Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dokter Tersangka Ini Beri Vaksin Palsu ke Anak dan Cucu

Kompas.com - 18/07/2016, 13:20 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Tak hanya kepada pasien, tersangka kasus vaksin palsu, dr Indra Sugiarno, juga memberikan vaksin tersebut kepada anak dan cucunya. Hal tersebut, kata pengacara Indra, Fahmi M Rajab, karena kliennya tak tahu-menahu soal peredaran vaksin palsu.

Menurut Fahmi, Indra yang praktik di Rumah Sakit Harapan Bunda selama ini adalah korban dari seorang tenaga pemasar berinisial S. "Dia juga sebagai korban karena dia memvaksinkan kepada anak, cucu, dan saudara-saudaranya juga," ujar Fahmi di Bareskrim Polri, Jakarta, Senin (18/7/2016).

Fahmi mengatakan, keluarga besar Indra biasanya memeriksa kesehatan dan berobat ke kliennya tersebut, yang merupakan dokter spesialis anak. Namun, tak disangka, vaksin-vaksin yang diperoleh Indra dari S ternyata palsu.

(Baca: IDI: Ada "Grand Design" Menyudutkan Dokter dan RS di Balik Temuan Vaksin Palsu)

"Dokter Indra sempat tanyakan (kepada S), ini asli atau tidak? Ini asli katanya," kata Fahmi.

Fahmi mengatakan, para pasien yang pernah ditangani pun banyak yang mengucapkan dukungan melalui pesan singkat kepada Indra.

Mereka, kata Fahmi, mengetahui betul Indra tidak mungkin melakukan kesalahan yang fatal seperti itu.

Pihak keluarga pun terpukul begitu tahu vaksin yang diberikan Indra adalah palsu. Kakak dari Indra, Damayanti, meyakini tak ada kesengajaan dari adiknya untuk memberikan vaksin palsu kepada pasien dan keluarganya.

"Bagaimana mungkin seorang kakek akan menyuntikkan racun kepada cucunya, darah dagingnya sendiri," kata Damayanti.

(Baca: Korban Disarankan "Medical Check-up" untuk Lihat Dampak Vaksin Palsu)

"Dia sangat sayang kepada anak-anaknya, apalagi dia sebagai dokter spesialis anak," lanjut dia.

Sejauh ini, kata Damayanti, tak ada efek negatif yang terjadi kepada keluarga Indra yang terpapar vaksin palsu. Damayanti meyakini, Indra hanya menjadi korban penipuan oleh tenaga pemasar obat tersebut.

"Saya mohon dukungan Bapak dan Ibu pasien yang begitu menghujat saudara saya, keluarga sangat berduka sekali," kata dia.

Menteri Kesehatan Nila Djuwita Anfasa Moeloek sebelumnya mengumumkan 14 rumah sakit yang menjadi pengguna vaksin palsu. RS Harapan Bunda merupakan satu dari 14 rumah sakit tersebut. 

Selain itu, dibeberkan pula delapan klinik dan bidan yang juga merupakan pemakai vaksin tidak asli. Vaksinasi ulang pun dilakukan hari ini di beberapa fasilitas kesehatan.

Kementerian Kesehatan, kata Nila, sudah membuka posko pengaduan vaksin palsu, yakni di nomor 021-1000567.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Ingin Tambah Menteri, Wapres Ma'ruf Amin Ingatkan Pilih yang Profesional

Prabowo Ingin Tambah Menteri, Wapres Ma'ruf Amin Ingatkan Pilih yang Profesional

Nasional
[POPULER NASIONAL] Jokowi Berkelakar Ditanya soal Pindah Parpol | PDI-P Beri Sinyal di Luar Pemerintahan

[POPULER NASIONAL] Jokowi Berkelakar Ditanya soal Pindah Parpol | PDI-P Beri Sinyal di Luar Pemerintahan

Nasional
Prabowo Diharap Tetapkan 2 Syarat Utama Sebelum Tambah Kementerian

Prabowo Diharap Tetapkan 2 Syarat Utama Sebelum Tambah Kementerian

Nasional
Ide Prabowo Tambah Kementerian Sebaiknya Pertimbangkan Urgensi

Ide Prabowo Tambah Kementerian Sebaiknya Pertimbangkan Urgensi

Nasional
Wacana Prabowo Tambah Kementerian Diyakini Bakal Picu Problem

Wacana Prabowo Tambah Kementerian Diyakini Bakal Picu Problem

Nasional
Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Nasional
Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com