Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Roy Suryo Diusir, Tommy Soeharto Ikut Amnesti Pajak, Ini Lima Berita Kemarin yang Perlu Anda Tahu

Kompas.com - 16/09/2016, 05:57 WIB

1. Perbankan Singapura adukan WNI yang ikut amnesti pajak ke polisi

Perbankan swasta di Singapura dikabarkan membeberkan kepada kepolisian setempat nama-nama nasabah yang mengikuti program pengampunan pajak alias tax amnesty.

Alasannya adalah program amnesti pajak bisa menghancurkan bisnis bank-bank itu.

Aset WNI di Singapura diperkirakan mencapai sekitar 200 miliar dollar AS yang ditempatkan pada perbankan privat Singapura, atau sekitar 40 persen dari total aset perbankan Singapura.

Selengkapnya baca di sini

Yoga Sukmana Direktur Jenderal Pajak Ken Dwijugiasteadi (kiri) dan Tommy Soeharto di Kanwil Wajib Pajak Besar, Jakarta, Kamis (15/9/2016)
2. Tommy Soeharto ikut Tax Amnesty

Tommy Soeharto, putra mantan Presiden Soeharto, menyambangi Kantor Wilayah (Kanwil) Wajib Pajak Besar di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Kamis (15/9/2016).

Tommy mengikuti program pengampunan pajak atau tax amnesty. Ia melaporkan aset-asetnya yang berada di luar negeri.

Ia berharap keluarga Cendana lainnya mengikuti jejaknya.

Selengkapnya baca di sini.

Kompas.com/Andri Donal Roy Suryo (tengah, menghadap ke depan) berdiri melihat ke arah dua ahli digital forensik yang sedang bersalaman, Muhammad Nuh dan Rismon Hasiholan Sianipar, dalam sidang kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Kamis (15/9/2016).
3. Roy Suryo diusir di sidang Jessica

Otto Hasibuan, kuasa hukum Jessica, menghardik Roy Suryo yang dianggap menunjuk-nunjuk majelis hakim. Peristiwa itu terjadi dalam sidang kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Kamis (15/9/2016). Roy hadir dalam sidang itu.

Roy sempat berdiri sambil mengangkat kedua tangannya dan mengaku tidak menunjuk-nunjuk majelis hakim.

Namun, sejumlah penonton malah berteriak keras meminta Roy keluar ruang sidang. Roy pun berjalan ke luar.

Baca beritanya di sini.

Fatimah Kartini Bohang/KompasTekno Ihwan Santoso (ki), Manager Teknologi Kompas Group of Digital dan Rica Handayani (ka), Strategic Partner Manager Google dalam rangkaian "Google for Indonesia" di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Senin (9/8/2016)
4. Google menolak diperiksa petugas pajak Indonesia

Direktorat Jenderal Pajak (Ditjen Pajak) mempertimbangkan mengambil langkah lebih keras kepada perusahaan raksasa internet, Google.

Hal itu menyusul sikap Google yang menolak diperiksa oleh Ditjen Pajak.

"Kami akan tingkatkan itu menjadi bukti permulaan atau investigasi dikarenakan menolak diperiksa. Itu salah satu indikasi pidana," ujar Kepala Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Jakarta Khusus, Muhammad Haniv, di Kantor Pusat Ditjen Pajak, Kamis (15/9/2016).

Ia menuturkan, Ditjen Pajak sudah mengirimkan surat pemeriksaan kepada Google. Namun bulan lalu, perusahaan teknologi itu mengembalikan surat tersebut kepada Ditjen Pajak.

Google menolak diperiksa. Baca beritanya di sini. Baca juga: Ini yang Akan Dilakukan Ditjen Pajak jika Google Tetap Bandel.

KOMPAS.com/ GLORI K WADRIANTO Ilustrasi
5. Uang desain baru bakal terbit tahun ini

Bank Indonesia (BI) menyatakan bakal menerbitkan uang NKRI dengan desain baru berupa gambar 12 pahlawan nasional pada tahun 2016 ini.

