SOLO, KOMPAS.com - Tewasnya Fransisca Nila Agustin, korban sipil yang turut menjadi korban dalam peristiwa jatuhnya Helikopter Bell 205 A-1 milik TNI AD di Kalasan, Kabupaten Sleman, membikin tetangga kaget.
Dilansir Tribunnews.com, usai kejadian di Kalasan, tak ada seorang pun di rumah duka di daerah Serangan RT 001, RW 001, Desa Blulukan, Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar, Jumat (8/7/2016).
Ketua RT setempat, Jimanto (57) mengatakan seluruh keluarga berangkat ke Yogyakarta untuk menjemput jenazah Fransisca.
(Baca: Diselidiki Warga Sipil yang Menumpang Helikopter TNI AD)
"Kami kaget dan tidak percaya kalau Fransisca menjadi korban kecelakaan helikopter tersebut. Tadi saya diberitahu anak saya dan kemudian saya telepon Bu Sri Widati (ibu Fransisca) dan memang benar, lalu kami menyiapkan keperluan untuk rumah duka," ujarnya.
Jimanto mengaku tidak tahu mengapa Fransisca berada di helikopter tersebut. Yang dia Fransisca tidak bekerja di dunia militer.
"Mbak Fransisca merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Pak Sri Marjono dan Bu Sri Widati. Mbak Fransisca ini merupakan perawat di Klinik Saras yang tidak jauh dari sini dan saya tidak tahu menahu kenapa bisa ikut helikopter militer," sambungnya.
Menurut Jimanto, Fransisca adalah sosok yang baik serta supel. Almarhum selalu ikut kegiatan di tempat tinggalnya.
Sebelumnya diberitakan bahwa Helikopter milik TNI AD terjatuh pada Jumat (8/7/2016) sekira pukul 15.00 WIB. Heli tersebut jatuh di Dusun koang RT 01 / RW 01, Kelurahan Tamanmartani, Kalasan Sleman, Yogyakarta.
Atas kejadian tersebut, sebanyak dua rumah warga mengalami kerusakan. Dalam peristiwa ini, tiga orang dinyatakan tewas, yakni Letda Cpn Angga Juang (Pnb II), Serda Sirait (AV), dan Fransiska Agustin (Sipil).
Sementara tiga orang lainnya mengalami luka-luka. Mereka adalah Kapten Cpn Titus Benediktus Sinaga (Pnb I), Serka Rohmad (TI), dan Kopda Sukoco (mekanik).