Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ikrar: SBY Masih Mimpi Punya "Power" untuk Atur Negeri Ini

Kompas.com - 23/09/2016, 08:58 WIB
Ihsanuddin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Ikrar Nusa Bhakti, menilai Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) masih berusaha menunjukkan pengaruhnya dalam perhelatan Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017.

Hal itu terlihat dari upaya SBY untuk membangun koalisi Cikeas yang terdiri dari empat parpol, yakni Demokrat, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Keempat partai itu pun bersepakat untuk mengusung putra SBY, yakni Agus Harimurti Yudhoyono, yang dipasangkan dengan Deputi Gubernur bidang Kebudayaan dan Pariwisata DKI Jakarta Sylviana Murni.

"Poros Cikeas itu adalah poros SBY. SBY masih bermimpi punya power untuk mengatur negeri ini," kata Ikrar saat dihubungi Kompas.com, Kamis (23/9/2016).

(Baca: Pilkada Jakarta Rasa Pilpres, "Turun Gunungnya" Mega, SBY, dan Prabowo)

Menurut Ikrar, agar lebih mudah dalam membangun koalisi, Presiden keenam RI itu mendekati partai-partai yang memang belum mempunyai calon yang jelas untuk diusung pada Pilgub DKI.

Di sisi lain, SBY menolak untuk bergabung dengan koalisi pendukung petahana Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat yang sudah terbentuk terlebih dulu.

Ikrar menilai, koalisi Cikeas ini mengingatkan kepada koalisi yang dibangun SBY pada 10 tahun masa pemerintahannya dulu.

"Mereka yang ikut dalam koalisi itu adalah bagian dari koalisi pemerintahan SBY-JK dan SBY Boediono," ucap Ikrar.

PKB, PAN, dan PPP selama ini memang dikenal sebagai koalisi "setia" bagi pemerintahan SBY selama berkuasa dari tahun 2004-2014. Ketiga partai itu seolah "reuni" kembali pada Pilkada DKI Jakarta kali ini.

(Baca: SBY hanya Undang PKB, PPP, dan PAN ke Cikeas, Gerindra Tidak?)

Di sisi lain, Ikrar melihat koalisi yang dibangun oleh Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera mengingatkan pada Koalisi Merah Putih di "kompetisi" Pemilihan Presiden 2014 lalu.

KMP yang mendukung Prabowo Subianto-Hatta Rajasa saat itu sebenarnya terdiri dari lima parpol. Namun, Partai Golkar, PAN, dan PPP sudah meninggalkan KMP dan bergabung ke pemerintahan.

"Gerindra dan PKS dua partai yang masih tersisa di Koalisi Merah Putih, yang masih seiring sejalan dan senasib sepenanggungan," kata Ikrar.

Gerindra dan PKS sempat dilobi untuk masuk koalisi Cikeas, tetapi menolak. Kedua parpol berencana akan mengumumkan calon yang diusungnya pada siang ini.

(Baca: Koalisi Cikeas Usung Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni)

Adapun koalisi pendukung petahana Ahok-Djarot yang sudah terbentuk terlebih dahulu, menurut Ikrar, adalah murni koalisi baru.

Koalisi ini terbentuk karena magnet Ahok yang memiliki elektabilitas cukup tinggi untuk memenangi Pilgub DKI Jakarta. Sejumlah parpol pun akhirnya mengambil langkah realistis dengan mengusung Ahok.

"Ahok 'sebau-bau' mulutnya dalam mengeluarkan pernyataan, tetapi ke mana pun dia pergi, walau katanya mau didemo, tetapi tetap warga malah ber-selfie ria," ucap Ikrar.

Kompas TV Koalisi 4 Parpol Usung Agus Yudhoyono-Sylviana Murni
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Nasional
Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

Nasional
Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan 'Presidential Club'

Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan "Presidential Club"

Nasional
Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Nasional
Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya 'Clean and Clear'

Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya "Clean and Clear"

Nasional
Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Nasional
Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada 'Presidential Club'

Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada "Presidential Club"

Nasional
Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Nasional
“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

Nasional
Soal Orang 'Toxic' Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Soal Orang "Toxic" Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Nasional
Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com