Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menteri Yuddy Diminta Publikasi Hasil Audit PNS Sebelum Lakukan Rasionalisasi

Kompas.com - 06/06/2016, 20:50 WIB
Fachri Fachrudin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat Kebijakan Publik dari Universitas Indonesia, Riant Nugroho menilai, rasionalisasi Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diwacanakan pemerintah seharusnya dilakukan berdasarkan audit yang dilakukan terhadap para abdi negra itu. 

Audit oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, menurut dia, akan menemukan komposisi ideal antara jumlah PNS dengan penduduk Indonesia.

Namun, sayangnya, kata Riant, hingga saat ini Menpan RB Yuddy Chrisnandi belum pernah merilis hasil audit terhadap PNS.

"Nah yang jadi masalahnya adalah sampai sekarang, Menteri Yuddy belum pernah melaporkan kepada publik hasil audit dari Kemnpan RB yang menjadi dasar untuk kebijakan tersebut," kata Riant saat dihubungi, Senin (6/6/2016).

Riant menjelaskan, komposisi antara PNS dengan penduduk Indonesia saat ini adalah 1,9 persen berbanding 100 penduduk.

"Jadi setiap 100 penduduk ada 1,9 persen yang menjadi PNS," kata Riant.

Persentase ini masih di bawah dua negara tetangga, yakni, Malaysia dan Singapura.

Di Malaysia, perbandingan antara PNS dengan warga negara yakni sekira 3 persen berbading 100, sedangkan di Singapura sekira 2,5 persen banding 100.

Persentase perbandingan ini dinilai Riant memengaruhi kualitas pelayanan publik.

"Dengan demikian Singapura dan Malaysia itu cukup baik karena PNS sangat memadai," kata dia.

Kemudian, lanjut Riant, melalui audit juga dapat dipetakan komposisi PNS secara geografis. Ia menilai, jumlah PNS di Pulau Jawa saat ini terlalu banyak, hal sebaliknya justru terjadi di daerah terpencil.

"Untuk kawasan di luar Jawa yang berpulau pulau itu masih kurang (jumlah PNSnya)," tutur dia.

Oleh karena itu, kebijakan rasionalisasi PNS sebaiknya dilakukan setelah adanya audit dan pemetaan permasalahan. Hal itu agar kebijakan yang dikeluarkan berdampak baik bagi masyarakat luas.

Sebelumnya, Harian Kompas edisi Rabu (1/6/2016) menuliskan bahwa pemerintah terus mematangkan rencana merasionalisasi jumlah pegawai negeri sipil dan merampingkan lembaga nonstruktural yang lahir berdasarkan undang-undang.

Kedua, langkah strategis akan berjalan tahun 2017 setelah enam bulan pemetaan. Selain merasionalisasi sekitar 1 juta PNS hingga tahun 2019, pemerintah juga secara bertahap akan mengurangi 76 lembaga nonstruktural (LNS) yang dibentuk undang-undang hingga tinggal sekitar 50 lembaga agar pemerintah lebih efektif dan efisien.

Dalam 10 tahun ke depan, pemerintah bertekad menghapus jabatan eselon tiga dan empat agar struktur organisasi pemerintahan lebih ramping dengan rantai birokrasi yang pendek.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Nasional
Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Nasional
Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Nasional
Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Nasional
Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Nasional
Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Nasional
Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Nasional
Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Nasional
Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang 'Toxic'

Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang "Toxic"

Nasional
Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Projo: Nasihat Bagus

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Projo: Nasihat Bagus

Nasional
Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com