Untuk pertamakali, uang logam juga akan bergambar pahlawan nasional. Selengkapnya baca di sini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Mau Bentuk 'Presidential Club', Pengamat: Kalau Diformalkan, Berapa Lagi Uang Negara Dipakai?

Prabowo Mau Bentuk "Presidential Club", Pengamat: Kalau Diformalkan, Berapa Lagi Uang Negara Dipakai?

Nasional
Hadiri MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10 di Meksiko, Puan: Kepemimpinan Perempuan adalah Kunci Kemajuan Negara

Hadiri MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10 di Meksiko, Puan: Kepemimpinan Perempuan adalah Kunci Kemajuan Negara

Nasional
Polri Usulkan Penambahan Atase Kepolisian di Beberapa Negara

Polri Usulkan Penambahan Atase Kepolisian di Beberapa Negara

Nasional
Kopasgat Kerahkan 24 Sniper dan Rudal Chiron Amankan World Water Forum di Bali

Kopasgat Kerahkan 24 Sniper dan Rudal Chiron Amankan World Water Forum di Bali

Nasional
Sentil Prabowo yang Mau Tambah Kementerian, JK: Itu Kabinet Politis, Bukan Kabinet Kerja

Sentil Prabowo yang Mau Tambah Kementerian, JK: Itu Kabinet Politis, Bukan Kabinet Kerja

Nasional
Jelang Hari Jadi Ke-731, Pemkot Surabaya Gelar Berbagai Atraksi Spektakuler

Jelang Hari Jadi Ke-731, Pemkot Surabaya Gelar Berbagai Atraksi Spektakuler

BrandzView
Resmi Ditahan, Gus Muhdlor Punya Harta Rp 4,7 Miliar

Resmi Ditahan, Gus Muhdlor Punya Harta Rp 4,7 Miliar

Nasional
KPK Sebut Gus Muhdlor Terima Uang Korupsi Lewat Sopirnya

KPK Sebut Gus Muhdlor Terima Uang Korupsi Lewat Sopirnya

Nasional
Polri Tangkap 142 Tersangka hingga Blokir 2.862 Situs Judi Online

Polri Tangkap 142 Tersangka hingga Blokir 2.862 Situs Judi Online

Nasional
Cuaca di Arab Sangat Panas, Ma'ruf Amin: Jangan Sampai Jemaah Haji Meninggal Kepanasan

Cuaca di Arab Sangat Panas, Ma'ruf Amin: Jangan Sampai Jemaah Haji Meninggal Kepanasan

Nasional
Prabowo Diminta Hindari Kepentingan Bagi-bagi Kursi, Jika Tambah Jumlah Kementerian

Prabowo Diminta Hindari Kepentingan Bagi-bagi Kursi, Jika Tambah Jumlah Kementerian

Nasional
Ada Wacana Duet dengan Ahok di Pilkada DKI, Anies: Memutuskan Saja Belum

Ada Wacana Duet dengan Ahok di Pilkada DKI, Anies: Memutuskan Saja Belum

Nasional
Anies Ingin Memastikan Pilkada Berjalan Jujur dan Bebas Intervensi Sebelum Tentukan Langkah

Anies Ingin Memastikan Pilkada Berjalan Jujur dan Bebas Intervensi Sebelum Tentukan Langkah

Nasional
Kegiatan Ibadah Mahasiswa di Tangsel Dibubarkan Warga, Menko Polhukam Minta Saling Menghormati

Kegiatan Ibadah Mahasiswa di Tangsel Dibubarkan Warga, Menko Polhukam Minta Saling Menghormati

Nasional
JK: Pelanggar UU Lebih Tidak Boleh Masuk Pemerintahan Ketimbang Orang 'Toxic'

JK: Pelanggar UU Lebih Tidak Boleh Masuk Pemerintahan Ketimbang Orang "Toxic"

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com