JAKARTA, KOMPAS.com - Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian mengatakan, polisi wanita (Polwan) menempati peran khusus di bidangnya.
Bukan hanya memegang senjata atau menindak kejahatan, tetapi upaya pendekatan yang dilakukan Polwan dianggap bisa lebih diterima oleh masyarakat.
Ia pun berharap, Polwan bisa memulihkan citra kepolisian.
"Pernah waktu itu di satu universitas, palangnya ditutup. Polisi tidak bisa masuk. Begitu datang Polwan, baru bisa masuk," ujar Tito, di Mabes Polri, Jakarta, Kamis (1/9/2016).
"Pendekatannya lebih masuk dibanding Sabhara atau Brimob," lanjut dia.
Menurut Tito, Polwan memiliki sensitifitas yang lebih tinggi daripada polisi pria.
Bahkan, kata Tito, pelaku teroris yang awalnya bungkam diperiksa polisi, bisa lebih terbuka saat dihadapkan dengan Polwan.
"Yang di lalu lintas, orang disemprit (ditegur dengan suara pluit) kemudian disogok. Polwan malah bentak balik karna perempuan lebih sensitif," kata Tito.
Selain itu, lanjut Tito, Polwan juga bisa menekan tindak kekerasan terhadap pelaku kejahatan. Tito mengakui, kerap kali polisi melakukan kekerasan agar pelaku mau buka suara.
Namun, dengan pendekatan Polwan, kekerasan itu bisa dihindari. Polwan juga dinilainya lebih sensitif untuk permasalahan anak dan wanita.
Oleh karena itu, Polri membentuk unit Perlindungan Perempuan dan Anak yang ditempatkan di setiap Polres dan Polsek.
"Saya harap Polwan bisa jadi motor untuk memperbaiki citra polri. Di mata publik citra Polwan lebih baik daripada polisinya, jadi saya minta Polwan lebih diberdayakan," kata Tito.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.