JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Agama Lukman Hakim Syaifuddin mengatakan bahwa pihaknya juga memantau masalah terkait padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi.
Ia meminta para ulama menentukan sikap terkait ajaran agama pria yang disebut-sebut bisa menggandakan uang tersebut.
Sebab, sejak beberapa waktu lalu, Kemenag juga mendapatkan masukan dan keluhan dari sebagian masyarakat yang merasa resah atas keberadaan padepokan Dimas Kanjeng.
Menurut Lukman, dari berbagai pandangan yang beredar dan dilaporkan kepada pihaknya, ajaran Dimas Kanjeng mengindikasikan adanya penyimpangan.
"Ya, tentu kami memantau, tapi Kementerian Agama kan tidak dalam posisi untuk menentukan apakah ajaran itu menyimpang atau tidak, itu bukan domain kementerian agama, itu domain para ulama, para ahli, kami menunggu para ulama, para kiai-kiai untuk berpandangan," ujar Lukman di Kementerian Agama, Jakarta Pusat, Jumat (30/9/2016).
(baca: Marwah Daud Bela Dimas Kanjeng, Jimly Minta Ilmuwan-Cendekia Berpikir Benar)
Ia menjelaskan, Kemenag bukanlah pihak yang berwenang menutup padepokan tersebut jika ada pelanggaran yang dilakukan oleh Dimas Kanjeng. Hal itu menjadi otoritas kepolisian.
"Dari segi hukum, Kementerian Agama tidak diposisi memimiliki kewenangan untuk menutup, menyetop dan sebagainya. Lagi-lagi itu kewenangan Polri yang sekarang sedang mengusut apakah ada penipuan, atau penggelapan atau lain-lain yang terkait dengan tindak pidana," kata dia.
Taat Pribadi dan pengikutnya ditangkap oleh Kepolisian Daerah Jawa Timur di Padepokannya pada 22 September 2016 lalu.
(baca: Polisi Sita Tiga Jubah "Ajaib" Dimas Kanjeng)
Dia memiliki sebuah padepokan bernama Dimas Kanjeng yang terletak di Probolinggo, Jawa Timur. Mereka yang datang ke padepokan tak hanya ingin berguru ilmu agama.
Sebagian dari mereka kepincut janji Taat Pribadi yang dipercaya bisa mengeluarkan uang dari tangannya secara tiba-tiba.
Tak hanya itu, dia dipercaya bisa menghadirkan peti berisi uang dan ruangan yang penuh uang kertas.
(baca: Pernyataan Lucu Dimas Kanjeng yang Membuat Polisi Terpingkal-pingkal)
Korbannya tak hanya warga sekitar padepokan, tapi juga dari berbagai daerah, termasuk luar Pulau Jawa.
Pengikutnya juga beragam latar belakang. Ada yang cendekiawan, pengusaha, bahkan pensiunan Polri dan TNI.
Salah satu pengikut setianya adalah Marwah Daud Ibrahim yang kini dipercaya sebagai pucuk pimpinan Yayasan Padepokan Kanjeng Dimas.
(video: Marwah: Apa yang Dilakukan Dimas Kanjeng Benar)
Marwah merupakan doktor komunikasi internasional lulusan American University Washington DC dan pernah menduduki kursi anggota DPR RI selama tiga periode.