padepokan, tapi juga dari berbagai daerah, termasuk luar Pulau Jawa.

Pengikutnya juga beragam latar belakang. Ada yang cendekiawan, pengusaha, bahkan pensiunan Polri dan TNI.

Salah satu pengikut setianya adalah Marwah Daud Ibrahim yang kini dipercaya sebagai pucuk pimpinan Yayasan Padepokan Kanjeng Dimas.

 

(video: Marwah: Apa yang Dilakukan Dimas Kanjeng Benar)

Marwah merupakan doktor komunikasi internasional lulusan American University Washington DC dan pernah menduduki kursi anggota DPR RI selama tiga periode.

Kompas TV Penipuan oleh Dimas Kanjeng Capai Rp 25 Miliar
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

Nasional
Menakar Siapa Orang 'Toxic' yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

Menakar Siapa Orang "Toxic" yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

Nasional
Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Nasional
SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

Nasional
'Presidential Club', 'Cancel Culture', dan Pengalaman Global

"Presidential Club", "Cancel Culture", dan Pengalaman Global

Nasional
Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili dalam Kasus Gratifikasi dan TPPU

Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili dalam Kasus Gratifikasi dan TPPU

Nasional
Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintahan

Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang "Toxic" ke Dalam Pemerintahan

Nasional
Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Nasional
Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Nasional
Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Nasional
Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Nasional
'Presidential Club' Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

"Presidential Club" Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

Nasional
[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

Nasional
Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com