JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Komisi III DPR RI Nasir Djamil menginginkan pemerintah Indonesia dapat meniru ketegasan dalam pemberantasan narkoba seperti yang ditunjukkan oleh pemerintah Filipina di bawah kepemimpinan Presiden Rodrigo Duterte.
"Ketegasan Presiden Filipina Rodrigo Duterte dalam mempertahankan kebijakan tembak mati penjahat narkoba patut ditiru Presiden Joko Widodo, karena ini menyangkut masa depan anak bangsa dan masa depan Indonesia ke depan," kata Nasir Djamil dalam rilis di Jakarta, Kamis (8/9/2016), seperti dikutip Antara.
Menurut politisi PKS itu, persoalan Hak Asasi Manusia 250 juta penduduk Indonesia haruslah lebih diutamakan dibanding Hak Asasi Manusia para penjahat narkoba.
"Karena bagi Duterte, masyarakat Filipina lebih dari segalanya," ucap Sekretaris Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Polhukam) Fraksi PKS DPR RI itu.
(baca: Terkait Narkoba, Duterte Bilang Masih Banyak yang Akan Dibunuh)
Selain itu, Nasir menilai langkah tegas dalam memerangi narkoba seperti yang dilakukan oleh Duterte tersebut terbukti sangat efektif.
Hal itu, ujar dia, terlihat dari sejumlah laporan media Filipina yang menyebutkan bahwa lebih dari 500.000 orang telah menyerahkan diri kepada kantor polisi lokal dan berjanji berhenti memakai narkoba.
"Patut disadari, masih maraknya peredaran narkoba selama ini selain karena lemahnya undang-undang juga karena lembeknya kepemimpinan dalam membuat kebijakan," kata Nasir.
(baca: Warga Filipina Takut Mengkritik Cara Duterte Berantas Narkoba)
Untuk itu, ia mengutarakan harapannya agar BNN di bawah kepemimpinan Komjen Budi Waseso dapat melakukan gebrakan yang lebih tegas.
Sebelumnya, Kepala BNN Budi Waseso menginginkan kebijakan Filipina diterapkan di Indonesia dalam memberantas bandar-bandar narkoba.
(baca: Buwas Ingin Kebijakan Presiden Filipina Berantas Narkoba Diterapkan di Indonesia)
"Jika kebijakan seperti itu diterapkan maka kami yakin, bandar dan pengguna narkoba di negeri tercinta ini akan menurun drastis," kata Budi Waseso saat di Sukabumi, Minggu (4/9/2016).
Menurut dia, tindakan tegas seperti itu harus dilakukan, jika tidak pemberantasan narkoba akan sulit dilakukan.
Rata-rata 44 orang dibunuh setiap hari di Filipina dalam perang melawan narkoba. Data itu disiarkan aparat kepolisian di Manila, Selasa (6/9/2016).
(baca: Duterte Jadi Presiden, Tiap Hari 44 Warga Filipina Tewas Terkait Narkoba)
Menurut polisi Filipina, jumlah korban tewas telah melonjak menjadi 3.000 orang sejak Presiden Rodrigo Duterte dilantik pada 30 Juni lalu, seperti dilaporkan AFP.
Sebelumnya, dilaporkan 2.400 orang tewas. Sebanyak 900 orang di antaranya tewas dalam operasi polisi dan sisanya, 1.500 orang, tewas di luar operasi polisi.
Peningkatan jumlah korban muncul setelah Duterte, Senin (5/9/2016), berjanji untuk melawan kecaman internasional dan akan membunuh lebih banyak lagi penjahat terkait narkoba.
Duterte, Senin (5/9/2016), mengatakan, masih ada banyak orang yang akan dibunuh terkait kasus narkoba di negaranya.
Kampanye Duterte diklaim untuk melawan peredaran narkoba dan operasi itu takkan berhenti selama para pelaku kejahatan itu tidak berhenti, seperti dilaporkan Reuters.
Hingga Senin, sejak Duterte dilantik pada 30 Juni lalu, sekitar 2.400 orang tewas terkait dengan perang melawan para bandit narkoba.
Pada Selasa ini, polisi Filipina mengaku telah menewaskan 1.033 orang dalam operasi anti-narkoba sejak Duterte dilantik menjadi presiden dua bulan silam.
Selebihnya, 1.894 orang tewas dalam kematian yang tidak dapat dijelaskan. Demikian kata polisi. Hingga Selasa, total 2.927 orang telah tewas.
Dari jumlah itu, berarti ada penambahan 500 kasus dibandingkan data yang dirilis polisi pada Minggu (4/9/2016) atau rata-rata 44 orang tewas per hari sejak 30 Juni saat Duterte dilantik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.